Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati
GridHot.ID -Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berakhir tanggal 1 Desember 2018 di Buenos Aires, Argentina. Di acara yang dihadiri para pemimpin negara dari berbagai penjuru dunia itu terjadi sebuah insiden tak terduga.
Pasalnya, Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman tertangkap kamera 'dicuekin' oleh para pemimpin dunia.
Meski demikian utra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, tampak tak bisa berbuat apa-apa atas hal itu dan hanya bisa termenung.
Baca Juga : Update Pembunuhan Jurnalis Jamal Khshoggi, CIA Ungkap Peran Putra Mahkota Arab Saudi
G20 merupakan forum kerjasama negara–negara perekonomian besar dunia yang secara kolektif mewakili 85% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, 75% perdagangan.
G20 beranggotakan 19 negara, antara lain Amerika Serikat (AS), Afrika Selatan, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, China. Kanada, Jepang, Jerman, Indonesia, Italia, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki dan satu kelompok regional, yakni Uni Eropa (UE).
KTT G20 yang berlangsung di Buenos Aires, Argentina, menghasilkan beberapa kesepakatan.
Deklarasi ini merupakan hasil dari negosiasi yang dilakukan secara marathon dan intensif sejak seminggu lalu oleh tim negosiator sherpa dan finance-track G20.
Baca Juga : Ternyata Mayoritas Kelompok Pembunuh Jamal Khashoggi Adalah Anggota Militer Arab Saudi
Usai acara bertaraf internasional itu berakhir, para pemimpin dunia nampak berfoto bersama.
Namun sebuah pemandangan berbeda terlihat ketika sebelum dan sesudah sesi foto bersama.
Pangeran Mohammed bin Salman nampak diacuhkan dan tak diajak berkomunikasi oleh sejumlah pemimpin dunia yang ada di sana.
Hal itu seperti dikutip GridHot.ID dari unggahan video akun Twitter @ChahdaJalal.
Pada 1 Desember 2018, @ChahdaJalal mengunggah sebuah video berdurasi 37 detik.
Dalam video tersebut terlihat Pangeran Mohammed bin Salman tengah beridiri sebelum sesi foto KTT G20.
Awalnya, sejumlah orang termasuk para pemimpin dunia peserta G20 nampak berlalu lalang di depannya tanpa ada satupun yang menyalami atau menyapanya.
Mohammed bin Salman sendiri hanya bisa termenung saat itu.
Hingga kemudian ia nampak tersenyum pada seorang pria tua yang lalu menjabat tangannya.
Ketika sesi foto berakhir, Pangeran Mohammed bin Salman juga tak terlihat menyalami atau disapa oleh siapapun di sekitarnya.
Ia hanya beberapa kali nampak membetulkan baju yang ia pakai.
Unggahan video tersebut menjadi viral dan disaksiukan lebih dari 159 ribu penayangan.
Seorang netizen dengan akun Twitter @LibyanBentBladi mengomentari video tersebut.
"Saya terus menonton ini dan ingat bagaimana berbulan-bulan yang lalu, orang-orang terkemuka bersaing untuk mendapatkan kesempatan berfoto bersama MBS.
Pada KTT G20, MBS mencoba merehabilitasi citranya dengan menghadiri tetapi diperlakukan dengan benar sebagai orang yang tak dianggap," tulis @LibyanBentBladi dalam unggahannya pada 2 Desember 2018.
Dikutip dari kompas.com, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) diduga terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Laporan tersebut dipaparkan Wall Street Journal berdasarkan dokumen rahasia milik Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat ( CIA).
Dikutip Middle East Eye Sabtu (1/12/2018), CIA mencegat setidaknya 11 pesan yang dikirimkan MBS beberapa jam sebelum dan sesudah Khashoggi dibunuh.
CIA membuat dokumen kesimpulan berdasarkan penyadapan yang mereka lakukan terhadap pesan elektronik MBS maupun informasi intelijen lain.
Berdasarkan dokumen tersebut, MBS berkata kepada salah satu stafnya pada Agustus 2017 bahwa usahanya untuk membujuk Khashoggi kembali ke Saudi tidak berhasil.
Karena itu, dokumen tersebut memaparkan adanya upaya untuk memancing Khashoggi agar bersedia bertemu di suatu tempat.
"Komunikasi yang dilaksanakan nampaknya menandai sebuah operasi yang diluncurkan Saudi untuk melawan Khashoggi," bunyi dokumen CIA itu.
Baca Juga : TKW Tuti Tursilawati Dieksekusi Mati, Status 9 Pria Arab Saudi Pemerkosanya Dipertanyakan
Pesan-pesan itu dikirim MBS kepada Saud al-Qahtani, penasihat bidang media yang dilaporkan memimpin tim beranggotakan 15 untuk berangkat ke Istanbul, Turki.
Di dokumen itu, Qahtani menggunakan departemen media kerajaan, Pusat Studi dan Hubungan Media (CSMARC) untuk mengatur rencana pembunuhan.
CIA dalam dokumen tersebut menyebut, tentunya bakal sulit bagi Qahtani untuk menggunakan fasilitas negara tanpa mendapat persetujuan dari MBS.
Qahtani pernah meminta izin MBS ketika dia bermaksud mengejar operasi sensitif lainnya pada 2015, dan mencerminkan kontrol dan komando sang putra mahkota.
Dari dokumen itu, ditunjukkan MBS pernah memerintahkan Qahtani dan CSMARC untuk menargetkan lawannya baik domestik maupun di luar negeri, kalau perlu menggunakan kekerasan.
Qahtani sudah dipecat oleh Raja Salman setelah kasus itu mencuat. Namun sumber internal menyatakan dia masih melaksanakan tugasnya secara rahasia.
Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober di Konsulat Saudi di Istanbul ketika mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.
Riyadh yang semula bersikukuh Khashoggi keluar dengan selamat akhirnya mengakui Khashoggi dibunuh dan dimutilasi di dalam konsulat.
Sementara sumber dari penyidik Turki menyatakan potongan jenazah Khashoggi dilenyapkan menggunakan cairan asam dan dibuang ke saluran air.
CIA pada November lalu menyimpulkan MBS berada di balik pembunuhan Khashoggi. Namun Presiden Donald Trump berujar kesimpulan itu masih terlalu dini.
Baca Juga : Tuti Tursilawati Minta Dibawakan Daster Batik dan Camilan Pada Kunjungan Terakhir Ibundanya ke Arab Saudi
Trump menyatakan kasus pembunuhan kontributor The Washington Post itu tak mempengaruhi hubungan bilteral Saudi dan AS.
Dalam rilis resmi Gedung Putih, Trump mengatakan Saudi mengimpor senjata dengan total kontrak 110 miliar dollar AS, atau Rp 1.604 triliun.
"Tentu nominal belanja itu bakal menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi Amerika," beber Trump.
"Jika kami gegabah memutus kontrak tersebut, maka pihak yang bakal mengambil keuntungan adalah Rusia serta China," tambahnya.(*)