Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Gridhot.ID - Aktivitas Gunung Anak Krakatau hingga kini masih terus menjadi perhatian.
Meski jumlah letusannya sudah cenderung menurun, namun Gunung Anak Krakatau hingga kini masih berstatus siaga dengan zona berbahaya 5 kilometer dari puncak kawah.
Hal ini diketahui dari cuitan Sutopo Purwo Nugroho di akun Twitternya @Sutopo_PN.
Sejak erupsi beberapa waktu lalu, telah muncul berbagai fenomena alam di Gunung Anak Krakatau.
Mulai dari munculnya tsunami Selat Sunda hingga yang terbaru adalah air laut yang berwarna oranye.
Berikut adalah deretan fenomena alam yang muncul pasca letusan Gunung Anak Krakatau yang berhasil dihimpun Gridhot.ID.
1. Tsunami Selat Sunda
Kawasan pesisir pantai Anyer, provinsi Banten, hingga Lampung diterjang gelombang Tsunami pada Sabtu malam (22/12/2018) pukul 21.30 WIB.
Tsunami Banten yang datang tiba-tiba tanpa diikuti gempa itu diduga terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.
2. Kepulauan Seribu Dipenuhi Kerikil hingga Terlihat Seperti Dataran Baru
Dilansir dari Kompas.com, material vulkanik erupsi Gunung Anak Krakatau ditemukan hanyut hingga ke pesisir Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua dan Pulau Harapan, Kepulauan Seribu sejak Rabu (26/12/2018) kemarin.
Baca Juga : Temukan 2 Retakan Baru di Tubuh Gunung Anak Krakatau, BMKG Khawatirkan Adanya Tsunami Susulan
Koordinator Lapangan Pesisir Pantai Pulau Harapan Sudin LH Kepulauan Seribu Surya Ismail mengatakan jika material vulkanik itu berbentuk kerikil.
"Bentuknya kerikil-kerikil halus cuma dia ngapung di atas laut. Ukurannya enggak besar, seperti kacang-kacang hijau lah" kata Surya saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/12/2018).
Menurut Surya, hanyutnya kerikil-kerikil itu disebabkan oleh pergerakan angin dari barat daya ke timur laut.
Gunung Anak Krakatau sendiri terletak di 70 mil sebelah barat daya Kepulauan Seribu.
3. Tinggi gunung menyusut
Baca Juga : Pasca Meletus, Tinggi Gunung Anak Krakatau Menyusut dari 338 MDPL Jadi 110 MDPL
Letusan yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau menyebabkan penyusutan ketinggian gunung Anak Krakatau.
Dari yang semula 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadi hanya 110 mdpl.
Berkurangnya volume tubuh gunung Anak Krakatau diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunung api yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 27 hingga 28 Desember 2018.
4. Temuan 2 retakan baru di tubuh Gunung Anak Krakatau
Menyusutnya tinggi Gunung Anak Krakatau itu disertai dengan temuan dua retakan baru di tubuh Gunung Anak Krakatau.
Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati mengatakan terdapat dua retakan baru dalam satu garis lurus di salah satu sisi badan Gunung Anak Krakatau.Dwikorita menduga, retakan itu terjadi lantaran adanya getaran tinggi yang muncul saat erupsi gunung Anak Krakatau.
Munculnya retakan baru itu membuat BMKG khawatir akan terjadi tsunami susulan.
Hal ini dikarenakan kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau saat terdapat jurang di sisi barat hingga selatan.
"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai.
Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong dan bisa roboh (longsor)" ujar Dwikorita menjelaskan.
6. Muncul cekungan kawah menyerupai teluk
Usai terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, TNI Angkatan Laut (AL) menemukan penampakan tak biasa di dasar laut Selat Sunda.
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan adanya pendangkalan dasar laut di Selat Sunda.
Hal ini seperti dikutip GridHot.ID dari artikel terbitan Tnial.mil.id pada 1 Januari 2018.
Tak hanya temukan adanya pendangkalan dasar laut, TNI AL juga menyebut adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) lalu.
Hasil tersebut diperoleh setelah KRI Rigel-933 yang merupakan kapal survei di bawah pembinaan Pushidrosal melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau setelah terjadinya erupsi dan tsunami di perairan Selat Sunda.
Menurut Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. dari data hasil survei hidro-oseanografi Pushidrosal tahun 2016 dan data Multi Beam Echosounder (MBES) hasil Survei Tim Pushidrosal pada tgl 29 sd 30 Desember 2019, perairan di Selatan Gunung Anak Krakatau diperoleh perubahan kontur kedalaman 20 sd 40 m lebih dangkal.
Tentunya hal ini dikarenakan adanya tumpahan magma dan material longsoran Gunung Anak Krakatau yang langsung jatuh ke laut.
“Selain itu dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Anak Gunung Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 m2 atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk. Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma Gunung Anak Krakatau yang berasal dari bawah air, laut” kata Kapushidrosal saat meninjau langsung KRI Rigel di perairan Banten.
7. Puncak gunung hilang
Pasca tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau memang masih mengalami erupsi berkali-kali hingga statusnya naik menjadi siaga level III pada 27 Desember 2018 lalu.
Melansir dari suar.id, penampakan kondisi terkini Gunung Anak Krakatau pun berhasil diabadikan oleh James Reynolds, pendiri Earth Uncut TV yang sering mendokumentasikan bencana alam di seluruh dunia.
James, berhasil mendokumentasikan baik berupa foto atau video kondisi Gunung Anak Krakatau dari 10 - 11 Janiari 2019, dan membagikannya melalui serangkaian cuitan di akun twitternya @EaryhUncutTV.
Dari serangkaian foto-foto dan video yang ia bagikan, tampak gunung Anak Krakatau mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Puncak kawah Gunung Anak Krakatau tampak banyak yang hilang.
Baca Juga : Saat Seluruh Dunia Menjadi Gelap dan 'Mencekam' Karena Erupsi Gunung Krakatau Tahun 1883
Ketinggian kawah Gunung Anak Krakatau pun tampak hampir sama dengan permukaan air laut.
Sedangkan dindingnya paling tinggi hanya 110 meter di atas permukaan laut (mdpl) dari sebelum tsunami, yang mencapai 338 mdpl.
Sementara dinding kawah hanya tersisa sekitar 110 meter di atas permukaan laut.
8. Muncul air laut berwarna oranye
Masih dari cuitan James, diketahui bahwa air laut di sekitar Gunung Anak Krakatau menjadi sangat panas.
Baca Juga : Abu Vulkanik Hitam Pekat Dimuntahkan Gunung Anak Krakatau 4 Jam Sebelum Tsunami Banten Menerjang
Hal ini terlihat dari uap panas yang naik dari air laut.
Selain itu, air laut di sekitarnya juga berubah warna menjadi oranye.
Menurut penjelasan Sutopo, perubahan air laut menjadi oranye ini dikarenakan adanya kandungan zat besi tinggi dari kawah Gunung Anak Krakatau yang kemudian masuk ke dalam air laut di sekitarnya. (*)