Gridhot.ID - Menjadi seorang Sniper (penembak jitu) bukanlah perkara mudah.
Di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sniper merupakan unsur penting untuk memberikan dampak psikologis kepada musuh.
Mengutip Kompas.com, Minggu (24/2) salah satu sniper kebanggan Indonesia adalah almarhum Tatang Koswara.
Namanya terukir dalam daftar 14 Sniper's Roll of Honour di dunia.
Baca Juga : Perekam Video Bunuh Diri Tyas Sancana Ramadhan : 'Loncat-loncat' Sambil Tertawa Cekikikan
Pengalaman tempur Tatang banyak ia peroleh dalam palagan konflik Timor Timur.
Suatu hari Tatang ditugasi untuk menembak seorang komandan musuh Fretilin (milisi kemerdekaan Timor Timur).
Tujuh jam lamanya Tatang harus menunggu dan mencari keadaan yang tepat demi mengeliminasi targetnya tersebut.
Head shot! sebutir peluru menerjang kepala komandan Fretilin tersebut.
Baca Juga : Rejeki Nomplok! Kucing Ini Bakal dapat Harta Warisan Majikannya Sebesar Rp 2,8 Triliun
"Posisi komandannya sudah saya kunci dari pukul 10.00 WIB. Tapi, saya juga ingin selamat, makanya saya menunggu saat yang tepat. Hingga pukul 17.00 WIB, komandan itu pergi ke bawah dan saya tembak kepalanya," kata Tatang.
Namun usai membunuh targetnya, musuh mengetahui adanya sniper.
Karena kemampuan kamuflase Tatang dengan vegetasi sekitar, musuh tak tahu posisi tepat dimana ia bersembunyi.
Musuh yang berjumlah 30 orang menyisir daerah yang dicurigai dan memberondongkan pelornya secara membabi buta.
Sial, dua butir peluru mengenai pohon dan memantul menerjang betisnya.
Baca Juga : Berlumuran Darah Sembari Berlari Bawa Janin Bayi, Romi : 'Kak Tolong Kak, Aku Motong Erni Kak, Tolong'
"Darah mengalir deras hingga sudah sangat lengket. Tapi, saya tidak bergerak karena itu akan memicu lawan menembakkan senjatanya," ucapnya.
Pada malam hari barulah Tatang bisa bergerak.
Ia lantas mengambil bambu dan mengikatkannya ke kaki yang terkena peluru sebagai penyangga.
Tatang sebagai seorang sniper terlatih juga berhasil mencongkel proyektil peluru dari betisnya.
Darah mengucur tak kunjung berhenti memaksa Tatang menggunakan syal Merah Putih untuk mengikat kakinya agar darah berhenti keluar.
Karena sudah pernah mendapat pelatihan di Mobile Training Teams (MTT) Green Berets US Army dan pelatihan lainnya, Tatang berhasil menyelamatkan diri dari kejaran musuh.
"Saya memiliki prinsip, hidup mati bersama keluarga, minimal foto keluarga. Saya pun berdoa diberi keselamatan agar bisa melihat anak keempat saya yang masih dalam kandungan, lalu mengikatkan syal merah putih. Ternyata, darah berhenti mengalir. Merah putih menjadi penolong saya," pungkasnya. (Seto Aji/Gridhot.ID)