Suami Jadi Korban Pembantaian KKB Sang Istri Histeris, Ini Kata Terakhir Suaminya...

Minggu, 09 Desember 2018 | 11:13

Aparat keamanan melakukan evakuasi terhadap jenazah yang ditemukan di lokasi kejadian Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga

GridHOT- Tangis histeris Agus Rudia Pasa pecah ketika peti mayat yang berisi jenazah sang suami, Samuel Pakiding, sampai di rumah duka, di Jalan Tengko Situru RT 25 KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (8/12/2018).

Agus sempoyongan memeluk peti jenazah Samuel dan berulang kali menyebut nama Tuhan. Bagi Agus, kematian Samuel adalah ujian terberat dalam hidupnya.

Baca Juga : Duka Lara Dirasakan Oleh Jonathan Saat 4 Anggota Keluarganya Jadi Korban Pembantaian di Nduga Papua

Apalagi, Samuel tewas dibantai oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Agus meyakini, kematian suaminya adalah kehendak Tuhan. Namun, Agus menyesali kepergian Samuel dengan cara yang kejam.

“Dia laki-laki terbaik, Bapak terhebat dan suami yang luar biasa. Dia mencari uang untuk menafkahi anak istrinya. Meski jauh dan berbahaya, tapi dia tetap pergi.Karena dia yakin, semua akan baik-baik saja,” kata Agus saat diwawancarai.

Samuel meninggalkan empat anak. Anak pertama berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMP, sementara yang paling kecil masih balita berusia tiga tahun.

Kepergiannya ke Nduga belum genap dua bulan. Selama itu, Agus dan Samuel hanya bisa berkomunikasi lewat ponsel beberapa kali.

Baca Juga : Hotman Paris Sebut Hilda Vitria Sok Bersih Lantaran Tak Mau Akui Hubungannya dengan Kriss Hatta

Sebab, di lokasi tempat Samuel bekerja, tidak ada sinyal dan sulit dijangkau kendaraan.

“Dia berangkat ke Papua tanggal 13 Oktober, tanggal 14 November komunikasi terakhir, karena dia turun ke Timika. Dia bercerita, dia sangat hati-hati di sana. Dia tidak berani macam-macam karena jika ada masalah walau sepele akan berujung penumpasan,” ujarnya.

Saat itu, firasat Agus sudah tidak enak. Dia sempat melarang Samuel untuk pergi naik gunung ke lokasi kerjanya di Nduga. Agus memaksa Samuel untuk menetap di Timika dan mencari pekerjaan lain.

Namun Samuel menolak. Samuel beralasan, tidak enak meninggalkan bos dan rekan-rekannya yang sama-sama bekerja di PT Istaka Karya.

“Terakhir telepon itu, dia bilang ditawari kerja borongan membangun sekolah di Timika, saya setuju sekali. Saya bilang tidak usah naik ke Nduga lagi, kerja saja bangun sekolah. Tapi dia bilang tidak enak meninggalkan teman-temannya. Jadi dia naik lagi dan meneruskan pekerjaan bersama PT Istaka Karya,” tuturnya.

Baca Juga : Duh! Lindswell Kwok Menikah, Sang Ibunda Malah Merasa Dibohongi

Tidak disangka, percakapan itu adalah percakapan terakhir antara Agus dan Samuel. Senin (3/12/2018) Agus mendapat kabar penembakan 31 pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua, oleh kelompok sparatis.

Dia tidak percaya, dan terus meyakini suaminya masih hidup. Bersama anak-anak dan keluarga lainnya, Agus terus berdoa untuk keselamatan Samuel.

Naas, beberapa hari setelah itu, kabar kematian Samuel sampai ke telinganya.

“Hati saya hancur, waktu mendengar kabar penembakan itu. Saya bingung harus menghubungi siapa. Saya tidak tahu lagi, berhari-hari saya nantikan kabar keselamatannya. Waktu bosnya telepon pada hari Rabu, kaki saya seperti sudah melayang,” ungkapnya.

Baca Juga : Jangan Lupa Olahraga Kalau Mau Jadi Seperti Brie Larson Si Kapten Marvel, Cantik Sekaligus Sehat

Harapan Samuel bisa berkumpul merayakan Natal bersama di Jahab, seketika sirna. Kenangan hidup bersama Samuel, menjadi tangis pilu seluruh keluarga.

Hanya doa, dan keyakinan perlindungan Tuhan yang menjadi kekuatan Agus untuk tetap hidup melanjutkan perjuangan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

“Saya ikhlas, dia pergi. Saya yakin Tuhan sedang menuntunnya menuju surga. Saya percaya, Tuhan tidak akan membiarkan saya dan anak-anak kelaparan. Kami akan tetap berjuang untuk dia,” katanya. Agus belum memastikan kapan Samuel akan dikebumikan.

Agus masih menunggu kedatangan keluarga besar Samuel dari tana Toraja. Rencananya, setelah kumpul dan rapat keluarga, barulah Samuel dapat dikuburkan dengan prosesi adat Toraja.

Baca Juga : Gibran Rakabuming Raka Mengaku Keluarganya Dibesarkan Oleh Media

“Belum tau kapan dikuburkan, karena keluarga di Toraja masih dalam perjalanan. Nanti malam, baru akan kami pindahkan almarhum ke peti yang kami siapkan,” sebutnya.

Disinggung masalah tali asih dari PT Istaka Karya, Agus belum bisa memastikan. Sebab, dia masih merasa kehilangan dan tidak bisa berfikir masalah tali asih.

“Ini jenazah baru datang, keluarga masih urus penguburan dan lain-lain. Mungkin nanti baru difikirkan,” pungkasnya. (Kompas.com/Gusti Nara)

Baca Juga :Begini Kata Lurah Pondok Kopi Soal Ribuan e-KTP yang Ditemukan di Pondok Kopi

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul"Dia Laki-laki Terbaik, Bapak Terhebat dan Suami yang Luar Biasa..."

Tag

Editor : Rich

Sumber Kompas.com