Tak Kuat Dituntut Jadi Anak Berprestasi Terus-terusan, Jennifer Pan Tembak Ibunya di Kepala Hingga Tewas, Wajahnya yang Cuma Datar Saat Vonis Hukuman Seumur Hidup Dijatuhkan Curi Perhatian

Minggu, 08 September 2019 | 16:15
youtube.com

Kisah Jennifer Pan, 'Anak Emas' yang Bunuh Orangtuanya Karena Dituntut Harus Berprestasi

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang

Gridhot.ID - Setiap orang tua pastinya menginginkan yang terbaik untuk anak mereka.

Apapun akan dilakukan demi menata masa depan anak-anaknya nanti.

Namun adapula mereka yang terlalu keras dalam mendidik anak sehingga menimbulkan efek buruk bagi psikologis anak.

Baca Juga: Tampil dengan Balutan Hijab, Marcella Simon Putuskan Mualaf, Cut Meyriska Terpantau Beri Dukungan pada Sang Sahabat

Kasus tersebut terjadi secara mengerikan pada anak yang satu ini.

Dikutip Gridhot dari Elitereaders, seorang anak bernama Jennifer Pan menjadi anak emas yang tega mengakhiri nyawa ibu kandungnya.

Tak hanya ibunya, bahkan ayahnya hampir saja menjadi korban pembunuhan.

Baca Juga: Pilu, Sudah Ditandu Belasan Kilometer Lewati Jalan Rusak dan Terjal Demi Capai Puskesmas, Kenti Harus Rela Kehilangan Bayinya Meninggal Sebelum Tiba Sampai Tujuan

Pembunuhan tersebut dilakukan Jennifer Pan sendiri karena dirinya merasa tertekan terkait tuntutan orang tuanya.

Jennifer Pan menjadi anak emas bagi orang tuanya yang merupakan pengungsi asal Vietnam karena sang anak menjadi siswa berprestasi selama di SMA.

Bahkan Jennifer juga dengan mudahnya lulus sebagai sarjana Farmasi dari Universitas Toronto Kanada.

Baca Juga: Pengendara Motor Keluarkan Jurus Silat di Depan Polisi Saat Ditilang, Bukannya Bikin Takut Malah Aksinya Buat Netizen Ngakak

Orang tua Jeniffer yang berjuang sebagai buruh akhirnya menganggap Jenifer sebagai anak kebanggaan orang tua.

Mulai dari les pelajaran sekolah hingga les renang, piano, dan beladiri sudah dilahap habis oleh Jennifer.

Namun siapa sangka kalau semua itu hanyalah kebohongan Jenifer belaka.

Baca Juga: Sayangkan PB Djarum Pamit Usai 13 Tahun Tak Henti Menjaring Calon Bintang Bulu Tangkis, Susy Susanti: Ini Olahraga Bukan Hal Negatif, Kenapa Tidak Didukung?

Saat di kelas 8, prestasi belajar Jennifer mulai drop. Ia tak lagi antusias belajat, dan nilai mulai anjlok, perlahan kepercayaan dirinya menurun.Untuk menutupinya, Jennifer mulai berbohong hingga kebohongan menjadi kebiasaannya.Dan gadis itu pun menjalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan dan penipuan.

Orangtua Jennifer mengira, putrinya adalah murid teladan, pelajar kelas "A". Namun, nyatanya ia hanyalah kelas "B".Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain. Namun, di keluarga Jennifer merupakan itu aib.

Untuk menutupinya, Jennifer memalsukan raportnya, menutupi ketidakmampuannya. Meski demikian, nilainya masih lumayan, ia pun diterima di Ryerson University di Toronto.

Baca Juga: Pengendara Keras Kepala, Sudah Naik Trotoar, Serempet Anak Kecil, Diingatkan Pejalan Kaki Malah Lakukan Penyerangan, Aksinya Viral dan Identitas Plat Nomornya Tersebar

Namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.

Ia mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.

Hingga akhirnya segala kebohongan tersebut ketahuan oleh orang tua Jennifer yang akhirnya membuat Jeniffer dimarahi habis-habisan.

Baca Juga: Bikin Geger Warga, Suara Sayup-sayup Tangisan Bayi di Tengah Malam Dari Dalam Tanah, Saat Ditemukan, Begini Kondisinya

Orang tua Jeniffer akhirnya memperlakukannya menjadi lebih tegas sampai-sampai seluruh barang elektronik dilarang digunakan.

Segala peraturan ketat dan kemarahan orang tua membuat Jeniffer dendam.

Bersama pacarnya Jeniffer sempat merencakan beberapa hal mengerikan seperti menyewa tukang pukul hingga pembunuhan.

Baca Juga: Dilabrak Franda Cuma Gara-gara Nama dan Panggilan Anaknya Sama Persis, Ayah Zylvechia Kimberly: Serendah Apa Anak Kami Sehingga Dianggap Tak Layak Pakai Nama Zylvechia

Hingga akhirnya di suatu malam pada tahun 2010, Jennifer yang sudah tak tahan lagi akhirnya melaksanakan rencana pembunuhannya.

Bersama tiga orang suruhannya, Jeniffer memaksa kedua orang tuanya untuk turun kebawah dan menutupi muka keduanya dengan selimut.

Sang ayah lalu ditembak dua kali dan Ibunya ditembak tiga kali di kepala.

Baca Juga: Tragis! Pertemuan dengan Sang Ibunda Kandas, Seorang Santri di Cirebon Tewas Usai Ditusuk Orang Tak Dikenal Beberapa Menit Sebelum Ibunya yang Ditunggu-tunggu Datang

Sang ayah masih sempat selamat namun Ibu Jennifer tewas ditempat

Pada 2014, pengadilan atas kasus tersebut digelar.

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer tak menunjukkan emosinya. Datar. Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.

Baca Juga: Dapat Beasiswa S2 dari Pemerintah di Luar Negeri Sejak 2 Tahun Lalu, Veronica Koman Ternyata Tak Pernah Buat Laporan, Polisi Minta Ditjen Imigrasi Cabut Paspornya

Jeniffer telah divonis seumur hidup tanpa diperbolehkan mendapat kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.

Dirinya divonis saat berusia 28 tahun.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Elite Readers