Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad Sebut Tidak Ada Negara yang Berhak Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel

Senin, 17 Desember 2018 | 09:23

PM Malaysia Mahathir Mohammad dan istrinya, Tun Dr. Siti Hasmah Mohamad Ali.

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Pada hari Minggu (16/12/2018), Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohammad mengkritik langkah Australia yang mengakui Yerusalem Barat sebagai Ibu Kota Israel.

Melansir dari SCMP (16/12/2018), Perdana Menteri Malaysia itu mengatakan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia ini yang berhak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Yerusalem harus tetap seperti sekaran dan bukan ibu kota Israel", kata Mahathir.

"Yerusalem selalu berada di bawah Palestina, jadi mengapa mereka mengambil inisiatif untuk membagi Yerusalem?

Baca Juga : Pangeran Arab Mohammed Bin Salmen Diduga Bujuk Israel Agar Lancarkan Serangan ke Gaza Demi Alihkan Perhatian Dunia dari Kasus Khashoggi

Mereka tidak memiliki hak" lanjutnya.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Malaysia telah lama mendukung solusi untuk dua negara konflik (Palestina-Israel) itu.

Melansir dari Kompas.com (16/12/2018), pada Sabtu (15/12/2018), Pemerintah Australia mengeluarkan pernyataan yang mengakui kota Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel.

Melalui Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, Canberra mengumumkan bahwa pergeseran kebijakan luar negerinya adalah keputusan yang berimbang dan terukur.

Baca Juga : Ternyata Ayah Egianus Kogoya Pernah Terlibat Kasus Penyandraan Tim Lorentz Tahun 1996 yang Dilakukan OPM

Pemerintah Australia juga memutuskan untuk mengakui aspirasi rakyat Palestina bagi negara masa depan mereka dengan ibu kota di Yerusalem Timur.

Sementara itu, langkah Australia mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel itu justru disambut dengan kritikan oleh Israel.

Israel juga menyebut Australia telah melakukan kesalahan dalam menyampaikan kabar baik tersebut.

"Dengan menyesal, dalam penyampaian kabar positif ini mereka melakukan sebuah kesalahan" ujar Tzachi Hanegbi, Menteri Israel untuk kerja sama regional.

Baca Juga : Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, OPM Kerap Serang Freeport untuk 'Cari Perhatian'

"Tidak ada pembagian antara timur dan barat di kota Yerusalem.

Yerusalem adalah satu kesatuan, bersatu.

Kontrol Israel terhadap Yerusalem adalah abadi.

Kedaulatan kami tidak akan dipartisi atau dirusak.

Baca Juga : Dedi Haryadi, Pengemudi Ojol yang Berhasil Dapatkan Mini Cooper Seharga Ratusan Juta Hanya dengan Rp 12 Ribu Saat Harbolnas

Dan kami berharap, Australia akan segera menemukan cara untuk memperbaiki kesalahan yang dibuatnya" tandasnya.

Tak hanya Israel, kritikan terhadap Australia juga datang dari Otoritas Israel.

Mereka menyebut bahwa pemerintah Australia telah bertindak picik.

"Semua bagian Yerusalem tetap menjadi masalah status akhir untuk negoisasi, sementara Yerusalem Timur, di bawah hukum internasional merupakan bagian integral wilayah Palestina yang diduduki", katanya.

Baca Juga : Kisah Pria yang Mampu Turunkan Berat Badan 47 Kg Selama 10 Bulan Hanya Karena Lakukan 4 Kebiasaan Ini

Sebelum Australia, ada beberapa negara lain yang juga mengumumkan pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mengikuti jejak AS di bawah pimpinan Donald Trump.

Seperti Guatemala dan Paraguay.

Namun, tak lama setelah terjadi perubahan kepemimpinan, Paraguay mencabut keputusan tersebut. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Kompas.com, scmp