Gridhot.ID - Pada Januari silam, Tim SAR gunung Arjuno melakukan operasi pencarian seorang pendaki yang hilang bernama Faiqus Syamsi asal Surabaya.
Nahas, Faiqus Syamsi ditemukan dalam keadaan tinggal tulang belulang.
Namun berbarengan dengan pencarian Faiqus, tim juga menemukan seorang pendaki bernama Roy yang tersesat di atas hutan Lali Jiwo.
Ia ditemukan dalam keadaan linglung dan terduduk sendirian di sekitar hutan keramat tersebut.
Baca Juga: Foto-foto Terakhir Thoriq Rizki Sebelum Ajal Menjemput, Nampak Ceria Saat Mendaki Gunung Piramid
Gunung Arjuno sendiri memang menjadi favorit pendakian para pencinta alam.
Terletak di Kabupaten Malang dan Pasuruan, gunung Arjuno menjulang setinggi 3.339 mdpl.
Layaknya gunung Merapi-Merbabu, gunung Arjuno juga punya pasangannya yakni gunung Welirang.
Untuk mendaki gunung Arjuno dapat melalui empat pos yakni Lawang, Purwosari, Tretes dan Batu.
Untuk mencapai puncak Arjuno, para pendaki akan melewati sebuah hutan bernama Alas Lali Jiwo jika pendakian via Purwosari.
Mengutip dari akun instagram @maftuhg, Sabtu (6/7/2019) suasana wingit dan angker akan langsung terasa ketika para pendaki memasuki areal Alas Lali Jiwo karena aroma dupa.
Di sana terdapat arca-arca peninggalan kerajaan Majapahit yang sebagian dibalut dengan kain putih.
Sampai saat ini masih ada beberapa masyarakat yang melakukan ziarah dan Semedi di areal arca-arca tersebut berada pada malam jumat atau Satu Suro.
Baca Juga: Potret Terakhir Thoriq di Atas Gunung Piramid Sebelum Hilang dan Kini Ditemukan Jenazahnya
Di sana ada pula tempat bersemedi/bertapa yang berbentuk kubah, rumah dan pesanggrahan yang didepannya berupa mulut gua.
Selain itu para pendaki gunung Arjuno juga dilarang mengenakan pakaian berwarna merah.
Mitosnya jika ada pendaki memakai pakaian berwarna merah maka akan mendapat sial atau sesuatu yang tidak diharapkan saat berada di kawasan gunung Arjuno.
Walau memang takdir dan kesialan seseorang tidak ditentukan dari warna pakaian, namun alangkah baiknya bagi para pendaki gunung dimanapun menghormati kearifan lokal yang ada di sana. (*)