Hoaks Soal Audrey Yu Cepat Menyebar, Begini Penjelasan Pengamat Medsos

Selasa, 09 Juli 2019 | 12:35
Tribun Jabar/Putri Puspita

Audrey Yu Jia Hui f

Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Belakangan ini, nama Audrey Yu kembali santer dibicarakan di Media Sosial.

Kabar yangberedar, Audrey Yu merupakan warga Indonesia yang bekerja di NASA dengan gaji Rp 200 juta per bulan.

Kabar itu juga menyebutkan bahwa Audrey Yu bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan ditawari untuk masuk Badan Kajian Penerapan Teknologi (BPPT) saat KTT G20 di Osaka, Jepang.

Baca Juga: Fakta Audrey Yu Jia Hui, Gadis Jenius Asal Surabaya Ternyata Masih S1 dan Tak Bekerja di NASA

Kenyataannya, kabar tesebut tidaklah benar.

Bentang Pustaka, penerbit yang menerbitkan dua buku Audrey telah memastikan kabar Audrey bekerja di NASA dan bertemu Jokowi tidak benar.

Bentang Pustaka telah mengklarifikasi kabar itu langsung ke keluarga Audrey.

Baca Juga: Berikan Klarifikasi, Pihak Istana dan Menlu Retno Basuki Bantah Jokowi Bertemu Audrey Yu di Jepang

Percakapan dengan orang tua Audrey itu lalu diunggah di akun Twitter resmi Bentang Pustaka.

"Siang ini kami mendapatkan klarifikasi langsung dari orang tua #Audrey terkait berita tersebut. Sudah jelas bahwa berita yang ramai dibahas itu hoax," kicau akun Twitter @bentangpustaka, Selasa (8/7/2019).

Berikut bunyi klarifikasi dari keluarga Audrey seperti yang diunggah akun Bentang Pustaka:

Baca Juga: Kisah Hidup Putrinya yang Super Jenius Jadi Viral, Ayah Audrey Yu Jia Hui: Tidak Benar Ketemu Pak Jokowi

Dengan hormat, Bersama ini, saya Budi Loekito (orangtuanya Audrey) bermaksud memberikan klarifikasi sebagai berikut:

1. Audrey tidak pernah ketemu dengan bapak Presiden Jokowi. 2. Audrey tidak pernah bekerja di NASA. 3. Audrey masih S1 dan sedang mengambil S2/S3 di Amerika.

Semoga penjelasan di atas, bisa menjernihkan berita yang beredar saat ini.

Twitter/@bentangpustaka
Twitter/@bentangpustaka

Klarifikasi orangtua Audrey Yu

Kasus hoaks Audrey Yu yang menyebar dengan cepat ternyata adaalasannya.

Baca Juga: Super Tajir, Raja Salman Arab Saudi Bagi-bagi 1.000 Undangan Pergi Haji Gratis Tahun Ini

Dilansir GridHot.ID dari Kompas.com, pengamat media sosial dari Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFE Net) Damar Juniarto mengatakan, kasus hoaks Audrey Yu cepat menyebar karena berupa cerita inspiratif yang ditunggu banyak orang.

Damar mengatakan, masyarakat cenderung untuk mudah dan lebih cepat menyebarkan kabar baik yang bersifat bombastis dan inspiratif.

"Orang mudah terpancing dengan cerita-cerita yang bombastis, yang zero to hero, yang inspiratif, itu memang dicari banyak orang. Oleh karena itu menjadi sebab kenapa orang antusias untuk menyebarkan," kata Damar kepada Kompas.com, Selasa (9/7/2019).

Damar menilai, kabar baik dan inspiratif dari sosok Audrey Yu itu ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang selama ini jenuh dengan berita-berita yang sifatnya negatif.

Baca Juga: Terang-terangan Tantang Bos Facebook Lomba Paddling, Susi Pudjiastuti Minta Dukungan

Dok. Bentang Pustaka/Nurjannah Intan
Dok. Bentang Pustaka/Nurjannah Intan

Audrey Yu Jia Hui di The College of Willliam and Mary, Virginia, Amerika Serikat

Sosok Audrey Yu yang berasal dari kelompok minoritas, kata Damar, juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat senang menyebarkan kabar tersebut tanpa memverifikasinya terlebih dahulu.

"Orang Indonesia itu jenuh, perlu inspirasi, perlu cerita yang inspiratif. Kemudian begitu ada cerita yang melambungkan nama sedikit kemudian dianggap kebenaran tanpa dicek keseluruhannya," ujar Damar.

Sementara itu, Damar berpendapat dibawanya nama Presiden Joko Widodo dalam kabar hoaks yang beredar tidak begitu berpengaruh pada masifnya penyebaran kabar tentang Audrey Yu.

Baca Juga: Terawang Perjalanan Kasus Ikan Asin, Wirang Birawa Sebut Galih Ginanjar Akan Berkonflik dengan Barbie Kumalasari

"Saya lebih melihatnya orang terpesona kepada kecerdasannya dan pada narasi minoritasnya," kata Damar. (*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com, Twitter