Awalnya Dikira Karena Ukuran Alat Kelamin Suaminya yang Terlalu Besar, Fakta Penyebab Kematian Jumitra Akhirnya Terungkap

Rabu, 27 Maret 2019 | 17:48
Suryamalang.com/galih lintartika

Seorang pria dilaporkan ke polisi oleh mertuanya karena memiliki kelamin yang terlalu besar yang diduga penyebab dari kematian anaknya.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID - Seorang mertua di Probolinggo melaporkan menantunya ke polisi karena sesuatu yang bisa dibilang tak wajar.

Sang menantu dilaporkan gara-gara memiliki ukuran kelamin yang terlalu besar.

Dilansir Gridhot.ID dari Surya Malang Rabu (27/3/2019), pelapor yakni Nedi Sito (55), Warga Dusun Brukan, Desa Maron Kidul, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo melaporkan sang menantu, Barsah karena dianggap sebagai penyebab kematian sang anak, Jumantri (23).

Baca Juga : Ogah Berhubungan Intim, Suami Siramkan Zat Asam ke Alat Kelamin Istrinya Hingga Melepuh

Sito ini mengira bahwa anaknya meninggal akibat alat kelamin menantunya ini terlalu besar.

Kronologinya terjadi pada 20 Maret 2019, Sito dan keluarganya mendatangi Polsek Maron.

Mengenai laporan tersebut, Kapolsek Maron AKP Sugeng Supriantoro membenarkan.

Baca Juga : Ditipu Bakal Kasih Kejutan, Ternyata Pacar Malah Potong Alat Kelamin Cowoknya

"Sito dan keluarga mendapatkan informasi dari beberapa orang kalau anaknya meninggal akibat alat kelamin suaminya yang kebesaran. Padahal itu tidak benar," katanya, Rabu (27/3/2019).

Sugeng menjelaskan, Sito kecewa dan geram terhadap menantunya itu karena mendengar informasi tersebut.

Ia pun nekat melaporkan menantunya dan meminta untuk bertanggung jawab.

Namun, setelah mendapatkan laporan itu, Sugeng mengajak terlapor, dan pelapor duduk bersama meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.

Suryamalang.com/galih lintartika
Suryamalang.com/galih lintartika

Seorang pria dilaporkan ke polisi oleh mertuanya karena memiliki kelamin yang terlalu besar yang diduga penyebab dari kematian anaknya.

Baca Juga : Rupanya Ada Sperma Laki-laki dan Perempuan, Hal Ini Bisa Menentukan Jenis Kelamin Bayi

"Kami pertemukan bahkan ada perangkat desa. Kami ajak rundingan bersama, biar tidak salah paham antara mertua dan menantu ini," katanya.

Bahkan, untuk membuktikan benar atau tidaknya, sempat dilakukan tes untuk membuktikan apakah benar meninggal karena alat kelamin terlapor yang terlalu besar.

Hasilnya, ukuran alat kelamin terlapor normalnnya orang Indonesia.

Baca Juga : Tak Bisa Bergerak Karena Epilepsi, Wanita Paruh Baya Disantap Hidup-hidup Oleh Babi Peliharaannya

"Akhirnya kedua belah pihak saling memaafkan. Hubungan mertua dan menantu ini kembali akur meski sempat berseteru. Dan jadi tidak ada yang dilaporkan, permasalahan selesai secara kekeluargaan," tambah Sugeng.

Setelah adanya pemeriksaan lebih lanjut, ternyata anak Sito yakni Jumitra meninggal karena sakit epilepsi.

Dan sakit itu sudah lama dialami korban sejak kecil.

Epilepsi memang suatu penyakit yang dapat kambuh secara tiba - tiba bahkan tanpa adanya adanya penyebab sekalipun.

Suryamalang.com/galih lintartika
Suryamalang.com/galih lintartika

Seorang pria dilaporkan ke polisi oleh mertuanya karena memiliki kelamin yang terlalu besar yang diduga penyebab dari kematian anaknya.

Baca Juga : I Ketut Budiarsa, Pria Pengidap Penyakit Langka Osteogenesis Imperfecta yang Berhasil Nikahi Kekasihnya Usai 6 Tahun Penantian

Dilansir Gridhot.ID dari hellosehat.com, epilepsi terjadi karena adanya gangguan sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan kejang atau terkadang hilang kesadaran.

Kejang memang gejala utama penyakit epilepsi, namun tidak semua orang yang mengalami kejang pasti mengidap kodisi ini.

Umumnya, seseorang tidak dianggap mengidap ayan jika ia tidak pernah mengalami dua kali kejang atau lebih dalam waktu 24 jam kejang tanpa alasan jelas.

Baca Juga : Hati-hati, Jika Atap Rumah Ada Noda Seperti Ini Bisa Timbulkan Penyakit Serius Kepada Penghuninya

Beberapa orang bisa sangat jarang mengalami kejang ayan, sedangkan sebagian lainnya bisa mengalami kejang hingga ratusan kali dalam sehari.

Dalam beberapa kasus, seseorang juga dapat mengalami kehilangan kesadaran secara mendadak, kekakuan tubuh dan gemetar, dan kadang-kadang kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit lidahnya.

Beberapa orang lainnya mungkin hanya memiliki tatapan kosong seperti sedang bengong sesaat, padahal itu adalah kejang.

Kondisi ini disebut epilepsi parsial alias sebagian.

Baca Juga : Keseringan Main Ponsel, Remaja 19 Tahun Idap Penyakit Jantung Koroner

Beberapa orang juga menunjukkan gejala gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan, atau berjalan berputar-putar.

Pada beberapa orang lainnya, gejala kejang epilepsi sering disalah artikan sebagai gangguan saraf lainnya seperti migrain, narkolepsi, atau penyakit mental.

Seseorang dengan kondisi ini masih merasakan sadar dan kemudian mengalami cemas atau perubahan emosi secara tiba-tiba.

Baca Juga : KerapDianggap Sepele! Inilah 5 Gejala Kanker Darah yang Sering Diabaikan, Penyakit yang Kini Diderita Ani Yudhoyono

Kemudian kondisi ini dapat berkembang menjadi epilepsi parsial komplek yang membuat penderitanya hilang kesadaran atau bengong dalam beberapa detik.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala epilepsi di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Tubuh masing-masing orang berbeda dalam mengembangkan gejala epilepsi.

Jadi, selalu konsultasikan ke dokter untuk memastikan Anda memiliki gejala epilepsi atau tidak. (*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber hellosehat.com, Suryamalang.com