NASA : Erupsi Gunung Agung Bisa Selamatkan Kelangsungan Hidup Umat Manusia di Bumi

Senin, 31 Desember 2018 | 11:55
ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF

Gunung Agung erupsi pada Minggu (30/12).

Gridhot.ID - Hari Minggu (30/12) Gunung Agung yang berada di Karangasem, Bali, erupsi.

Menurut pemberitaan resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Agung, erupsi terjadi selama 3 menit 8 detik.

Amplitudonya maksimum 22 mm, meski kolom abu tidak teramati karena puncak tertutup kabut.

Dikutip dari suar.grid.id, Senin (31/12) pada hari Minggu pagi, petugas mencatat tiga kali gempa hanya dalam rentang 3 jam.

Baca Juga : Walah, Rambut Afro Miss Kongo Terbakar Usai Dinobatkan Jadi Miss Africa

PVMBG lantas menyatakan gunung Agung pada level III (siaga).

Aktivitas masyarakat, pendaki dan wisatawan dilarang mendekati seluruh area dalam radius 4 kilometer dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Namun erupsinya gunung Agung membuat badan antariksa Amerika Serikat (NASA) mempunyai pandangan lain.

NASA menyebut meletusnya gunung Agung mempunyai arti amat penting bagi kelangsungan hidup manusia di bumi.

Baca Juga : Akhir Kekuasaan Putra Sang Fajar Bung Karno, Hanya Minta Nasi Kecap Buat Sarapan Tak Diberi

Para peneliti NASA dengan melacak letusan gunung Agung bisa mengetahui lebih banyak di mana bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer dapat digunakan untuk melawan perubahan iklim/pemanasan global.

Contohnya saat gunung Agung erupsi pada November tahun lalu, ia menuangkan uap dan gasnya ke atmosfer bumi.

Fenomena ini disebut "musim dingin vulkanik".

Contoh berikutnya saat letusan gunug Pinatubo di Filipina tahun 1991.

Baca Juga : Pantai Manado Dihantam Ombak Setinggi 2-4 Meter, BMKG Jelaskan Ada Gelombang Tinggi di Beberapa Wilayah Indonesia

Pinatubo memuntahkan bebatuan dan abu ke udara dibarengi 20 juta ton gas belerang dioksida ke atmosfer.

Gas yang dikeluarkan gunung tersebut menyebar keseluruh dunia.

Lantas terjadi reaksi kimia dimana ketiga gas bercampur dengan uap air sehingga menghasilkan tetesan dingin kecil (aerosol).

Aerosol inilah yang memantulkan dan menyebarkan sinar matahari ke bumi yang membuat dunia lebih 'adem' dari pemanasan global.

Letusan seperti ini, menurut The New York Times, adalah influencer alami bumi.

Nah, NASA berharap letusan gunung Agung bisa memberikan dampak demikian dengan tidak mengindahkan aspek keselamatan masyarakat sekitar gunung.

(*)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Kompas TV, Suar.grid.id