Niat Hati Ingin Bertemu Mahasiswa Papua di Surabaya, Fadli Zon dan Rombongan Hanya Bisa Berdiri di Luar Asrama, Tetap Dicuekin Meski Sudah Menyapa

Rabu, 21 Agustus 2019 | 14:17
Kompas.com (KRISTIAN ERDIANTO)/(A.Faizal)

Fadli Zon dicuekin mahasiswa Papua di Surabaya

Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati

GridHot.ID -Dikutip dari Kompas TV, warga di Manokwari, Papua Barat menggelar aksi protes pada 19 Agustus 2019 atas dugaan persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah di Jawa Timur.

Unjuk rasa berujung kerusuhan di Manokwari disebabkan oleh massa yang terprovokasi konten negatif di media sosial terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.

Demikian diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Senin siang.

Baca Juga: Berikan Respon Atas Pernyataan Presiden Jokowi, Gubernur Papua Lukas Enembe Justru Berniat Tarik Mahasiswa Papua untuk Kembali Kuliah di Tanah Cendrawasih

"Mereka boleh dikatakan cukup terprovokasi dengan konten yang disebarkan oleh akun di medsos terkait peristiwa di Surabaya," ujar Dedi.

Lanjut Dedi, konten yang dibangun di media sosial dan tersebar dapat membangun opini bahwa peristiwa penangkapan mahasiswa Papua adalah bentuk diskriminasi dan praktik rasisme.

Padahal, Dedi memastikan penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya sudah selesai secara hukum.

Baca Juga: Pecah Kerusuhan di Kabupaten Fakfak Papua Barat, Pimpinan OPM Goliath Tabuni: Berkibarlah Benderaku Bintang Kejora

2 hari pasca kerusuhan di Manokwari, Fadli Zon beserta rombongan DPR RI mengunjungi asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya, Rabu (21/8/2018) siang.

Selain wakil ketua DPR RI Fadli Zon, juga dalam rombongan tersebut juga ada sejumlah anggota legislatif dari Papua dan Papua Barat seperti Jimmy Demianus Ijie, Willem Wandik, Steven Abraham dan Michael Wattimena.

Kompas.com (A.Faizal)
Kompas.com (A.Faizal)

Rombongan Fadli Zon mengunjungi asrama mahasiswa Papua di Surbaya

Rombongan tersebut datang sekitar pukul 11.30 WIB.

Kemudian, dua anggota DPR RI terlihat turun dari kendaraan.

Baca Juga: Gubernur Papua Sebut-sebut Nama Gus Dur dalam Percakapannya dengan Khofifah Lewat Sambungan Telepon, Ini 3 Alasan Mengapa Abdurahman Wahid Sangat Dicintai Warga Papua

Namun mereka hanya berdiri di depan asrama yang pintu gerbangnya tertutup rapat.

Salah satu dari mereka sempat memanggil, "adik,adik" namun tidak ada balasan dari dalam.

Fadili Zon tidak ikut turun dari kendaraan.

Baca Juga: Dituding Effendi Simbolon Jadi Dalang di Balik Kerusuhan Manokwari, Benny Wenda Bukan Sosok Biasa, Kedoknya Pernah di Bongkar KKB Papua Hingga Hidup Nyaman di Berbagai Negara

Dia hanya memantau dari dalam kendaraan.

Politisi Partai Gerindra itu baru turun setelah meladeni wawancara wartawan.

Pantauan Kompas.com di lokasi, pintu gerbang asrama mahasiswa Papua di Surabaya sendiri terlihat tertutup rapat.

Di depan pintu gerbang terpampang spanduk warna putih bertuliskan "Siapapun Yang Datang Kami Tolak" dengan huruf warna merah.

Sejumlah penghuni terlihat keluar masuk dari salah satu sisi pintu gerbang.

Merasa tidak akan bisa masuk ke asrama mahasiswa Papua, rombongan DPR RI pun bergegas meninggalkan Jalan Kalasan.

Baca Juga: Demi Persatuan, Gubernur Khofifah Rela Nyanyi Lagu Daerah Papua Usai Minta Maaf Lewat Sambungan Telepon di Surabaya, Lihat Aksinya

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/DIDIK SUHARTONO

Sejumlah orang keluar dan mengangkat tangannya di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).

Fadli Zon, sebelum meninggalkan Jalan Kalasan mengatakan, pihaknya ingin melihat dari dekat mahasiswa Papua di Surabaya.

"Setelah ini kami akan diskusikan apa yang sebenarnya menimpa para mahasiswa asal Papua itu dengan pihak terkait seperti Gubernur Jawa Timur dan aparat keamanan," jelasnya.

Dia mengaku tidak ingin menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi, karena menurut dia harus ada investigasi menyeluruh untuk memberikan gambaran fakta yang berimbang.

Baca Juga: Mengabdi di Pedalaman Papua, Diana Cristiana Terkejut Saat Pertama Kali Datang, Muridnya Lebih Kenal Bendera Bintang Kejora Daripada Merah Putih

"Jadi perlu ada investigasi yang mencakup segala hal tentang masalah ini," ujarnya.(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, Kompas TV