Nelayan Ini Jadi Saksi Hidup Terjadinya Tsunami Banten: Saya Lihat Gunung Anak Krakatau Membelah Dua, Setelah Itu Timbulah Tsunami

Minggu, 30 Desember 2018 | 11:25
The Straits Times

Foto udara play ground dan kolam renang pinggir pantai yang luluh lantak diterjang tsunami Banten

GridHOT.id - Nelayan asal Lampung, Puji (19),menjadi salah satu saksi mata yang melihat detik-detik terjadinya tsunami Banten, Sabtu (22/12/2018).

Saat itu Puji sedang mencari ikan bersama 14 nelayan lainnya yang sempat camping di Gunung Anak Krakatau sebelum tsunami.

Megapolitan kompas
Megapolitan kompas

Tsunami Banten

Dari 15 nelayan, tersisa 4 termasuk Puji yang berhasil menyelamatkan diri dari tsunami dan letusan Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga : Menangis! Greg Nwokolo Katakan Sudah Bahagia dengan Kimmy Jayanti: Hello Kitty Dia... Muka Doang Serem!

"Ya itu ngga ada tanda-tanda sama sekali kalau mau kejadian Gunung Anak Krakatau mau meletus. Posisi saya lagi di tengah laut, sekitar 700 meter dari Anak Krakatau lagi mencari ikan," kata Puji melansir dari Youtube Lampung TV.

Youtube/Lampung TV

Nelayan selamat dari tsunami Banten, berenang 16 jam dan makan ikan mentah

Kala itu Puji dan belasan nelayan lainnya memahami kondisi Gunung Anak Krakatau sedang aktif.

Tetapi, mereka tak mengira kalau Gunung Anak Krakatau akan meletus dahsyat karena situasinya seperti hari biasanya.

Baca Juga : Duda Kaya! Ini Bukti Kalau Ahok Memang Kaya Raya, Kekayaannya Diprediksi Bertambah Setelah Bebas dari Penjara Bulan Depan

Puji pun melihat jelas Gunung Anak Krakatau meletus hingga menimbulkan tsumami.

"Waktu kejadian itu saya lihat Gunung Anak Krakatau membelah dua. Pas belah dua itu mulai timbulnya tsunami.

Waktu itu yang saya lihat paling jelas meletusnya bukan di bagian atas, tapi di samping. Meletusnya di bagian samping, lahar-lahar mencar semua," ujarnya.

Tsunami terjadi setelah belahan Anak Krakatau jatuh ke laut hingga menimbulkan 3 gelombang tinggi.

Baca Juga : WOW! Hotman Paris Akhirnya Bisa Kembali Tidur Seranjang dengan Sang Istri Setelah 10 Tahun

"Terus bagian atasnya ambruk, nah 5 menit kemudian timbul ombak tsunami. Ada 3 ombak itu yang besar dan yang paling besar ombak ketiga," katanya.

Menurut Puji, tingginya gelombang tsunami di tengah laut mencapai 12 meter.

Gelombang tsunami itu lantas menghancurkan perahu Puji dan nelayan lainnya.

Beruntungnya, mereka masih bisa mengapung di tengah laut menggunakan bongkahan perahu.

"Untungnya materialnya tidak sampai kami, cuman batu apungnya saja yang kena kami. Air lautnya juga campur sama belerang, bau, keruh juga kayak air kopi," jelasnya.

Baca Juga : Heboh Kabar Nisan Makam Bani Seventeen Hilang, Keluarga Akhirnya Beri Klarifikasi

Puji menceritakan situasi di tengah laut usai letusan Gunung Anak Krakatau sempat hujan bercampur debu vulkanik.

Perjuangan Puji menyelamatkan diri di tengah laut ketika tsunami pun tak mudah.

Ia sempat menyusul temannya yang masih ada di daratan Anak Krakatau.

"Lalu saya berenang sama teman saya nyusul teman saya di daratan Anak Krakatau. Disana ternyata perahu teman-teman juga sudah hancur, mereka juga berenang. Terus saya samperin, saya nanya katanya di daratan masih ada 2 orang lagi," paparnya.

Baca Juga : Akhir Kekuasaan Putra Sang Fajar Bung Karno, Hanya Minta Nasi Kecap Buat Sarapan Tak Diberi

Tapi, di tengah Puji ingin menolong temannya, belahan Anak Krakatau kembali jatuh ke laut sebanyak 2 kali.

Ambrukan Anak Krakatau yang terakhir langsung membuat air laut terasa panas.

"Saya samperin, tapi belum sampai tempat bagian ujung gunungnya jatuh. Saya teriak ke mereka agar berenang ke tengah.

Setelah teman saya berenang ke tengah, bagian timur gunung ambruk lagi. Setelah ambruk itu airnya langsung panas sampai badan kerasa panas," katanya.

Baca Juga : 5 Kebiasaan Sederhana yang Bisa Membuat Kamu Lebih Sejahtera di 2019

Beruntungnya lagi, Puji dan 6 nelayan lainnya berhasil menyelamatkan diri dari tragedi letusan Anak Krakatau dan tsunami.

Mereka berkumpul di tengah laut dalam keadaan mengapung sambil memikirkan cara menyelamatkan diri.

Bahkan mereka sempat mengisi tenaga dengan mengonsumsi makanan seadanya, termasuk ikan mentah demi menambah tenaga.

Baca Juga : Seluruh Keluarganya Diduga Tewas Akibat Tsunami, Adit Simpan Biskuit dan Susu yang Diberikan Relawan Sambil Berakata

"Akhirnya kita kumpul ada 7 orang dan ada persediaan beras. Kita makanin itu beras mentah di tengah laut, makan ikan mentah juga saking laparnya biar ada tenaga," ucapnya.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Puji dan 6 nelayan lain memutuskan berenang ke daratan dengan bantuan bongkahan perahu.

Sayangnya, 3 nelayan tidak mampu lagi berenang hingga meminta Puji dan nelayan lain untuk terus berenang menyelamatkan diri lebih dulu.

"Sesudah itu kita memutuskan untuk berenang ke pulau dari tengah laut. Tapi, 3 orang ngga kuat berenang.

Baca Juga : Ariel Noah Dijodohkan dengan Maria Eka, Enggak Nyangka Begini Reaksi Ariel...

Puji mengatakan 3 temannya tidak sanggup lagi berenang ke daratan lantaran kehabisan tenaga dan alami kram kaki.

Di sisi lain, Puji dan 3 nelayan lain yg berhasil selamat juga tidak sanggup menyelamatkan temannya karena sudah mulai lemas.

"Mereka sempat bilang sudah ngga kuat lagi, kaki sudah kram, ngga tahan lagi. Kita juga bingung caranya menyelamatkan gimana, tubuh saya juga sudah lemas, buat menyelamatkan diri susah," ujarnya.

Baca Juga : Pesona Kecantikan Mantan Istri Ifan Seventeen, Ghea Astrid Gayatri yang Berprofesi Dokter!

Alhasil, Puji dan temannya memutuskan meninggalkan 3 nelayan tersebut guna menyelamatkan diri lebih dulu.

Puji berenang ke daratan dari tengah laut selama 16 jam dengan kondisi tubuh yang sudah sangat lemas dan sedih karena harus meninggalkan temannya.

"Akhirnya kita tinggalkan 3 orang itu di tengah laut," tandasnya. (Nakita.grid.id/Shevinna Putti Anggraeni)

Baca Juga : Akhirnya Terjawab Soal Kehamilan Maia Estianty...

Artikel ini sudah tayang di Nakita.grid.id dengan judul Saksikan Letusan Anak Krakatau, Nelayan Ini Selamat dari Tsunami dengan Berenang 16 Jam dan Makan Ikan Mentah

Tag

Editor : Rich

Sumber Nakita.grid.id