Namanya Tak Terdaftar Sebagai Penerima Bantuan Korban Longsor di Gowa, Daeng Memang Rela Pertaruhkan Nyawa Susuri Hutan Demi Dapatkan Sembako

Jumat, 01 Februari 2019 | 17:32
Kompas.com/ Abdul Haq

Sejumlah warga korban longsor di Gowa yang nekat mempertaruhkan nyawa menyusuri hutan demi mendapatkan bantuan

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Sejumlah warga Gowa yang terkena longsor harus mempertaruhkan nyawanya menembus isolasi material longsor hanya untuk mendapatkan bantuan sembako dari para relawan.

Dilansir dari Kompas.com, hal ini dikarenakan pembagian bantuan untuk korban longsor di Gowa yang tak merata.

Para warga tersebut harus berjalan kaki sejauh tiga kilo meter dengan menyusuri hutan dan sejumlah material titik longsoran.

Salah satu warga Gowa, Sulawesi Selatan yang rela mempertaruhkan nyawanya demi mendapat bantuan adalah Daeng Memang (39).

Baca Juga : Tampil Seksi dengan Lipstik Merah, Nia Ramadhani Banjir Pujian dari Netizen

Daeng Memang bersama korban longsor lainnya di Desa Mangngempang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan berjalan sejauh tiga kilometer menembus isolasi material longsor pada Jumat (1/2/2019).

"Kami tinggalkan rumah kalau cuaca agak cerah, tetapi kalau hujan kami tidak berani karena longsor susulan bisa saja terjadi" ujarnya sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Lebih lanjut, ia menceritakan alasannya tak meninggalkan rumah disebabkan oleh masih banyaknya korban selamat yang datang meminta pertolongan.

"Kami tidak mungkin tinggalkan rumah karena masih banyak keluarga kami (korban selamat) yang datang meminta pertolongan.

Baca Juga : Tampil dengan Dress Sequin Bling Bling Super Mewah dan Elagan, Maia Estianty Banjir Pujian dari Netizen!

Sementara Posko Pengungsian dari sini sangat jauh" lanjutnya.

Menurut Daeng, sebenarnya ada banyak bantuan sembako dan kebutuhan pokok lainnya yang menumpuk di Posko Pengungsian.

Namun, dirinya enggan ke sana karena terkendala persoalan administrasi.

Daeng yang kini jadi orangtua tunggal itu menceritakan bahwa yang berhak menerima bantuan di Posko Pengungsian adalah Kepala Keluarga.

Baca Juga : Terkepung Banjir di Pekalongan, Nenek Salma Ditemukan Tewas Terapung di dalam Rumahnya

Namun, suami Daeng sudah lama meninggal.

Hal ini menyebabkan dirinya tak terdaftar sebagai penerima bantuan di posko tersebut.

"Yang berhak menerima bantuan di Posko Pengungsian adalah Kepala Keluarga, sementara suami saya sudah lama meninggal dunia jadi otomatis saya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan" katanya bercerita.

Sementara itu, pihak pemerintah setempat mengatakan agar seluruh warganya yang terdampak bencana longsor segera melaporkan diri dan mengungsi di lokasi yang sudah disediakan.

Baca Juga : Banjir di Gowa, Warga Pertaruhkan Nyawa Sebrangi Jembatan Bambu untuk Selamatkan Diri

Agar pemerintah bisa lebih mudah melakukan pemantauan dan pengawasan kepada seluruh warganya.

Sebagai tambahan informasi, bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Sulawesi Selatan memang cukup parah.

Hal ini bisa dilihat dari unggahan akun Instagram @makassar_iinfo pada Rabu (30/1/2019).

Dalam unggahan tersebut, terlihat beberapa potret penampakan kondisi lokasi terdampak banjir dan longsor yang begitu parah.

Baca Juga : Prediksi BNPB Terkait Bencana yang Akan Terjadi di Indonesia Tahun 2019, Banjir dan Puting Beliung Masih Mendominasi

Rumah-rumah hancur serta bangunan jembatan yang ambruk.

Hingga 30 Januari 2019, tercatat masih banyak korban yang belum ditemukan, 68 orang meninggal, 47 orang mengalami luka-luka dan 6.575 orang mengungsi. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Kompas.com, GridHot.ID