GridHot.id – Bagi wanita yang sudah mengalami pubertas, pastinya sudah tidak asing lagi dengan rasa nyeri saat menstruasi datang setiap bulannya bukan?
Rasa nyeri yang timbul saat menstruasi merupakan hal yang wajar. Biasanya, setiap wanita akan merasakan nyeri pada perut bagian bawah, pinggul, punggung bawah atau bagian paha.
“Bisa dikatakan pula hamper 50% perempuan mengalami kram perut ringan ketika haid. Faktanya, 10% perempuan mengalami nyeri haid berat yang sering disebut dengan dismenorea,” jelas dr. Grace Valentine, Sp.OG, dari RS Pondok Indah - Puri Indah Jakarta.
Baca Juga : Sempat Jadi Pakan Ayam dan Babi, Harga Makanan ini Justru Melejit Jadi Rp 17 Juta Per Kilo!
Nyeri haid umumnya dialami pada perempuan di usia reproduksi dengan penyebab yang beragam.
Nyeri haid primer disebabkan oleh produksi prostaglandin yang berlebihan sehingga uterus berkontraksi dan menimbulkan rasa sakit. Jenis nyeri ini tidak begitu membahayakan.
Sebaliknya nyeri haid sekunder perlu diwaspadai karena penyebabnya beragam, seperti kondisi endometriosis, radang panggul, tumor, atau kista ovarium.
Salah satu penyebabnya yang bikin perempuan mengalami dismenorea adalah endometriosis yaitu kondisi di mana tumbuh jaringan menyerupai selaput lender rahim (endometrium) di luar rongga rahim.
Baca Juga : Ikuti Ritual 'Kedewasaan' Sebagai Tanda Pubertas, Remaja ini Justru Meregang Nyawa!
Endometriosis disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetic dan juga gaya hidup.
Itulah sebabnya, untuk menangani nyeri haid harus diketahui penyebabnya secara jelas dan pasti.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan panggul, darah, dan urine bila diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Nah, apabila sudah ditemukan penyebabnya, tindakan pengobatan nyeri haid akan disesuaikan dengan sumber masalah tersebut.
Perlu diketahui bahwa gangguan haid bukan hanya dismenorea saja.
Gangguan siklus haid yang tidak teratur pun jamak terjadi. Siklus haid normal adalah 25-30 hari dari tanggal haid setiap bulannya.
Baca Juga : 6 Potret Mengerikan Lokasi Terdampak Ledakan Bom Nuklir, Bikin Miris!
Dikatakan tidak normal apabila siklus haid terlalu pendek alias kurang dari 25 hari atau terlalu panjang lebih dari 30 hari dari haid sebelumnya.
Haid normalnya dialami 4-6 hari dengan jumlah darah keluar sekitar 25-60 ml.
Perdarahan yang terlalu lama/tidak teratur dan banyak dinamakan menorrhagia. Biasanya penderita mengalami haid lebih dari enam hari dan mengeluarkan darah lebih dari 80 ml.
Mereka biasanya harus mengganti pembalut lebih dari enam kali sehari karena banyaknya darah yang keluar.
Penyebabnya bisa structural maupun hormonal. Kondisi structural misalnya, bisa terjadi karena mioma atau pertumbuhan tumor pada otot rahim, polip, dan gangguan rahim lainnya.
Baca Juga : Merinding! 5 Rumah Artis ini Dihantui Hingga Banyak Alami Gangguan Mistis
Masalah hormonal sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, pola makan, dan manajemen stress.
Terakhir, gangguan haid juga sering terjadi adalah tidak haid atau amenorea.
Seseorang yang tidak haid setelah berusia 16 tahun atau berhenti haid selama tiga bulan setelah haid sebelumnya dapat dikategorikan sebagai amenorea.
Selain faktor genetic, salah satu penyebab tidak haid adalah sindrom ovarium polikistik.
Baca Juga : Diam-Diam Melahirkan Anak Perempuan, Risty Tagor Beri Klarifikasi ini!
Kondisi hiperandrogen yakni seorang perempuan memproduksi terlalu banyak hormon pria alias androgen.
Orang dengan anemorea umumnya dapat dikenali dengan pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebih (60-75%), jerawat yang tak kunjung sembuh, dan penebalan kulit pada leher, pundak, dan selangkangan.
Apabila Anda mengalami gangguan haid seperti yang telah dijelaskan, silakan langsung memeriksakan diri pada dokter untuk ditangani sejak dini. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Gangguan Haid Tidak Sama pada Tiap Wanita, Ada Jenis yang Berbahaya”