Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Sudah hampir 9 buan berlalu tragedi gempa dan tsunami meluluhkan Palu Donggala, Sulawesi Tengah.
Tragedi tersebut telah membuat masyarakat Indonesia berduka.
Gempa yang kemudian disusul tsunami dan likuifaksi itu menewaskan 2.086 jiwa dengan total kerugian mencapai Rp 18,48 triliun.
Kini masyarakat Sulawesi Tengah mulai menata hidupnya kembali.
Memulihkan rasa trauma yang dialami sembilan bulan lalu.
Ungkapan rasa syukur tersebut tercurah pada momen hari raya Idul Fitri 2019 ini.
Melansir dari TribunPalu.com (5/6/2019), masyarakat muslim Palu menggelar shalat Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah berbeda dengan sebelumnya.
Selain untuk mengungkapkan rasa syukur di hari yang fitri ini, masyarakat juga memanjatkan doa untuk keselamatan mereka dari bencana dahsyat 2018 lalu.
Biasanya shalat id dilaksanakan bersama keluarga di tempat yang suddah dipusatkan.
Namun, masyarakat palu yang dulunya masih shalat bersama keluarga utuh, kini harus tabah berlebaran bersama keluarga yang tersisa.
Seperti yang terlihat di kamp pengungsian Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (5/6/2019) pagi.
Setidaknya ada 420 KK yang tinggal di kamp pengungsian tersebut.
Mereka membangun masjid darurat dengan rangka baja ringan.
"Alhamdulillah, walaupun kami dalam keadaan mengungsi, tapi warga di sini sangat antusias menjalani ibadah," kata salah satu pengurus masjid, Ritman Wajik.
Khotbah yang disampaikan dalam shalat ini juga tentang pemaknaan bagaimana musibah di Palu ini sebagai tanda kebesaran Allah SWT.
Suasana tampak haru serta isak tangis pun terdengar seusai khotbah.
Beberapa warga saling berpelukan sambil menangis.
Mereka saling menguatkan dan berharap musibah itu tidak datang lagi.
Bahkan ada warga yang jatuh pingsan karena tak kuasa menahan kesedihannya.
Seorang perempuan bernama Rahma (43), warga Kelurahan Balaroa jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Baca Juga: Ikat Pasien Wanita Tua di Bangku Ruag Tunggu, Dokter dan Perawat Rumah Sakit Diberhentikan Tugasnya
Diketahui keluarga dari Rahma semuanya selamat dari bencana dahsyat tersebut.
Namun, rumah serta harta bendanya seketika hilang bersama ambruknya tanah pada 28 Sepetember 2018 silam.
"Padahal dia yang kuatkan kami sebelum salat, karena anak saya menjadi korban," kata Arni.
Kurang lebih selama setengah jam Rahma tergeletak tak sadarkan diri.
Baca Juga: Terpantau Lancar, Arus Mudik 2019 Jadi Bahan Candaan Netizen: Mudik Kok Gak Macet, Apa-apaan Ini
Beberapa orang yang berada di sekitar Rahma langsung mengevakuasinya masuk ke dalam masjid.
Akhirnya ia pun tersadar dan mulai dikuatkan oleh orang orang disekitarnya.
"Sabar saja kita, kuat, semua ada hikmahnya, mari kasih tenang di rumah (tenda) pikiran," ajak salah satu warga.
Baca Juga: Masih Muda, RA Pelaku Bom Bunuh Diri Pospam Tugu Kartasura Diketahui Benci Musik Campursari
Seusai shalat, mereka pun mulai bersalam-salaman untuk saling memaafkan kesalahan dihari yang fitri ini.
Walaupun sempat terngiang tragedi bencana tahun lalu, warga pun kembali dapat bersyukur karena masih diberi rahmat kehidupan.
"Kami sangat gembira bisa menjalankan ibadah puasa sampai hari raya idulfitri ini," ungkapnya salah seorang warga sebari meneskan air mata.
Melansir dari wikipedia.org peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi berpusat di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan kedalaman 10 km.
Baca Juga: Obati Rindu Pada Ibu, Pria Pemalang Boyong 5 Keluarganya ke Surabaya Pakai Satu Motor Tua
Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.
Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter di Kota Palu.(*)