Saat Soekarno Gelorakan Semangat Rakyat Menantang Perang Belanda : Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat!

Jumat, 21 Juni 2019 | 15:39
25 Tahun Trikora

Presiden Sukarno usai memberikan pidato tentang pembebasan Irian Barat di Yogyakarta bulan Desember 1961 langsung menandatangani Naskah Kumando Rakyat. Naskah yang kemudian menelurkan Trikora itu diserahkan langsung oleh Sekretaris Depertan, Achmadi.

Gridhot.ID - 19 Desember 1961, matahari kala itu sedang terik-teriknya di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Namun masyarakat Kota Pelajar itu tiba-tiba datang berduyun-duyun ke Alun-alun demi mendengarkan pidato Soekarno yang terkenal berapi-api.

Siang itu Soekarno akan menyampaikan sikap Indonesia mengenai permasalahan Irian Barat dengan Belanda.

Tarik jauh kebelakang, Indonesia sudah berulang kali membawa penyelesaian masalah Irian Barat di Sidang Umum PBB.

Baca Juga: Akhir Hayat Tragis Bung Karno, Meminta Nasi Kecap untuk Sarapan Pun Tak Kesampaian

Namun badan kesetaraan negara-negara dunia itu malah tak menjadikan Irian Barat sebagai tema sidangnya.

Setepuk dengan PBB, Belanda juga kukuh tak mau membahas masalah Irian Barat dengan Indonesia.

Alasannya simpel, biar Irian Barat tetap dalam cengkeraman mereka.

Mendapati fakta tersebut, Soekarno geram, pilihan diplomasi kemudian ditanggalkan dan mulailah negeri ini menyuarakan Tri Komando Rakyat (Trikora).

Baca Juga: Sosok Advenso Dollyres Chavit, Legenda Germo Paling Tersohor di Indonesia

Seperti dikutip dari 25 Tahun Trikora, Bung Karno lantas memulai pidatonya di depan satu juta rakyat Indonesia saat berada di Alun-alun Utara Yogyakarta.

"Saya tidak mengucapkan kehendak saya saja, tetapi tiap-tiap perkataan yang saya ucapkan ini didukung sepenuhnya oleh segenap rakyat Indonesia. Dan jikalau saya memberikan komando, sebenarnya bukan komando dari Soekarno kepada Rakyat Indonesia sebenarnya bukan komando dari Presiden Republik Indonesia kepada rakyat Indonesia, sebenarnya bukannya komando dari Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, bukan komando dari pada Panglima Besar Pembebasan Irian Barat kepada rakyat Indonesia. Tidak! Tapi sebenarnya adalah komando dari rakyat Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri."

"Tidaklah benar jika saya katakan bahwa inilah kehendakmu sendiri. Saudara-saudara rakyat Indonesia?"

"Maka oleh karena itu, hei segenap rakyat Indonesia, mari sebagai tadi saya katakan gagalkan ini usaha phak Belanda untuk mendirikan "negara Papua", kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat!"

"Siap sedia di dalam waktu yang singkat pada komando untuk mengadakan mobilisasi umum daripada rakyat Indonesia untuk membebaskan sama sekali Irian Barat itu daripada cengkeraman imperialism Belanda!."

Baca Juga: Sekda Kota Tangerang Sebut PNS Penghina Babu Alami Penurunan Berat Badan Usai Dihujat Netizen

Usai menggelorakan Trikora, maka angkatan perang Indonesia mulai mencambuk dirinya sendiri, mempersiapkan segala operasi militer skala besar untuk merebut Tanah Merah.

Penerangan Kostrad
Penerangan Kostrad

Presiden Pertama Indonesia, Soekarno saat inspeksi pasukan Kostrad, terlihat Soeharto dibelakangnya.

Mulailah dibentuk Komando Mandala yang bakal merancang Operasi Jayawijaya dimana nantinya jika diwujudkan, angkatan perang Indonesia akan menggeruduk Belanda di Irian Barat baik dari darat, laut dan udara.

Mengetahui Indonesia sudah tak sudi lagi berunding mengenai Irian Barat, Belanda mulai jiper.

Negeri Kincir Angin itu tahu jika perang berkecamuk yang ada mereka jadi abu di Irian Barat walau yang menang kemungkinan juga menjadi arang.

Bingung namun tetap ingin bercokol di Irian Barat, Belanda tetap pada pendiriannya untuk bertahan di sana.

Sampai akhirnya Amerika Serikat yang merupakan sekutu Belanda menekan agar melepas saja Irian Barat ke Indonesia yang memang sudah menjadi hak mereka.

Maka pada 15 Agustus 1962 hasil dari persetujuan New York membuat Belanda menyetujui perundingan kembali dengan Indonesia mengenai penyerahan Irian Barat.

Dengan hasil persetujuan itu pula maka Trikora resmi dihentikan. (Seto Aji/Gridhot.ID)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber 25 Tahun Trikora