GridHot.ID - Seorang pria warga Desa Ngancar, Kabupaten Magetan, Jawa Timur hanya bisa terbaring di ranjang selama hampir empat tahun terakhir.
Tangan dan kaki Fendi Suryadi (28) terlipat kaku seperti kayu. Bahkan saat ditarik untuk diluruskan, tangan dan kakinya seolah tak mau bergerak.
"Rasanya kaku, ini enggak bisa digerakkan," ujar Fendi saat ditemui di Desa Ngancar, Kamis (19/9/2019).
Fendi dulunya bekerja di sebuah pabrik pembuatan kabel body milik salah satu perusahaan otomotif di Bekasi.
Derita Fendi berawal ketika pada 2015 tangan kirinya teras kebas, bahkan saat terlilit kabel di tempat dia bekerja, Fendi tidak bisa merasakan apa-apa.
Oleh perusahaan, Fendi kemudian dirawat di salah satu rumah sakit di Cikarang. Pihak rumah sakit mendiagnosis Fendi menderita stroke ringan.
"Diagnosisnya dari rumah sakit stroke ringan. Kemudian dirujuk ke RSUD Moewardi Solo karena Mas Fendinya mau dirawat di rumah," ujar Edi Purwanto, salah satu kerabat Fendi.
Edi mengatakan, saat diantar berobat ke RSUD Moewardi Solo, sandal yang dikenakan oleh Fendi sempat terlepas dari kakinya. Namun, Fendi tidak menyadari hal tersebut.
Di RSUD Moewardi Solo, Fendi dirawat hingga satu bulan lebih.
Fendi juga harus menjalani pemeriksaan di laboratorium hingga 13 kali untuk mencari tahu penyebab sakit yang diderita.
"Lab-nya sampai 13 kali di Budi Sehat, doagnosisnya toxoplasma. Informasinya obatnya hanya di Dr Soetomo Surabaya,” ujar Edi.
Akhir September, Fendi dirujuk ke RS Dr Sotomo Surabaya untuk mendapat perawatan dan obat taxoplasma sesuai dengan diagnosis dari laboratorium Budi sehat Solo.
Sempat menjalani perawatan hingga 3,5 bulan, di RS Dr Soetomo Fendi didiagnos kanker otak dan harus dioperasi.
Anehnya saat dilakukan pemeriksaan MRI, dokter tidak menemukan adanya kanker di otak Fendi.
"Itu sampai tiga kali terjadi. Di MRI ada tapi saat akan dioperasi tiba tiba nggak ada," ucap Edi yang selalu mendampingi Fendi.
Gagal Operasi, mengandalkan pengobatan Alternatif
Meski secara medis belum ada kejelasan penyakit yang diderita Fendi, keluarga memilih melakukan upaya pengobatan alternatif.
Sejak pulang dari Dr Soetomo Surabaya, lebih dari 10 kali upaya pengobatan alternatif telah dilakukan.
Namun, sampai saat ini belum ada perubahan yang berarti dialami Fendi.
"Yang pengobatan viral di YouTube sudah dilakukan sampai 10 kali, tapi belum membawa perubahan," kata Edi.
Upaya pengobatan yang dilakukan keluarga membuat pesangon dari perusahaan sebesar Rp 30 juta habis. Sementara keadaan Fendi belum ada perubahan.
Perusahaan tempatnya bekerja kemudian memberikan surat untuk mengurus klaim asuransi Jamsostek.
Sayangnya, upaya melakukan klaim terhadap asuransi tersebut terkendala dengan surat keterangan dokter yang harus didapatkan dari RSU Dr Soetomo.
"Dengan alasan keadaan pasien harus dirawat di sana. Padahal kalau mau membawa ke sana kita kesulitan karena Fendi tidak bisa duduk. Pake kursi roda juga jatuh ke bawah,” kata Edi.
Mono, orangtua Fendi mengatakan, hanya bisa pasrah dengan keadan anaknya.
Dia berharap ada bantuan yang bisa meringankan bebannya yang hanya sebagai buruh tani.
"Harapannya bisa dapat klaim dari Jamsostek, tapi syarat surat kesehatan dari RSU Dr Soetomo sulit didapatkan," kata Mono.
Selama menjalani pengobatan, Fendi hanya mengandalkan BPJS dan pesangon perusahaan tempatnya bekerja.
Meski tergolong keluarga kurang mampu, belum ada bantuan dari pemerintah daerah yang diterima Fendi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Fendi, Derita Penyakit Misterius 4 Tahun Terbaring Kaku Seperti Kayu"
(*)