Kisah Luh Ariani, Wanita Bali yang Hanya Bisa Mandi Saat Hujan Turun

Minggu, 14 April 2019 | 09:52
Kolase foto Tribun Bali/Novia Windri

Luh Ariani adalah salah satu penghuni rumah batu di kaki Gunung Batur.

Laporan Wartawan GridHot.Id, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Wanita bernama Luh Ariani tinggal sendirian di pinggir jalan pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bali.

Mengutip dari Tribun Bali pada Minggu (14/4/2019), ada tiga rumah dari bebatuan yang disusun rapi tanpa semen di kaki Gunung Batur.

Rumah batuLuh Arianihanya beratap asbes, triplek, dan terpal, serta berlantai tanah.

Baca Juga : Cantik dan Menawan, Tentara Wanita Ini Bikin Resah Komandannya

Tak terlihat ada kasur atau perabotan layaknya di sebuah rumah pada umumnya.

Pintu rumah pun hanya terbuat dari triplek bekas dengan panjang dan lebar 1 meter.

Rumah batu tersebut memiliki 2 ruang yang dibatasi oleh kayu dan terpal.

Baca Juga : Unik, Rumah Sakit di California Sediakan 2 Mobil Mewah Mini untuk Antar Pasien Anak ke Ruang Operasi

Ruang pertama adalah ruang di sisi kanan sebagai dapur.

Hanya ada tungku sederhana yang tersusun dari 3 buah batu, 3 buah panci, beberapa jeriken, dan beberapa bak plastik.

Sementara itu, ruang kedua adalah ruang di sisi kiri yang berfungsi sebagai ruang tidur

Namun, di ruangan yang dianggap sebagai ruang tidur ini tidak terlihat adanya dipan, kasur, bantal, selimut, ataupun perabotan layaknya sebuah ruang tidur.

Baca Juga : Kisah Seorang Wanita Melahirkan Bayi di Atas Pohon Saat Topan dan Banjir Menenggelamkan Rumahnya

Yang terlihat hanya beberapa karung beras bekas di tanah dan di dekat pembatas ruangan.

"Itu buat alas saya tidur. Kalau hujan ya banjir. Terus saya tidurnya pindah ke dapur sini. Soalnya kalau di kamar itu pasti bocor. Kalau di dapur ya tidak terlalu banyak air," ujar Luh Ariani sambil menunjuk atap terpal yang sudah menggembung menampung air hujan.

Tak Punya Toilet dan Hanya Bisa Mandi Saat Hujan Turun

Tribun Bali/Novia Windri
Tribun Bali/Novia Windri

Potret rumah batu di kaki Gunung Batur

Di sekitar rumah Luh Ariani, tidak ditemukan area khusus untuk mandi, cuci dan kakus (MCK).

Luh Ariani mengaku ia mandi hanya ketika hujan turun.

"Saya mandi kalau hujan saja. Kalau tidak hujan ya tidak mandi," cerita Luh Ariani.

"Tapi kadang saya pergi ke danau. Tidak ada yang nganter, saya jalan (ngesot) ke danau sendirian. Karena jauh saya tidak kuat kalau sering ke danau, makanya mandi kalau hujan saja," tambahnya.

Baca Juga : Orang Tua Taruh Pistol Sembarangan, Balita 4 Tahun Ini Menggunakannya untuk Tembak Kepala Sang Kakak

Sedangkan untuk keperluan air sehari-hari, ia menggunakan air hujan yang ia tampung dalam 2 buah bak plastik berukuran sedang.

Luh Ariani juga hanya memiliki beberapa pakaian.

Satu pasang pakaian yang menempel pada tubuh yang saat itu ia kenakan, dan beberapa kain yang ia jemur di depan rumah batunya.

Baca Juga : Di Balik Gagahnya Menggunakan Seragam Polisi, Pria Ini Lamar Pacarnya yang Sedang Sidang Skripsi, Romantis!

Diinformasikan, Luh Ariani menderita penyakit polio sejak kelas 6 SD sehingga membuatnya tidak bisa berjalan normal sebagaimana mestinya.

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Tribun Bali