Kesaksian Agung Bastian, Korban Selamat Tsunami di Banten: Digulung Lah Kita di Air

Minggu, 30 Desember 2018 | 06:30
youtube/brownis

Kesaksian Agung Bastian, korban selamat tsunami Banten

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Tragedi tsunami yang menerjang sebagian pantai di Selat Sunda masih menyisakan duka yang mendalam untuk para korban.

Bahkan, Ifan Seventeen sebagai satu-satunya personel Seventeen yang selamat dari tragedi tsunami itupun mengaku trauma.

Dalam tragedi tersebut, Ifan Seventeen harus merelakan kepergian tiga orang sahabatnya di grup band Seventeen dan istri tercintanya, Dylan Sahara untuk selamanya.

Ifan Seventeen sangat terpukul atas meninggalnya orang-orang terdekatnya ini.

Ia bahkan mengaku bingung jika ditanya soal kelanjutan kariernya dalam bernyanyi ataupun menjadi politisi.

Baca Juga : Beredar Peringatan Akan Adanya Tsunami hingga ke Indonesia, BMKG Pastikan Gempa Filipina Tak Berpotensi Tsunami

Ifan mengaku merinding setiap kali mendengar suara sirine ambulance dan panggung.

"Mungkin namanya trauma, tapi begitulah, aku merinding kalau mendengar ambulance, apalagi panggung. Aku lihat panggung tidak berani, apalagi harus naik pegang mic, dan aku lihat tidak ada saudaraku di sampingku," tutur Ifan Seventeen.

Selain Ifan Seventeen, rasa trauma pasca tsunami di Banten itu juga dirasakan oleh Agung Bastian selaku event organizer acara gathering PLN pada Sabtu (22/12/2018) lalu.

Dilansir dari Nakita.id, Agung Bastian mengaku masih merasa gemetar saat menceritakan bagaimana perjuangannya untuk bertahan hidup saat tsunami menerjang.

Saat itu Agung sedang menjadi MC sekaligus mengurus Aa Jimmy dan Ade Jigo sebagai pengisi acara gathering PLN di Tanjung Lesung, malam harinya.

Baca Juga : Beredar Video Penampakan Suasana Panggung Seventeen Sebelum Diterjang Gelombang Tsunami, Langit di Bibir Pantai Ditutupi Awan Hitam

Agung menceritakan siang harinya ia dan semua peserta gathering PLN masih sempat melakukan water sport di pantai.

Ia pun sempat merasakan keseruan menaiki banana boat dan jatuh dengan riang gembira di tengah laut.

"Sebelum Seventeen tampil, siang itu kita sempat outbond, water sport juga. Saya juga termasuk ikut banana boat.

Kalau banana boat kan jatuhnya di tengah laut ya, itu saya sempat teriak di tengah laut karena bahagia. Tidak merasa ada apapun, akan ada apapun, karena bahagia banget," kata Agung Bastian, EO gathering PLN sekaligu sahabat asisten Ivan Gunawan.

Tapi, Agung dan ratusan orang di sana tidak mengira akan terjadi bencana di Tanjung Lesung.

Baca Juga : Kembaran Ifan Seventeen Ungkapkan Kronologi Dylan Sahara Terseret Tsunami di Banten

"Cuman saat itu memang gunung anak Krakatau terlihat di siang hari, asapnya juga terlihat.

Kalau malam hari kan gelap ya, jadi api merah itu kelihatan. Kita memang sudah melihat, tapi tidak ada himbauan kalau kita harus menjauhi pantai," jelas Agung dikutip dari tayangan Brownis.

Saat tsunami menghantam, posisi Agung berdiri di depan panggung sebelah kanan sedang melihat Seventeen tampil.

Seketika tsunami datang dan Agung pun tak sempat berlari untuk menyelamatkan diri.

Ia bahkan tak sempat menolehkan kepalanya.

Baca Juga : Peneliti Sebut Potensi Tsunami di Selat Sunda hingga Setinggi 57 Meter

Menurut Agung, saat itu keluarga para pengisi acara juga sedang berada di belakang panggung.

Hal itulah yang menjadikan mereka sebagai orang pertama yang terkena hantaman tsunami.

Termasuk istri dan kedua anak Aa Jimmy yang ditemukan meninggal dunia setelah menghilang beberapa hari usai peristiwa.

"Kita ngga sempat lari, karena itu langsung menghantam dan menggulung kita. Di belakang panggung itu kita sediakan backstage untuk Seventeen dan Jigo. Istri Aa Jimmy dan anaknya itu sedang makan di belakang panggung saat kejadian," ujarnya.

Agung juga mengaku masih dalam kondisi sadar ketika tsunami itu menyeret tubuhnya.

Baca Juga : Sedih Karena HPnya Hilang Terbawa Air Saat Tsunami di Banten, Ifan Seventeen Minta Warganet Kirimkan Foto-foto Dylan Sahara

"Alhamdulillah aku ngga pingsan, aku sadar, sadarnya itu sadar dosa, istighfar sadar banyak salah. Tapi aku harus tetap rileks, istilahnya jangan panik, kalau ngga napas aku habis," katanya.

Agung benar-benar merasakan tubuhnya seketika tenggelam ke bawah lalu naik lagi ke permukaan air karena gulungan ombak yang cukup dahsyat.

"Sampai akhirnya aku dibawa naik, pas di bawah itu aku udah ngga napas, terus dibawa naik aku napas, terus dibawa turun lagi. Digulung lah kita itu di air. Ending-nya aku ada di atas pohon," tuturnya.

Saat itulah Agung melihat sebuah pohon yang tumbang dan ia berusaha meraih pohon tersebut agar bisa mengapung.

"Aku lihat ada pohon tumbang, aku kejar, aku raih. Akhirnya aku naik di situ dan aku lihat ada anak kecil banyak. Selamat Alhamdulillah," ucapnya.

Baca Juga : 5 Tsunami Terdahsyat yang Pernah Terjadi di Dunia, 2 di Antaranya Menggulung Indonesia

Setelah mengapung menggunakan pohon tumbang, Agung langsung berusaha menuju restoran vila yang letaknya cukup tinggi dari air.

Di restoran vila Tanjung Lesung itulah Agung berhasil selamat dari tsunami dalam kondisi tubuh babak belur karena hantaman benda-benda keras ketika tergulung air.

"Nah kebetulan di Tanjung Lesung itu restoran di vilanya tinggi. Jadi dari restoran baru turun ke tempat panggung kita. Kalau lari (ke atas) itu susah karena tangganya ada di ujung-ujung.

Cuman ketika aku sadar di atas pohon, aku larinya ke restoran, di restoran karena tinggi ya selamatnya di restoran, itu saksi hidupku," tandasnya. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber nakita, GridHot.ID