Gridhot.ID - Mendapat pendidikan di sekolah merupakan hal yang amat mewah bagi sebagian anak di Indonesia.
Karena mereka yang kurang beruntung itu tidak mau menyerah dengan nasib, maka dengan sekolah bisa mengubah peruntungan mereka di masa depan.
Layaknya anak-anak di pedalaman Flores ini yang bertaruh nyawa hanya untuk mendapatkan bangku pendidikan.
Hujan yang terus mengguyur wilayah Manggarai 2 pekan terakhir mengakibatkan, jembatan darurat di Desa Lidi, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, ambruk dihantam banjir.
Akibatnya, anak-anak di Desa Lidi terpaksa harus menyeberangi Kali Pinarangkat menuju sekolah meskipun harus bertaruh nyawa.
"Di sini ada jembatan darurat yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Tetapi, tanggal 13 Juni kemarin ambruk dihantam banjir. Sekarang anak-anak ke sekolah harus bertaruh nyawa di Kali Pinarangkat ini," ungkap Theodorus Pamput, tokoh masyarakat Desa Lidi dalam rilis tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (20/6/2019).
"Tidak hanya anak-anak, para guru juga harus menyeberangi air kali yang besar menuju sekolah," katanya.
Ia mengatakan, setiap hari orangtua berusaha mengantarkan anak-anak menyeberangi Kali Pinarangkat agar bisa sampai ke sekolah.
"Kalau tidak seperti ini, anak-anak kami tidak bisa ke sekolah. Kasihan kan kalau anak-anak tidak bisa ke sekolah," kata Theo.
Baca Juga: Sosok Advenso Dollyres Chavit, Legenda Germo Paling Tersohor di Indonesia
Dalam kondisi tersebut, Theo berharap kepada Pemda Manggarai Timur agar bisa membangun jembatan ataupun cross way di Kali Pinarangkat itu.
Ia menuturkan, sejak dulu anak-anak sekolah di desa itu berjuang menyeberangi air kali demi mendapatkan pendidikan.
"Kalau musim kering masih bagus. Tetapi kalau sudah hujan begini, nyawa anak kami pun terancam karena air sungai terlalu deras," tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMP Satu Atap Nangalanang Silvester Jhon mengatakan, ketika jembatan darurat yang dibuat oleh warga Desa Lidi itu hanyut diterjang banjir, siswa dan guru SD dan SMPN Satap Nangalanang menjadi terhambat.
"Air laut pasang di kali atau muara tersebut. Siswa dan guru pulang sekolah harus menunggu air pasang surut. Pada pagi, anak-anak dibantu orangtua menyeberangi sungai. Ada juga yang bisa menyeberang sendiri," ungkap Jhon.
Ia melanjutkan, pihaknya mengharapkan para pemangku kepentingan mau memperhatikan infrastruktur jembatan Desa Lidi.
Jhon menjelaskan, Kali Pinarangkat terletak di antara Desa Beangencung dan Desa Lid dan menjadi pembatas di antara dua desa tersebut.
Peserta didik SMP dan SD Nangalanang sebagian besar berasal dari Desa Beangencung, sementara lokasi SMP dan SD Nangalanang terletak di wilayah administrasi Desa Lidi.
"Kami tidak minta yang lain, cukup bangun jembatan saja. Kasihan anak-anak dan para guru setiap musim hujan harus melawan arus sungai menuju sekolah," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Sekolah, Anak-anak di Pedalaman Flores Harus Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai "