Gridhot.ID - Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar negara Korea Selatan (Korsel)?
Pastilah terlintas Korsel adalah negara maju dengan budaya K-pop yang mendunia.
Memang patut diakui, Korsel merupakan negara Asia maju baik dari segi ekonomi dan pendidikan.
Namun jika menilik awal dekade 1950, maka keadaan Korsel akan berbalik 180 derajat.
Baca Juga : Orang Tua Teledor, Bayinya Ditelantarkan Tak Ganti Popok Selama 9 Hari Hingga Ditumbuhi Belatung
Saat itu Korsel tak ubahnya negara 'sekarat' luar dalam.
Dilanda perang dengan saudara tuanya, Korea Utara (Korut) membuat warganya hidup nelangsa, kekurangan pangan, kelaparan serta dilanda ketakutan akan kematian.
Mengutip dari Mochtar Lubis : Catatan Perang Korea, wartawan kawakan Mochtar Lubis menggambarkan bagaimana dirinya melihat kengerian perang Korea.
Mochtar Lubis sendiri berangkat ke Korea atas undangan dari PBB sebagau wartawan perang untuk meliput kekisruhan bersenjata di sana.
Baca Juga : Usai Bebas, Ahok Lantas Pergi ke Sebuah Lokasi yang Masih Dirahasiakan
September 1950, Mochtar Lubis injakkan kakinya di lapangan terbang K-9 dekat Pusan, Korea Selatan.
Sebagai wartawan perang, dirinya ingin segera sampai ke Pusan. Dimana di Pusan adalah semacam pintu gerbang masuk ke kancah peperangan antara Korsel-AS melawan Korut dengan bekingan China.
Ia segera menaiki sebuah truk milik AD AS menuju Pusan.
"Sepanjang jalan udara juga dipenuhi bau yang amis dan membongkar perut," tulis Mochtar Lubis.
Mochtar Lubis tahu apa bau tersebut.
Baca Juga : Dicap Mandul, Mertua Kalap Masukkan Menantu Ke Peti Mati untuk Dikremasi Hidup-hidup
"Kebun-kebun orang Korea memakai pupuk dari kotoran manusia. Dan sepanjang jalan itu banyak kebun sayur, bayangkanlah baunya!"
"Saya rasa kalau lama-lama tinggal di Korea, maka bau itu akan melekat ke badan dan tidak bisa hilang dengan sabun," seloroh Mochtar Lubis.
Mochtar kemudian bertanya pada serdadu muda AS asal Texas yang mengemudikan truk mengenai situasi Pusan.
Serdadu AS itu berkata jika orang Korea bau sekali tubuhnya dan tak ada prajurit AS yang jatuh cinta pada perempuan Korea.
"Mereka mandi hanya 3 kali," ujar serdadu AS itu.
"Sekali saat dilahirkan, sekali pas akan kawin dan sekali lagi jika sudah mati." ujar serdadu AS itu ketus sambil menghisap rokoknya.
Sampai ke Pusan nyatanya kekecewaan didapat oleh Mochtar Lubis.
Front pertempuran sudah menjauh ke Taegu, kini Pusan dipakai sebagai basis militer.
"Saban saat yang kelihatan cuma militer. Truk-truk yang lewat, serdadu-serdadu Korsel yang dilatih hujan atau tidak hujan."
"Kota Pusan ini amat tidak menarik hati. Tidak berwarna, basah," beber Mochtar Lubis.
Dirinya berpikir jika harus cepat-cepat cabut dari Pusan ke arah utara.
Hal ini lantaran front pertempuran sudah berpindah ke Taegu.
"Saya harus lekas pergi ke front. Di utara lebih banyak yang dapat diperiksa dan dilihat," kata Mochtar Lubis. Bersambung
(Seto Aji/Gridhot.ID)