Provokator Massa Kerusuhan 22 Mei Ngaku Dibayar, Kapolri: Totalnya Rp 6 Juta

Rabu, 22 Mei 2019 | 14:40
Tangkapan layar Kompas TV

Aksi kerusuhan 22 Mei.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID - Aksi demonstrasi yang berujung pada tindak anarkisme mewarnai aksi tolak keputusan hasil Pemilu 2019 yang diumumkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada Selasa 21 Mei 2019 dini hari.

Aksi lempar batu, perusakan fasilitas publik dan juga rumah warga terjadi di tengah aksi ricuh yang terjadi di Jalan KS Tubun (22/5/2019) dini hari.

Aksi anarkisme ini memuncak ketika Asrama Brimob yang berada di Jalan KS Tubun, Jakarta Barat, dibakar massa dengan molotov.

Baca Juga: Misteri Penemuan Amplop dalam Saku Demonstran, Polisi Menduga Aksi 22 Mei Dipicu oleh Massa Bayaran

Tak hanya itu, mobil-mobil warga dan petugas polisi yang terparkir di sekitar lokasi pun tak luput dari anarkisme massa.

Peristiwa ini sempat membuat malam mencekam di Jakarta.

Akibat aksi massa 22 Mei ini sejumlah titik di Ibukota ditutup pada dini hari tadi.

Baca Juga: Sempat Berada di Tengah Massa Demonstrasi, Inilah Kesaksian Mengejutkan Driver Ojol Sebelum Kerusuhan 22 Mei

Dikabarkan aksi demonstrasi yang berujung ricuh ini telah didanai oleh dalang dibelakangnya.

Hal ini berkaitan dengan sejumlah amplop yang berisikan uang yang ditemukan pada massa yang berhasil diamankan.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menemukan uang dengan jumlah total Rp 6 juta dari para provokator yang ditangkap karena melakukan aksi anarkis di depan gedung Bawaslu dan Asrama Brimob Petamburan.

Bahkan, saat diperiksa, provokator yang mayoritas adalah anak-anak muda ini mengaku dibayar untuk melakukan aksinya.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Aksi anarkis 22 Mei.

Baca Juga: Angkat Bicara Usai Peristiwa Kerusuhan Tanah Abang, Anies Baswedan: Jakarta Aman, Tenang dan Teduh

"Yang diamankan ini kita lihat, termasuk yang di depan Bawaslu, ditemukan di mereka amplop berisikan uang totalnya hampir Rp 6 juta, yang terpisah amplop-amplopnya. Mereka mengaku ada yang bayar," kata Tito dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, pihaknya menduga kericuhan yang terjadi setelah pembubaran aksi demonstrasi di depan gedung Bawaslu dipicu oleh massa bayaran.

KOMPAS.com/JIMMY RAMADHAN AZHARI
KOMPAS.com/JIMMY RAMADHAN AZHARI

Kerusuhan di Jalan Slipi I, Palmerah Jakarta Barat

Sejumlah amplop berisi uang pun ditemukan dari massa yang diamankan.

Baca Juga: Warganet Kagum Lihat Aksi Penyapu Jalan yang Abaikan Massa Kerusuhan dan Tetap Jalankan Kewajiban Meski Situasi Mencekam

"Ada juga massa yang masih simpan amplop, uangnya masih ada, dan kami sedang mendalami itu," ujar dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

Iqbal memastikan bahwa demonstran yang sejak siang melakukan aksi di depan gedung Bawaslu sudah bubar sejak pukul 21.00 setelah menggelar shalat tarawih.

Namun, sebelum itu polisi menemukan ada 200 orang yang berkerumun di Jalan KS Tubun.

Massa ini diduga bukan demonstran di depan gedung Bawaslu.

Baca Juga: Usai Rusuh di Tanah Abang, Massa Bakar Area Sekitar Asrama Brimob Padahal di Sana Ada Anak Istri Polisi

Polisi pun menduga bahwa massa itu dipersiapkan untuk membuat kerusuhan tadi malam hingga pagi tadi.

"Bahwa peristiwa dini hari tadi adalah bukan massa spontan," ucap Iqbal.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapolri: Provokator Mengaku Dibayar, Total Uang Rp 6 Juta"

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Kompas.com