Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Janji adalah sebuah kesepakatan yang telah dibuat untuk ditepati.
Sebuah pepatah mengatakan mending tidak usah berjanji jika tak bisa menepati.
Pepatah tersebut tepat di berikan untuk seorang walikota di Meksiko.
Karena gagal memenuhi janji kampanye yang dibuat, seorang wali kota di Meksiko dihukum dengan diarak setelah terlebih dahulu didandani seperti perempuan.
Javier Sebastian Jimenez Santiz memenangkan pemilihan di kota Huixtan dengan salah satu janjinya adalah dia bakal meningkatkan sistem air setempat.
Namun dia terlalu banyak berkilah.
Juli lalu, karena muak dengan alasan yang dibuat karena gagal dengan janji kampanye, warga lokal menyerbu kantor wali kota dan mendandani Santiz beserta penasihatnya, Luis Ton.
Dilansir Oddity Central Senin (5/8/2019), Santiz mengenakan rok panjang hitam dan blus putih dengan sulaman bunga. Sementara Ton diberi gaun merah muda cerah dengan bintik putih.
Dua pejabat itu kemudian diarak keliling kota selama empat hari penuh sejak 30 Juli di depan para warga sambil memegang tanda berisi mereka gagal dengan janji mereka.
Masih belum cukup dengan dipermalukan, Santiz dan Ton juga diharuskan menghentikan setiap pengguna jalan di perempatan, dan memohon donasi untuk menyelesaikan janji kampanyenya.
Dalam wawancara dengan media setempat, Santiz menjelaskan bahwa sebenarnya hendak menyelesaikan proyek yang dia janjikan.
Namun dananya tidak cukup. Dana sebesar 3 juta peso, sekitar Rp 2,1 miliar, yang dibutuhkan untuk membangun jaringan air bagi kota Huixtan ternyata diberikan pemerintah provinsi ke daerah lain.
Namun, warga yang berada di sekelilingnya marah dan menuduhnya pembohong.
Mereka menyerukan adanya investigasi untuk membuktikan Santiz tidak mencuri dana itu.
Santiz bersikukuh dia tidak bersalah namun dia juga tidak keberatan diselidiki.
Foto-foto dia dan Ton yang diarak sambil memakai baju perempuan pun marak di media sosial.
Para warganet memuji inisiatif warga Huixtan dan menyatakan mereka hendak melakukan hal yang sama terhadap pemerintahan di wilayah mereka karena dianggap melanggar kampanye.
Aksi mempermalukan wali kota karena tidak melaksanakan tugas mereka bukanlah hal baru di kawasan Amerika Latin.
Seperti contoh di kota Meksiko lainnya, Chichiquila Mei tahun lalu.
Wali Kota Chichiquila Alfonso Hernandez Montiel sebenarnya punya waktu lima bulan untuk menyelesaikan berbagai janji yang dibuat.
Namun warga tidak sabar, dan memutuskan bertindak sendiri dengan menyekap sang wali kota beserta stafnya di kantor, dan menghendaki uang tebusan sebelum dilepaskan.
Kemudian di San Buenaventura, kota kecil di utara Bolivia, masyarakatnya melakukan "keadilan sosial" dengan menghukum wali kota yang tidak bekerja dengan baik.
Javier Delgado, nama wali kota itu, dipasung oleh warganya yang tidak puas dengan kinerjanya, dan menganggapnya sebagai pembohong sebelum dia menjelaskan isu yang dituduhkan.