Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID - Ketika Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menyapu wilayah Irak, salah satu kelompok yang paling menderita adalahetnis Yazidi.Salah seorang yang amat memahami penderitaan etnis Yazidi di bawah kekuasaan ISIS adalah Nadia Murad.
Pasalnya, Nadia Murad selamat dari kekejaman terburuk dan kebrutalan yang menimpa kaumnya.
Melansir dari dw.com, Nadia Muradpernah tinggal di daerah Yazidi yang bergunung-gunung di Sinjar, Irak Utara, dekat perbatasan dengan Suriah.
Namun ketika para jihadis menguasai Irak pada Agustus 2014, mimpi buruk Nadia Murad dimulai.
ISIS menyerbu desanya, membunuh kaum lelaki, membawa anak-anak sebagai tawanan untuk dilatih menjadi petarung ISIS.
Di satu sisi, ISIS menjadikan ribuan wanita untuk menjalani kerja paksa dan menjadi budak seks.
Nadia Murad sendiri disandera oleh ISIS dan dibawa ke Mosul, di mana ia ditawan dan berulang kali diperkosa beramai-ramai, disiksa dan dipukuli.
Para anggota ISIS ingin "mengambil kehormatan kami, tetapi mereka kehilangan kehormatan mereka,” kata Murad.
Baca Juga: ISIS Terang-terangan Klaim Jadi Dalang di Balik Rangkaian Serangan Bom di Sri Lanka
Ia menjadisatu dari sekitar 6.500 perempuan Yazidi yang diperlakukan sebagai budak seks oleh ISIS.
Selain diperjual-belikan di pasar, perempuan Yazidi dilelang melalui layanan pesan WhatsApp dan Telegram.
Entah bagaimana, setelah tiga bulan menjadi budak seks, dipukuli dan disiksa, Nadia Murad dapat melarikan diri.
Baca Juga: Shamima Begum Akui Bergabung ISIS Setelah Lihat Video Pemenggalan Sandera
Ia kemudian bergabung dengan pengungsi etnis Yazidi yang ada di sana.
Setelah itu, Nadia Murad mendapat bantuan dari sebuah organisasi dan tinggal di Jerman, berkumpul dengan saudarinya yang sempat terpisah.
Sejak tinggal di Jerman, Nadia Muradmendedikasikan dirinya sebagai aktivis anti kekerasan terhadap perempuan bernama "Perjuangan Rakyat Kami".
Dikutip Gridhot.ID dari BBC Indonesia, Selasa (11/12/2018), Nadia Muraddipuji karena secara terbuka berani membeberkan dan membagikan pengalaman menjadi budak seks ISIS.
Nadia Murad pun resmi menerimaPenghargaan Nobel Perdamaian dalam satu upacara di Oslo, Norwegia, pada 10 Desember 2018.
Saat menerima, Nadia Murad mengatakan lebih dari 6.500 perempuan dari komunitas Yazidi diculik, diperkosa, dan diperjualkan.
"Ini terjadi di abad ke-21, di era globalisasi dan hak asasi manusia," kata Nadia Murad.
Sementara nasib sekitar 3.000 perempuan dan remaja putri dari Yazidi yang ditangkap ISIS hingga kini tak diketahui.
"Para remaja yang masih belia dijual, dibeli, disekap, dan diperkosa setiap hari. Tak bisa dipahami, bagaimana pemimpin dari 195 negara tidak tergerak untuk membebaskan gadis-gadis ini," kata Nadia Murad.
(*)