Tewaskan 7 Warga Akibat Sengatannya, Tawon Vespa yang Mematikan Hantui Warga Klaten

Jumat, 11 Januari 2019 | 18:55
Judy Gallaggher via Wikimedia Commons

Tawon Vespa affinis atau disebut tawon endhas oleh warga lokal

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Jangan pernah menganggap remeh sengatan tawon.

Kini warga Klaten, Jawa Tengah sedang resah dan dihantui rasa takut terhadap tawon berjenis Vespa affinis.

Tawon Vespa atau yang disebut tawon endhas oleh warga lokal ini telah menyebabkan tujuh orang meninggal dunia karena sengatannya.

Melansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Klaten Nur Khodik mengatak jika sengatan tawon Vespa affinis ini bisa menyebabkan kematian pada seseorang.

Jika dalam 1 x 24 jam seseorang yang terkena sengatan tawon Vespa tak segera ditangani, maka orang tersebut bisa meninggal.

Baca Juga : Surat Ijin Pemeliharaan Buaya yang Tewaskan Deasy Tuwo Diselidiki, Polisi Isyaratkan Pemilik Dapat Terancam Penjara

"Tawon ini sangat berbahaya. Sudah ada tujuh warga yang meninggal karena sengatan tawon Vespa affinis.

Dua warga pada tahun 2017 dan 5 orang warga tahun 2018" katanya saat dikonfirmasi Kompas.com pada Jumat (11/1/2019).

Nur Khodik juga mengatakan jika pihaknya telah memusnahkan ratusan sarang tawon Vespa affinis.

Pada tahu 2017, ada 217 sarang tawon yang dimusnahkan.

Sedangkan tahun 2018 kemarin, ada 2017 sarang tawon yang dimusnahkan.

Baca Juga : Beredar Video Evakuasi Mayat Deasy Tuwo, Wanita Minahasa yang Tewas Digigit Buaya Peliharaan Saat Memberi Makan

Lebih lanjut, Nur Khodik mengatakan jika ia telah memusnahkan 18 sarang tawon Vespa affinis di awal tahun 2019 ini.

Masih ada 22 sarang tawon yang masih dalam antrean untuk dimusnahkan.

Diameter sarang tawon endhas atau tawon vespa ini bisa mencapai dua meter.

Biasanya sarang tersebut bisa kita temukan di pohon, batu, lemari dan atap rumah.

Nur Khodik juga mengatakan jika biasanya pihaknya melakukan evakuasi sarang tawon pada malam hari.

Baca Juga : Cerita Warga Sumur Lihat Gelagat Aneh Seekor Buaya: Berdiri dengan Kaki Belakang dan Memandangi Lautan Satu Setengah Jam Sebelum Tsunami Banten Menerjang

"Evakuasi biasanya kami lakukan setelah maghrib sekitar pukul 18.00 WIB.

Karena tawon ini tidak terlalu agresif sehingga tidak membahayakan yang mengevakuasi" katanya.

Menurut penjelasan Nur Khodik, cara memusnahkan sarang tawon endhas atau tawon Vespa affinis ini dilakukan dengan cara dibakar dan menggunakan zat, tergantung medan keberadaan sarang tawon tersebut.

"Sarang atwon ini ada yang kami musnahkan dengan cara dibakar dan menggunakan zat.

Kami sesuaikan medannya di mana sarang tawon itu berada" terangnya.

Baca Juga : Tragis! Pria Bertarung dengan Buaya Sepanjang 7 Meter, Namun Ia Kalah dan Diseret ke Dalam Air

Sementara itu, dikutip dari BBC Indonesia, selain korban tewas, sengatan tawon vespa ini juga menyebabkan sejumlah warga yang terkena sengatan menjalani rawat inap di rumah sakit.

Di sebuah desa di Klaten, setidaknya ada sekitar 10 kepala keluarga yang bahkan sampai harus mengungsi karena khawatir dengan sengatan tawon tersebut.

Salah satu anggota Operasi Tangkap Tawon (OTT) Damlar Klaten, Eddy Setiawan menjelaskan beberapa ciri tawon Vespa affinis yang menyerang warga Klaten.

Di antaranya adalah ada cincin di bagian ekor, berwarna oranye dan berukuran sekitar 1,5 centimeter.

Untuk ratunya, berukuran sekitar dua centimeter.

Baca Juga : Sarangnya Terusik Usai Tsunami Banten Menerjang, Keberadaan Ular Kini Jadi Ancaman Bagi Warga Pandegalang

Tim Pakar Serangga dari LIPI bahkan menyebut jika serangan tawon di Klaten merupakan yang terbesar di Indonesia.

Pakar Ilmu Serangga LIPI, Hari Nugroho mengatakan bahwa penanganan tawon jenis ini harus berhati-hati agar tidak merusak ekosistem.

Menurut Hari, seharusnya yang dilakukan adalah pengendalian bukan pemusnahan.

Karena ini berkaitan dengan keseimbangan ekosistem tawon itu sendiri yang memiliki peranan sebagai predator pemangsa hama.

Hari juga menyebutkan jika meledaknya populasi tawon jenis ini dipicu oleh adanya peningkatan suhu.

Baca Juga : Sedih, Seekor Anjing yang Tewas Karena MelawanUlar Piton Sepanjang 6 Meter Demi Lindungi Majikannya

Namun, kemungkinan itu masih dalam tahap kajian yang diperkirakan akan selesai pada bulan Februari mendatang. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Kompas.com, BBC Indonesia