Curhat Pilu Ayah Aldama Putra Usai Putra Tunggalnya Tewas: Kami Butuh Nyawa Anak Kami Kembali Pak Menteri

Sabtu, 09 Februari 2019 | 15:15
Facebook via Tribun Timur

Aldama Taruna ATKP Makassar Tewas usai Dianiaya Senior

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Kasus tewasnya Aldama Putra, taruna Universitas ATKP Makassar hingga kini masih terus bergulir.

Tiga hari pasca kematian Aldama Putra, sang ayah mencurahkan kesedihannya lewat akun FacebookSamnha Bhayangkara.

Rupanya, curhatan pilu itu merupakan tanggapannya atas kebijakan yang telah dilakukan Kementerian Perhubungan Indonesia (kemenhub) yang sudah membentuk tim untuk menangani kasus meninggalnya Aldama Putra, anak tunggalnya.

"Bapak Menteri Perhubungan,,, kami keluarga banyak terima kasih atas pernyataan sikap bapak untuk membentuk tim dalam kasus meninggalnya anak kami" tulis Samnha membuka curhatan pilu di laman facebooknya pada Rabu (6/2/2019).

Baca Juga : Tewas Dianiaya di Kampus ATKP Makassar, Kepala Aldama Putra Diinjak Seniornya Lantaran Tak Pakai Helm Saat Berkendara

Curhatan pilu itu selanjutnya berisi ungkapan kesedihan pihak keluarga atas meninggalnya Aldama Putra.

Tak hanya itu, lewat curhatan tersebut, ayah Aldama Putra juga menyampaikan beberapa kejanggalan yang ia rasakan atas kasus kematian anaknya.

Samnha juga merasa jika pihak universitas seakan-akan menutupi kasus kematian Aldama Putra dari publik.

Dan berikut adalah isi curhatan pilu ayah Aldama Putra di laman facebooknya.

Baca Juga : Kronologi Tewasnya Aldama Taruna ATKP Makassar yang Dianiaya Senior, Korban Dipukul di Dada dan Tubuhnya

"Bapak Menteri Perhubungan,,, kami keluarga banyak terima kasih atas pernyataan sikap bapak untuk membentuk tim dalam kasus meninggalnya anak kami

Namun kami keluarga perlu bersuara bahwa, kami sekolahkan anak kami di Universitas ATKP untuk menimba ilmu, namun pulang-pulang bawa jenazah,, apakah sekolah ini mengajarkan tentang kekerasan, militer juga enggak, poliis juga engak, tamat juga nanti kan sebagai ASN kan? Bukan aparat kok bisanya diperlakukan kekerasan fisik seperti itu,,

Kami mohon Pak Menteri, ini diusur sampai tuntas karena kami merasa ini ada yang ditutup-tutupi pihak Universitas ATKP,

Pertama kalinya mereka memberikan penjelasan bahwa anak kami jatuh di kamar mandi ternyata pihak RS menyampaikan bukan jatuh di kamar mandi tapi dianiaya,, lalu siapa yang bawa ke kamar mandi?

Baca Juga : Kini Tajir Melintir, Siapa Sangka Raffi Ahmad Sempat Jual Motor untuk Bertahan Hidup Usai Diciduk BNN

Yang bawa ke kamar mandi tidak mungkin hanya satu orang, pasti lebih dari satu orang, sementara polisi hanya menetapkan satu tersangka, kami takut Pak Menteri, kasus ini ditutup-tupin karena dari awal sudah agak janggal,,,

Kami tidak butuh bantuan materi, kami butuh nyawa anak kami kembali Pak Menteri,,, kami pengin anak kami selesai menimba ilmu, kenapa hanya sesaat saja nimba ilmunya,,, apakah kami tidak pantas nimba ilmu di ATKP, sampai anak kami dihilangkan nyawanya lalu diseret ke kamar mandi seolah olah jatuh di kamar mandi karena jantung,,,

Tolong kembalikan anak kami,,,"

Tangkap Layar Facebook Samnha Bhayangkara
Tangkap Layar Facebook Samnha Bhayangkara

Curhatan pilu ayah Aldama Putra usai kematian anak tunggalnya

Hingga berita ini diturunkan, curhatan pilu yang diunggah di akun Facebook Samnha Bhayangkara ini telah mendapatkan lebih dari 800 like, 93 komentar dan dibagikan 197 kali.

Baca Juga : Anggia Chan Kenalan dengan Vicky Prasetyo di Ancol, Membuat Hubungan Elly Sugigi dan Irfan Sebastian Kandas?

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Aldama Putra merupakan salah satu mahasiswa Universitas ATKP Makassar yang tewas karena dianiaya.

Aldama Putra tewas dengan sekujur tubuh penuh luka lebam karena dianiaya seniornya.

Kepala Polrestabes Makassar Kombes Polisi Dwi Ariwibowo mengatakan, kasus Aldama Putra ini terungkap setelah pihak keluarga curiga dengan kematian korban yang penuh dengan luka lebam.

Sedangkan, pihak kampus ATKP menyatakan Aldama Putra yang merupakan taruna tingkat pertama itu terjatuh di kamar mandi pada, Minggu (3/2/2019) malam.

“Pihak keluarga tidak terima dengan kematian korban, kemudian melaporkan kasus tersebut ke Polsekta Biringkanaya dengan nomor polisi LP/91/II/2019/Restabes Makassar/Sek Biringkanaya.

Baca Juga : Pendaftaran Online P3K Dibuka Besok, Minggu 10 Februari 2019, Berikut Persyaratannya!

Polisi pun kemudian melakukan penyelidikan dan mengotopsi jenazah korban.

Dari hasil otopsi, pihak dokter RS Bhayangkara menyatakan korban meninggal karena penganiayaan,” ujar Dwi saat jumpa pers, Selasa (5/2/2019). (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Facebook, GridHot.ID