Bukan dengan Pedang, Petarung di Cina Gabungkan Seni Bela Diri Kungfu dan Gulat untuk Melawan Banteng

Sabtu, 08 Desember 2018 | 09:04
Pexels.com

Ilustrasi adu banteng di Spanyol

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Setiap minggu, seorang ahli Kungfu bernama Ren Ruzhi memasuki sebuahring untuk bertarung melawan seekor banteng yang beratnya lima kali lebih berat dari badannya.

Petarungan antara Ren dengan banteng itu sering membuat ibunya khawatir.

Namun, selama 24 tahun bertarung dengan banteng, Ren tak pernah sedikitpun terluka.

Bahkan, menurut Ren, bertarung dengan banteng adalah salah satu hal yang mengasyikkan.

Baca Juga : Deretan Fakta Kasus Kosmetik Oplosan Derma Skin Care: 7 Artis Akan Dipanggil Hingga Pemilik Jadi Tersangka

"Ini melambangkan keberanian seorang pria", kata Ren kepada Reuters di Jiaxing, Provinsi Zheijiang, Cina Timur.

Berbeda dengan olahraga Spanyol yang lebih terkenal, pertarungan adu banteng di Cina tidak melibatkan pedang atau gore.

Melainkan hanya memadukan gerakan gulat dengan ketrampilan dan kecepatan Kungfu untuk menanklukkan binatang buas sebeerat 400 kilogram itu.

Menurut Hua Yang, salah seorang penggemar pertarungan banteng dan manusia, pertempuran adu banteng di Spanyol lebih kepada pertunjukkan semata.

Baca Juga : 6 Fakta di Balik Pertempuran Aparat dengan KKB di Puncak Kabo: Helikopter TNI Diserang Hingga Penemuan 15 Jenazah

Sementara yang ada di Cina merupakan kontes pertarungan sejati yang mengadu antara kekuatan manusia dengan banteng.

"Ada banyak keterampilan yang terlibat dan itu bisa berbahaya" katanya.

Sementara menurut Han Haihua, mantan pegulat pro yang kini melatih para petarung banteng di Sekolah Haihua Kungfu di Jiaxing mengatakan bahwa olahraga ini membutuhkan perjuangan dalam berlatih secara intensif.

Han juga mengatakan bahwa gaya adu banteng yang ia ajarkan adalah gaya 'qigong', sebuah gaya yang menggabungkan keterampilan dan kecepatan seni bela diri dengan teknik gulat tradisional.

Baca Juga : Sempat Malu Punya Darah Keturunan Cina, Kini Francesca Hung Jadi Wanita Tercantik di Australia

Biasanya, seorang petarung medekati kepala banteng dan meraih tanduknya.

Lalu, ia akan memutar kepala banteng sampai banteng itu terjungkal.

Setiap petarung hanya memiliki waktu tiga menit untuk menaklukkan banteng tersebut.

Jika petarung pertama kalah, maka petarung selanjutnya bisa masuk ke dalam ring.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Pasukan TNI Taklukkan Puncak Kabo untuk Evakuasi Korban Keganasan KKB, Baku Tembak dan Harus Lewati Medan Berat

Tak hanya manusia yang berlatih, banteng-banteng yang disiapkan untuk pertarungan itu ternyata juga dilatih sebelum memasuki ring.

Banteng itu diajari bagaimana cara melebarkan kaki mereka atau menemukan sudut untuk menahan tubuhnya agar tidak mudah dijatuhkan.

"Seekor banteng juga bisa berpikir seperti manusia, mereka pintar" kata Han.

Meskipun Han mengatakan bahwa banteng-bantengnya telah mendapatkan perawatan yang baik, namun ada juga yang menyebut jika banteng-banteng yang digunakan dalam pertarungan melawan manusia juga tetap merasa kesakitan.

Baca Juga : Mengenal Raider Kostrad, Pasukan Elit Pemburu KKB yang Diduga Membantai 31 Pekerja Pembangunan Jembatan di Nduga, Papua

Bahkan ada yang menyebut jika adu banteng di Cina masih menyakitkan bagi hewan dan kejam untuk menjadikannya sebagai hiburan.

"Dalam adu banteng di Cina, kami tidak dapat menyangkal bahwa banteng masih mengalami rasa sakit", kata Layli Li, juru bicara kelompok kesejahteraan binatang, PETA.

"Selama ada pertarungan tersebut, itu berarti ada penderitaan" imbuhnya.

Gimana nih menurutmu? (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Huffington Post