Petinju Muhhamad Ali, Satu-satunya Orang Amerika yang Bisa Lunakkan Hati Diktator Irak, Saddam Hussein

Minggu, 18 November 2018 | 06:20
Intisari/NDTV.com

Petinju Muhammad Ali, jadi satu-satunya orang Amerika Serikat yang bisa lunakkan hati Saddam Husein

Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati

GridHot.ID -Siapa tak kenal Muhammad Ali, dia adalah petinju kelas berat terkemuka pada abad ke-20.

Muhammad Ali juga adalah satu-satunya petinju yang diberi nama The Ring majalah Fighter of the Year sebanyak enam kali.

Tak hanya kehebatannya di ring, Muhammad Ali juga rupanya jadi satu-satunya orang Amerika Serikat (AS) yang bisa lunakkan hati diktator Irak, Saddam Husein.

Baca Juga : Dirasa Tidak Adil, Kasus Baiq Nuril Jadi Sorotan Media Asing

Pria kelahiran 1967 ini meninggal dengan tenang pada 3 Juni 2016 lalu di usianya yang ke 74 tahun di Scottsdale, Arizona , AS.

Semasa hidup, banyak hal-hal menarik dari sosok Muhammad Ali yang mungkin belum kamu ketahui.

Salah satunya adalah kiprahnya dalam menghadapi diktator Irak, Saddam Hussein.

Muhammad Ali, bahkan disebut-sebut sebagai satu-satunya orang Amerika yang bisa lunakkan hati Saddam Hussein.

Baca Juga : Sebelum Dicekik Hingga Tewas, Kedua Anak Diperum Nainggolan Sempat Ditidurkan oleh HS

Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari The Muslim Vibe.

Pada tahun 1990, Muhammad Ali pergi ke Irak bertemu Saddam Hussein untuk membebaskan 15 warga sipil Amerika yang ditahan di Irak dibawah kepemimpinan Saddam Hussein.

Setelah bertemu dengan Saddam Hussein, Muhammad Ali berhasil membebaskan semua tahanan Amerika.

Ke lima belas tahanan tersebut kembali ke Amerika 3 hari kemudian.

Baca Juga : Di Balik Tampilan Cantik dan Elegan, Smartphone Ini Tak Bisa Diservis

Pada tahun 1967, 23 tahun sebelum itu, selama Perang Vietnam, Muhammad Ali pernah membahayakan karir tinjunya.

Saat itu ia menolak untuk ikut wajib militer Angkatan Darat AS.

Karena menolak bergabung wajib militer, dia ditangkap dan ditangguhkan tetapi tidak pernah dipenjara.

Muhammad Ali tidak bertarung selama hampir empat tahun.

Baca Juga : Di Balik Tampilan Cantik dan Elegan, Smartphone Ini Tak Bisa Diservis

Bertahun-tahun kemudian, ketika AS berada di ambang perang sia-sia lagi, kali ini di Timur Tengah.

Saddam Hussein, diktator Irak, menahan tahanan yang tidak bersalah sebagai "perisai manusia" untuk mencegah serangan militer dari Barat.

Bukan diplomat, Amerika Serikat justru mengirim Muhammad Ali untuk membebaskan mereka.

Dan kali ini Muhammad Ali mempertaruhkan semuanya - reputasi, kesehatan, dan keselamatannya.

Baca Juga : Hotman Paris Berhasil Temukan Celah Pada UU ITE untuk Bebaskan Baiq Nuril

AS berharap bahwa popularitas dan status Muhammad Ali di Timur Tengah akan membantu mencegah perang.

Pada saat itu, Muhammad Ali berada di tahun keenam perjuangannya melawan penyakit Parkinson.

Tetapi ketika ia berbaur dengan orang-orang di jalan-jalan Baghdad dan anak-anak di sekolah, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang penyakitnya menjadi aksi publisitas lain, yang mengangkat serta memuliakan namanya di Timur Tengah.

Satu-satunya hal yang ia harapkan dari perjalanan ini adalah kebebasan 15 sandera.

Baca Juga : Sebut Mulan Jameela Miliki Aura Gelap Saat Diterawang, Roy Kiyoshi: Tak Akan Pernah Berujung dengan Perdamaian

Saddam Hussein membuat Muhammad Ali menunggu sebelum akhirnya dia terlibat dalam dialog positif.

The Muslim Vibe
The Muslim Vibe

Pertemuan Muhammad Ali dengan Saddam Husein di Irak

Tetapi sebelum Muhammad Ali bisa memulangkan para tahanan, dia harus menghadapi Saddam Husein yang gemar memuji dirinya sendiri.

Muhammad Ali berhasil membujuk Saddam Husein yang secara terbuka mengabaikan perintah PBB dan Pemerintah Amerika Serikat untuk membebaskan para tahanan yang telah empat bulan ditangkap.

Enam minggu setelah Muhammad Ali membawa para sandera kembali ke Amerika Serikat, Operasi Badai Gurun membombardir Irak.

Baca Juga : Christian Bautista Akhiri Masa Lajang Tepat Setahun Setelah Melamar sang Kekasih

Kalau bukan karena Muhammad Ali, maka bukan tak mungkin para tahanan Amerika Serikat jadi korban operasi tersebut.

Muhammad Ali mungkin dikenal sebagai petinju yang keras, namun ketika ia harus menolong orang lain, maka ia selalu tulus dan sesuai dengan julukannya, 'Petinju Besar Sepanjang Masa'.(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber The Muslim Vibe