Seismometer Rusak Jadi Penyebab Tsunami Anyer Tak Terdeteksi

Minggu, 23 Desember 2018 | 09:50
Tribun Jabar/Istimewa

Tsunami menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan

Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan

GridHot.ID - Tsunami menerjang Anyer pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Awalnya, kabar tsunami masih simpang siur.

Namun, kini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan keterangan bahwa yang terjadi di Anyer dan sekitarnya memang tsunami.

Dilansir dari Kompas.com, tsunami di Pantai Barat Banten tidak dipicu oleh gempa bumi.

Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca Juga : Pemain Bass Band Seventeen Jadi Korban Meninggal Bencana Tsunami Banten

Disebutkan, BMKG telah mendetekdi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku dari tanggal 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga tanggal 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di wilayah perairan Selat Sunda.

Salah satu pemicu terjadinya tsunami Anyer adalah erupsi Gunung Anak Krakatau.

Namun, karena seismometer rusak, maka terjadinya tsunami tidak dapat terdeteksi sebelumnya.

"BMKG berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali sehingga peralatan seismometer setempat rusak, tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus," jelas dia.

Baca Juga : Panik Hingga Turun ke Jalan Akibat Kabar Tsunami, Warga Anyer: Cari Berita yang Bener

Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa tsunami tersebut tidak disebabkan oleh aktivitas gempabumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi ± 24 detik dengan frekuensi 8-16 Hz pada pukul 21.03 WIB.

Adapun berdasarkan hasil pengamatan tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Cinangka, Serang, tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang 0,9 meter.

"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," kata Dwikorita. Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter.

Baca Juga : 5 Fakta Penemuan Puluhan Kerangka Diduga Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Lalu, Jenazah Terbalut Plastik

Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," tutupnya.

Kepada Kompas TV, Dwikorita mengatakan bahwa BMKG telah memberikan peringatan sejak 21 Desember 2018 terkait gelombang tinggi.

Dwikorita mengklaim pihaknya melakukan ini karena saat ini sedang musim liburan.

Baca Juga : 45 Jenazah Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Silam Ditemukan Saat Hendak Menggali Lubang Untuk Septic Tank

"Pasti banyak pengunjung ke sana. Kami sampaikan ke aparat setempat," kata Dwikorita.

Ia juga mengatakan bahwa masih ada kemungkinan terjadi tsunami susulan karena data yang didapat belum lengkap.

"Karena tremor mengguncangkan lereng Gunung Krakatau. Rontokannya bisa terjadi berkali-kali. Dengan ketidakpastian ini, kita harus menyelamatkan warga yang akan berlibur dulu," lanjutnya.

BMKG berdampingan dengan PVMBG terus bekerja sama untuk terus update informasi terkait tsunami di Selat Sunda.

Hingga saat ini tercatat 43 korban tewas dan 584 luka-luka.

(*)

Tag

Editor : Chandra Wulan

Sumber Kompas.com, Kompas TV