Disebut Pulau Paling Berbahaya di Dunia, Inilah 5 Fakta Pulau Sentinel yang Letaknya Tak Jauh dari Indonesia

Sabtu, 24 November 2018 | 08:14
survivalinternational.org

Letaknya Tak Jauh dari Indonesia, Inilah deretan fakta Pulau Sentinel yang Terisolasi Selama Ribuan Tahun

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Pulau Sentinel, mendadak ramai di perbincangkan berbagai media lantaran dikenal sebagai pulau yang terisolasi selama ribuan tahun.

Nama Pulau Sentinel mulai menjadi perbincangan publik sejak adanya kabar duka sekaligus mengejutkan datang dari seorang turis Amerika bernama John Chau.

Dilansir dari Tribun Timur, John Chau meninggal dunia setelah dirinya dikabarkan menginjakkan kaki di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman.

John Chau tewas karena dipanah oleh Suku Sentinel yang juga disebut-sebut menjadi salah satu suku paling berbahaya di dunia.

Ada apa dengan pulau Sentinel dan apa saja yang pernah terjadi di pulau ini?

Melansir dari beberapa sumber, berikut adalah fakta-fakta tentang pulau Sentinel yang disebut sebagai pulau paling berbahaya di dunia.

Dekat dengan Indonesia

Baca Juga : Pergoki Bule Nakal, Anak Hotman Paris Bereaksi, Selanjutnya Ini yang Terjadi

Secara geografis, ternyata letak Pulau Sentinel sangat dekat dengan Indonesia.

Masih dari Tribun Timur, Pulau Sentinel Utara masuk ke dalam gugusan Kepulauan Andaman di Teluk Benggala dekat dengan Indira Point karena berada di gugusan yang sama.

Jika dilihat di peta, titik Indira atau Indira Point ini bersebelahan dan tidak jauh dari Sabang yang merupakan pulau terluar Indonesia.

Terisolasi selama ribuan tahun

Melansir dari Bangka Pos, Pulau Sentinel adalah salah satu pulau yang tidak terjamah orang luar dan teknologi modern.

Penduduk di pulau ini dikatakan sudah hidup selama 30.000 tahun tanpa pernah dijamah orang luar.

Hal ini dikarenakan penduduk di pulau tersebut enggan menerima kehadiran orang luar.

Baca Juga : 7Fakta Terbaru Insiden Jatuhnya Lion Air JT 610: Jenazah Pilot Bhavye Suneja Berhasil Teridentifikasi Hingga Identifikasi Korban Resmi Dihentikan

Bahkan, jika ada orang luar masuk, mereka tak segan-segan akan membunuhnya.

Upaya untuk menjamah Suku Sentinel pernah dilakukan

Sejak tahun 1970-an, para antropologi berusaha untuk menjamah Suku Sentinel dan memperkenalkan modernisasi pada mereka.

Sayangnya, masyarakat Sentinel tetap menolak kontak dengan dunia luar.

Bahkan ketika antropolog meninggalkan hadiah dan sejumlah bahan makanan, Suku Sentinel membalasnya dengan hujan panah ke arah kapal.

Suku Sentinel yang terus menutup diri membuat pemerintah India memutuskan untuk meninggalkan Sentinel dan tidak lagi mencoba memperkenalkan modernisasi pada mereka.

Sering terjadi kejadian di luar nalar manusia

Baca Juga : Mulan Jameela Unggah Foto Ustaz Abdul Somad, Warganet Pun Katakan Ini

Dikutip dari Interestingfacts, salah satu antropolog pernah berhasil menyusup masuk ke wilayah Suku Sentinel.

Ia sempat berkeliling untuk melihat rumah dan peradaban yang ada.

Anehnya, seluruh penduduk Suku Sentinel hilang seolah ditelan bumi.

Cara bertahan hidup

Masyarakat Suku Sentinel mengingatkan kita pada masyarakat di zaman batu.

Mereka tidak bercocok tanam sama sekali karena tidak ada bukti praktik pertanian yang mereka lakukan.

Masyarakat Sentinel hanya mengumupulkan tanaman dari hutan, pergi berburu, dan memancing.

Baca Juga : Enggak Nyangka, Begini Reaksi Raffi Ahmad Saat Ketemu Ayah Baim Wong

Konon, Suku Sentinel sangat menyukai buah kelapa dan mengolahnya untuk berbagai keperluan.

Jadi Perhatian Pemerintah India hingga PBB

Dikutip dari Intisari, pihak Pemerintah India melindungi dan menghargai keinginan mereka untuk dibiarkan tanpa interaksi dengan dunia luar.

Pada 2017, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melarang pengambilan foto atau video terhadap suku-suku di Kepulauan Andaman.

Bukan hanya Pemerintah India yang sudah memberikan perhatian lebih kepada Suku Sentinel namun PBB juga melakukan hal yang sama.

Hingga saat ini, masih menjadi diskusi bagaimana cara agar suku Sentinel mau membuka diri pada dunia luar. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Tribun Timur, intisari, bangka pos