Menguak Fenomena Masyarakat Berobat di Luar Negeri, Rumah Sakit di Medan Sampai Rujuk Pasiennya ke Malaysia, BPJS dan KIS dipertanyakan

Rabu, 21 Agustus 2019 | 12:05
Pxhere

Rumah sakit.

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang

Gridhot.ID - Kita pasti sering mendengar kabar masyarakat Indonesia yang berobat di luar negeri.

Biasanya mereka yang memiliki rezeki berlebih akan memilih pengobatan di luar negeri karena dianggap lebih mumpuni.

Dikutip Gridhot dari Gridhealth, tengok saja ayah Jessica Iskandar dan Ustaz Arififin Ilham yang memilih menggunakan fasilitas medis di luar negeri.

Baca Juga: Kini Jadi Penyanyi Legendaris Hingga Berjuluk God Father of Broken Heart, Siapa Sangka Didi Kempot Dulunya Pengamen yang Tinggal dekat Kandang Kambing, Sosok Bu Yoto Ada di Balik Perjalanan Karier Sang Maestro

Tujuan yang paling sering dikunjungi adalah Singapura dan Penang, Malaysia.

Bahkan menurut Founder and Chairman Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia, Luthfi Mardiansyah, sudah banyak masyarakat Indonesia khususnya dari Medan yang memilih Penang sebagi tujuan berobatnya.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Luthfi mengatakan tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia lebih rendah dibanding negara lain.

Baca Juga: Peneliti Sebut Kasus Pembunuhan dan Mutilasi Fera Oktaria Biasa Saja, Tiap Manusia Ternyata Punya Bakat Jadi Prada DP

"Banyak pasien kita yang lokasinya di Medan, mereka memilih nyebrang ke Penang Malaysia," kata Luthfi Mardiansyah.

"RS di Medan juga merekomendasikan pasiennya ke Penang," tambahnya.

Hal tersebut muncul karena pelayanan kesehatan di Indonesia yang dianggap kurang memadai.

Baca Juga: Mengenal Zulaikha, Guru Berparas Cantik yang Sering Terima Surat Cinta dari Murid-muridnya, Kisahnya Viral Usai Diunggah di Media Sosial Twitter

Meski sudah ada asuransi resmi dari pemerintah seperti KIS dan BPJS Kesehatan, masyarakat yang mampu tetap memilih untuk berobat di luar negeri.

"Prosesnya itu sendiri masih belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian panjang di beberapa rumah sakit," ucap Luthfi.

"Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus menunggu 1 bulan di rumah, hal-hal tersebut yang mesti kita sikapi dengan baik," tambahnya.

Baca Juga: Gubernur Papua Sebut-sebut Nama Gus Dur dalam Percakapannya dengan Khofifah Lewat Sambungan Telepon, Ini 3 Alasan Mengapa Abdurahman Wahid Sangat Dicintai Warga Papua

Dr. Ronald Alexander Hukom, MHSc, Sp. PD-KHOM, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi & onkologi medik RS Kanker Dharmais, Jakarta juga mengatakan hal yang sama.

Dikutip Gridhot dari Gridhealth, Ronald mengatakan mutu pengobatan terutama kanker di Indonesia masih belum memuaskan.

"Banyak warga negara kita yang masih berobat ke Cina, Malaysia, dan Singapura, karena menganggap mutu pengobatan kanker di Indonesia belum memuaskan," ujar dr. Ronald.

Baca Juga: Tingkah Aneh Bocah 11 Tahun Asal Cianjur, Suka Mainan Hewan Secara Tak Wajar, Ular dan Kodok Digigitnya Sampai Mati, Tak Jarang Ayam Serta Kucing Tetangga Jadi Sasaran

Berbagai sumber menyebutkan kalau warga negara Indonesia yang berobat ke luar negeri bisa membawa atau menghabiskan ratusan triliun rupiah untuk melakukan penyembuhan.

Dr Ronald kemudian mengatakan dengan dana sebanyak itu, seseorang sudah bisa membangun pelayanan kesehatan modern sendiri.

"Angka ini sebetulnya bisa ditekan jika pemerintah bersama BPJS bisa terus melakukan perbaikan dalam sistem pelayanan kesehatan, termasuk untuk kanker.

Baca Juga: Beri Panggilan 'Bumil Ginuk-ginuk', Sahabat Bocorkan Tanggal Prediksi Persalinan Puput Nastiti Devi, Ahok Tinggal Menghitung Hari

"Mungkin hanya diperlukan 3-5% dari (dana) yang dibawa pasien ke luar negeri dalam 5-10 tahun terakhir, untuk membangun pusat (pelayanan kesehatan) kanker modern dengan fasilitas diagnostik dan terapi lengkap di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan," jelasnya.

Bukan hanya luar negeri, bahkan jika dana dan pelayanan kesehatan digarap dengan tepat, pasien di seluruh Indoensia tak perlu lagi mendapat rujukan ke Jakarta.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Gridhealth.id