Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan
GridHot.ID - Sebagian ruas Jalan Raya Gubeng di Surabaya, Jawa Timur, ambles pada Selasa (18/12/2018) sekitar pukul 22.00 WIB.
Dilansir dari Kompas.com, jalan dilaporkan ambles dengan kedalaman kurang lebih 15 meter dan lebar sekitar 50 meter.
Jalan yang ambles berada di sekitar toko tas Elizabeth, Bank Negara Indonesia, serta kantor harian Kompas.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat fakta amblesnya Jalan Raya Gubeng, Surabaya:
1. Lokasi jalan ambles bersebelahan dengan lokasi proyek ruang bawah tanah (basement) di belakang Rumah Sakit Siloam Surabaya
Amblesnya jalan memanjang hingga lokasi proyek yang sedang dalam pengurukan tanah untuk basement itu.
Namun belum diketahui secara pasti apakah amblesnya jalan memang merupakan akibat aktivitas proyek tersebut atau bukan.
2. Tak ada kaitannya dengan gempa tektonik
Dilansir dari Grid.ID, Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho telah menerangkan penyebab ambles Jalan Raya Gubeng, Surabaya.
Ia menyebut bahwa amblesnya jalan tak ada hubungannya dengan sesar gempa atau patahan Surabaya dan Waru.
Penyebabnya lebih disebabkan kesalahan konstruksi.
Baca Juga : Misteri Uang Miliaran Rupiah Beterbangan di Jalan Raya Hingga Sebabkan Kecelakaan
Dinding penahan jalan (retaining wall) tidak mampu menahan beban.
Terlebih, saat ini sedang musim hujan.
3. Diduga terkait dengan aktivitas pembangunan RS Siloam
Hal ini diungkapkan Wakil Walikota Surabaya, Wisnu Sakti Buana dalam wawancaranya dengan Kompas TV.
"Dua hari lalu sudah kami ingatkan (pengembang RS Siloam). Mereka harusnya bikin fondasi, tapi mereka tidak membuat. Tidak sesuai izin," ungkap Wisnu dalam sebuah wawancara melalui telepon oleh Kompas TV pada pukul 23.20 WIB pada malam yang sama.
Baca Juga : Temukan Uang Rp3,8 Miliar yang Tercecer di Jalan, Pengendara Motor ini Justru Lakukan Hal yang Tak Terduga!
Lebih lanjut, dalam percakapan yang sama, Wisnu mengatakan belum melakukan pengecekan terhadap izin pembangunan RS Siloam.
Meski begitu dirinya mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan peringatan mengenai pembuatan fondasi.
4. Kondisi tanah tidak sesuai dengan data tanah yang dimiliki
Melansir dari Surya.co.id, Pakar Geoteknik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Prof Indrasurya Budisatria Mochtar mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan penyebab jalan ambles.
Pertama, faktor curah hujan tinggi yang membuat pergerakan di tanah mendorong area miring.
Baca Juga : Jalan Terbelah Hingga Bangunan Hancur, Berikut Penampakan Kota Alaska Setelah Diguncang Gempa 7.0 Magnitudo
"Kalau kasus di Jalan Raya Gubeng ini, nggak ada hujan deras juga semalam. Dan kondisi amblesnya berbeda dengan kondisi pada umumnya,"ujarnya ketika ditemui SURYA.co.id di laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil ITS, Rabu (19/12/2018).
Menurut Indrasurya Budisatria Mochtar, biasanya tanah ambles dan longsor membentuk curve dan bisa di dua sisi.
Namun di Jalan Raya Gubeng yang ambles, amblesnya tanah hampir terlihat berbentuk persegi dan hanya di satu sisi.
"Ada empat sisi, semuanya diperkuat tapi kok yang ambrol cuma satu sisi. Ini yang perlu diselidiki di lapangan. Yang menjadi masalah, longsor terjadi di dekatnya galian," urainya.
Baca Juga : 5 Potret Nadia Octavia, Dokter Sekaligus Jurnalis yang Dilamar Kekasih dengan Reklame di Jalan Gatot Subroto
Kedua yaitu kondisi tanah yang tidak sesuai dengan dengan data tanah yang dimiliki.
Karena setiap kondisi tanah di Kota Surabaya berbeda.
Namun menurutnya kondisi tanah di area Kalimas cukup kuat karena sudah ada bangunan Belanda sejak dulu.
"Biasanya data tanah yang digunakan juga tidak sesuai. Karena data tanah belum tentu sesuai kondisi di lapangan, banyak interpretasi dari data tanah itu," ujarnya.
Baca Juga : Unik, Tradisi Pernikahan Berjalan Suku Mosuo yang Tak Kenal Konsep Hidup Berpasangan
Terakhir menurutnya ada kesalahan asumsi dalam pengerjaan proyek.
Setiap pengerjaan bangunan menurutnya terdapat asumsi terburuk dan sudah diantisipasi.
"Namun, dalam kondisi tanah ambrol ini bisa jadi di luar asumsi pengerjaannya, kalau pengerjaannya sudah benar, untuk basemen teknik bottom up memang tidak perlu pondasi," lanjutnya.
Beda dengan sistem top down yang dipakai di Balai Pemuda, menurutnya sistem top down lebih aman digunakan karena pondasi dipasang dahulu sehingga lebih kuat.
"Seperti di East Coast yang tidak direkomendasikan untuk membuat basement bawah tanah karena kondisi tanah tidak mendukung. Bisa bikin basement tapi diatas tanah, dan banyak bangunan lain yang aman dibuat basement," ujarnya.
(*)