4 Fakta Amblesnya Jalan Raya Gubeng Surabaya, Keterangan Humas BNPB Hingga Analisis Pakar Geoteknik ITS

Rabu, 19 Desember 2018 | 14:05
Instagram/@dishubsurabaya

Jalan Gubeng Surabaya ambles, Selasa (19/12/2018).

Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan

GridHot.ID - Sebagian ruas Jalan Raya Gubeng di Surabaya, Jawa Timur, ambles pada Selasa (18/12/2018) sekitar pukul 22.00 WIB.

Dilansir dari Kompas.com, jalan dilaporkan ambles dengan kedalaman kurang lebih 15 meter dan lebar sekitar 50 meter.

Jalan yang ambles berada di sekitar toko tas Elizabeth, Bank Negara Indonesia, serta kantor harian Kompas.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut empat fakta amblesnya Jalan Raya Gubeng, Surabaya:

Baca Juga : Tak Berkaitan dengan Sesar Gempa atau Patahan Surabaya, Sutopo Sebut Penyebab Amblesnya Jalan Gubeng Surabaya Karena Hal Ini

1. Lokasi jalan ambles bersebelahan dengan lokasi proyek ruang bawah tanah (basement) di belakang Rumah Sakit Siloam Surabaya

Amblesnya jalan memanjang hingga lokasi proyek yang sedang dalam pengurukan tanah untuk basement itu.

Namun belum diketahui secara pasti apakah amblesnya jalan memang merupakan akibat aktivitas proyek tersebut atau bukan.

Baca Juga : Video Detik-detik Jalan Gubeng Surabaya Ambles, Terdengar Suara Gemuruh dan Ledakan hingga Tiang Listrik Ambruk

2. Tak ada kaitannya dengan gempa tektonik

Dilansir dari Grid.ID, Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho telah menerangkan penyebab ambles Jalan Raya Gubeng, Surabaya.

Ia menyebut bahwa amblesnya jalan tak ada hubungannya dengan sesar gempa atau patahan Surabaya dan Waru.

Penyebabnya lebih disebabkan kesalahan konstruksi.

Surya.co.id/ Fatimatuz Zahroh
Surya.co.id/ Fatimatuz Zahroh

Video detik-detik jalan Gubeng Surabaya ambles

Baca Juga : Misteri Uang Miliaran Rupiah Beterbangan di Jalan Raya Hingga Sebabkan Kecelakaan

Dinding penahan jalan (retaining wall) tidak mampu menahan beban.

Terlebih, saat ini sedang musim hujan.

3. Diduga terkait dengan aktivitas pembangunan RS Siloam

Hal ini diungkapkan Wakil Walikota Surabaya, Wisnu Sakti Buana dalam wawancaranya dengan Kompas TV.

"Dua hari lalu sudah kami ingatkan (pengembang RS Siloam). Mereka harusnya bikin fondasi, tapi mereka tidak membuat. Tidak sesuai izin," ungkap Wisnu dalam sebuah wawancara melalui telepon oleh Kompas TV pada pukul 23.20 WIB pada malam yang sama.

Baca Juga : Temukan Uang Rp3,8 Miliar yang Tercecer di Jalan, Pengendara Motor ini Justru Lakukan Hal yang Tak Terduga!

Lebih lanjut, dalam percakapan yang sama, Wisnu mengatakan belum melakukan pengecekan terhadap izin pembangunan RS Siloam.

Meski begitu dirinya mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan peringatan mengenai pembuatan fondasi.

Surya/Ahmad Zaimul Haq
Surya/Ahmad Zaimul Haqv

Foto terkini Jalan Gubeng, Surabaya, yang ambles, dari udara, Rabu (19/12/2018). Bangunan BNI ada d

4. Kondisi tanah tidak sesuai dengan data tanah yang dimiliki

Melansir dari Surya.co.id, Pakar Geoteknik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Prof Indrasurya Budisatria Mochtar mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan penyebab jalan ambles.

Pertama, faktor curah hujan tinggi yang membuat pergerakan di tanah mendorong area miring.

Baca Juga : Jalan Terbelah Hingga Bangunan Hancur, Berikut Penampakan Kota Alaska Setelah Diguncang Gempa 7.0 Magnitudo

"Kalau kasus di Jalan Raya Gubeng ini, nggak ada hujan deras juga semalam. Dan kondisi amblesnya berbeda dengan kondisi pada umumnya,"ujarnya ketika ditemui SURYA.co.id di laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil ITS, Rabu (19/12/2018).

Menurut Indrasurya Budisatria Mochtar, biasanya tanah ambles dan longsor membentuk curve dan bisa di dua sisi.

SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

Kondisi Jalan Gubeng Surabaya yang amblas pada hari Selasa (18/12/2018).

Namun di Jalan Raya Gubeng yang ambles, amblesnya tanah hampir terlihat berbentuk persegi dan hanya di satu sisi.

"Ada empat sisi, semuanya diperkuat tapi kok yang ambrol cuma satu sisi. Ini yang perlu diselidiki di lapangan. Yang menjadi masalah, longsor terjadi di dekatnya galian," urainya.

Baca Juga : 5 Potret Nadia Octavia, Dokter Sekaligus Jurnalis yang Dilamar Kekasih dengan Reklame di Jalan Gatot Subroto

Kedua yaitu kondisi tanah yang tidak sesuai dengan dengan data tanah yang dimiliki.

Karena setiap kondisi tanah di Kota Surabaya berbeda.

Namun menurutnya kondisi tanah di area Kalimas cukup kuat karena sudah ada bangunan Belanda sejak dulu.

"Biasanya data tanah yang digunakan juga tidak sesuai. Karena data tanah belum tentu sesuai kondisi di lapangan, banyak interpretasi dari data tanah itu," ujarnya.

Baca Juga : Unik, Tradisi Pernikahan Berjalan Suku Mosuo yang Tak Kenal Konsep Hidup Berpasangan

Terakhir menurutnya ada kesalahan asumsi dalam pengerjaan proyek.

Setiap pengerjaan bangunan menurutnya terdapat asumsi terburuk dan sudah diantisipasi.

"Namun, dalam kondisi tanah ambrol ini bisa jadi di luar asumsi pengerjaannya, kalau pengerjaannya sudah benar, untuk basemen teknik bottom up memang tidak perlu pondasi," lanjutnya.

Beda dengan sistem top down yang dipakai di Balai Pemuda, menurutnya sistem top down lebih aman digunakan karena pondasi dipasang dahulu sehingga lebih kuat.

"Seperti di East Coast yang tidak direkomendasikan untuk membuat basement bawah tanah karena kondisi tanah tidak mendukung. Bisa bikin basement tapi diatas tanah, dan banyak bangunan lain yang aman dibuat basement," ujarnya.

(*)

Tag

Editor : Chandra Wulan

Sumber Kompas.com, Surya.co.id, Kompas TV, Grid.ID