Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa tsunami tersebut tidak disebabkan oleh aktivitas gempabumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi ± 24 detik dengan frekuensi 8-16 Hz pada pukul 21.03 WIB.
Adapun berdasarkan hasil pengamatan tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Cinangka, Serang, tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang 0,9 meter.
"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," kata Dwikorita. Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter.
Baca Juga : 5 Fakta Penemuan Puluhan Kerangka Diduga Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Lalu, Jenazah Terbalut Plastik
Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.
"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," tutupnya.
Kepada Kompas TV, Dwikorita mengatakan bahwa BMKG telah memberikan peringatan sejak 21 Desember 2018 terkait gelombang tinggi.
Dwikorita mengklaim pihaknya melakukan ini karena saat ini sedang musim liburan.
Baca Juga : 45 Jenazah Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Silam Ditemukan Saat Hendak Menggali Lubang Untuk Septic Tank
"Pasti banyak pengunjung ke sana. Kami sampaikan ke aparat setempat," kata Dwikorita.
Ia juga mengatakan bahwa masih ada kemungkinan terjadi tsunami susulan karena data yang didapat belum lengkap.
"Karena tremor mengguncangkan lereng Gunung Krakatau. Rontokannya bisa terjadi berkali-kali. Dengan ketidakpastian ini, kita harus menyelamatkan warga yang akan berlibur dulu," lanjutnya.