Diduga Pakai Kutu Rambut Sebagai Senjata Biologis untuk Sebarkan Penyakit, Markas Militer Amerika Akan Diobok-obok Parlemen Habis-habisan

Sabtu, 20 Juli 2019 | 13:58
Pixabay

Ilustrasi Kutu dan Markas Pentagon

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Angriawan Cahyo Pawenang

Gridhot.ID - Parlemen Amerika Serikat akhirnya melakukan investigasi kepada Pentagon.

Hal ini dikarenakan adanya dugaan senjata biologis yang digunakan Pentagon.

Pentagon diduga menggunakan kutu sebagai senjata biologis untuk menyebarkan penyakit Lyme yang membuat kelumpuhan bahkan kematian musuh-musuh mereka.

Baca Juga: Kini Nelangasa Karena Narkoba, Nunung Sempat Akui Dosa Terbesar dalam Hidupnya: Lempar Uang ke Muka Ibunya

Dikutip dari PMJnews, Chris Smith selaku anggota parlemen menuding Pentagon menyebarkan kutu dan mengubahnya agar lebih berbahaya.

Tudingan Chris didasarkan pada artikel dan beberapa buku penelitian yang dimiliki pemerintah Amerika Serikat.

Chris menduga penggunaan kutu sebagai senjata biologis dilakukan pada interval tahun 1970 hingga 1975.

Baca Juga: Kabar Aplikasi FaceApp Curi Data Pengguna Dianggap Berlebihan, Pakar Anggap Masyarakat Alami Xenophobia

“Selama bertahun-tahun, buku dan artikel telah ditulis menunjukkan bahwa penelitian signifikan telah dilakukan di fasilitas pemerintah AS," ungkap Chris.

"Termasuk Fort Detrick dan Plum Island, untuk mengubah kutu dan serangga lain menjadi bioweapons,” tambahnya.

Dikutip dari New York Post, Chris menggunakan buku Bitten: Sejarah Penyakit Lyme dan Senjata Biologis yang ditulis Kris Newby dari Stanford sebagai dasar tudingan utamanya.

Baca Juga: Beredar Pesan Berantai Sebut Saldo Nasabah Bank Mandiri Hilang Gara-gara Aplikasi FaceApp, Pihak Bank Beri Pernyataan

Newby mengklaim kalau Burgdorfer dan ilmuwan lainnya bekerja untuk menginfeksi kutu, nyamuk, dan hama pengisap darah lainnya dengan virus yang menyebabkan penyakit pada manusia.

Dirinya menduga kalau tersebarnya penyakit Lyme merupakan hasil dari senjata biologis yang Pentagon buat.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan ada sekitar 30.000 kasus penyakit Lyme, yang menyebabkan kelelahan, gejala mirip flu, dan ruam mata merah pada kulit, yang terjadi setiap tahunnya.

Baca Juga: Dapat Undangan Spesial dari Raja Salman Gara-gara Videonya Viral di Arab Saudi, Sederet Kemewahan Ini Akan Dirasakan Kakek Uhi dan Keluarga Saat Beribadah Haji

Sebagian besar kasus bisa disembuhkan dengan antibiotik, tetapi jika tidak diobati, dapat menyebabkan kelumpuhan wajah, radang sendi, demam, dan ruam.

Chris berharap penyelidikan ini bisa menuntun pihaknya untuk menemukan obat dari penyakit Lyme.

Dirinya merasa khawatir karena penyakit ini sudah menyebar hingga ke Great Lakes.

Baca Juga: Detik-detik Penangkapan Komedian Nunung, Panik Sampai Buang Sabu ke WC hingga Sang Suami Ngaku Masih Simpan Narkoba

Chris Smith sendiri ternyata memang pernah menjadi penasihat untuk penelitian penyakit Lyme dan juga pendiri House Lyme Disease Caucus.

Hal tersebut membuatnya menjadi yang paling kompeten di bidang ini.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber New York Post, PMJNews