Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Aksi demonstrasi mahasiswa dan kelompok masyarakat menolak Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) dan pengesahan revisi Undang-undang KPK terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Aksi seruan mahasiswa di beberapa daerah ini telah dilaksanakan sejak Senin (23/9/2019).
Kelompok mahasiswa yang mengikuti aksi demonstrasi ini serentak mendatangi gedung-gedung DPR tak terkecuali juga gedung pusat.
Di beberapa daerah dikabarkan aksi demonstrasi pecah dan mengakibatkan adanya bentrokan antara aparat keamanan dengan pendemo.
Korban luka pun berjatuhan dari pihak mahasiswa dan aparat kepolisian saat demo berujung bentrokan.
Demonstrasi yang dilakukan kelompok mahasiswa di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara pun berakhir ricuh.
Baca Juga: Sudah Senior, Iwan Fals Kini Justru Ngaku Pengen Jadi Mahasiswa Lagi Gara-gara Demonstrasi
Melansir dari Tribunnews.com, aksi demonstrasi yang berujung ricuh tersebut digelar pada Kamis (26/9/2019).
Akibat dari bentrokan tersebut, Randi (21), mahasiswa semester 7 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo ( UHO), Kendari tewas.
Randi tewas usai mengalami luka di dada akibat tembakan.
Ia sempat dibawa ke RS Ismoyo, namun keadaannya yang sudah kritis tak bisa tertolong lagi.
Dokter RS Ismoyo, Yudi Ashari menjelaskan jika ada luka selebar 5 cm di dada kanan Randi.
Menurut penuturan Yudi, luka dengan kedalaman 10 cm itu diakibatkan oleh benda tajam.
"Korban dibawa sudah dengan kondisi terluka di dada sebelah kanan selebar 5 cm, kedalaman 10 cm akibat benda tajam."
"Luka tembak, belum bisa dipastikan peluru karet atau peluru tajam," kata Yudi Ashari.
Kabar tewasnya Randi ini pun membuat syok keluarganya.
Saat mengetahui kabar bahwa Randi tewas, kakak korban pun langsung histeris hingga pingsan tak bisa berdiri lagi.
Sementara itu, sang ayah yang terlambat mengetahui kabar ini, turut histeris.
Pasalnya, ayah Randi pada saat itu masih melaut.
Reaksi ayah Randi pun viral ketika sedang memasuki halaman rumah sepulang melaut.
Salah satu akun media sosial yang mengunggah video tersebut adalah akun Twitter @LaodeHalaidin.
Dalam video nampak ayah Randi digandeng para tetangga menuju rumah yang sudah ramai pelayat.
Sang Ayah yang baru saja pulang melaut menaruh wajah kebingungan dengan jala masih dipegangnya.
Ia pun berteriak "Ohae ini", dalam bahasa Indonesia artinya kenapa ini, menanyakan rumahnya sangat ramai.
Saat mulai mendekati rumahnya, ia pun mulai perlahan mendengar suara isak tangis.
Ia pun memasuki rumah, suara isak tangis pun terdengar semakin keras.
Sang ayah pun histeris melihat jenazah anaknya sudah terbaring di dalam rumah.
Unggahan ini pun mendapat banyak simpati dari netizen melalui komentar.
Selain itu, akun Twitter @LaodeHaladin juga mengajak para netizen menggalang dana untuk membantu keluarga almarhum.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Harry Golden Hart mengatakan, Randi tewas di depan Gedung DPRD Sultra.
Melansir dari siaran KompasTV, Randi tewas saat demo mulai ricuh sekitar pukul 15.30.
Randi pun dibawa ke Rumah Sakit Korem yang paling dekat denga DPRD Sultra untuk mendapat perawatan.
"Pada saat dibawa dan sudah berada di korem dan dilakukan tindakan medis dokter korem, (mahasiswa ) sudah meninggal," ujar Harry.
Harry mengatakan belum mengetahui pasti penyebab luka di dada korban.
AKBP Harry Golden Hart mengatakan, hingga kini penyebab luka di dada Randi masih diselidiki.
"Ada bekas luka di dada sebelah kanan. Kita belum memastikan luka tersebut karena apa."
"Saat ini korban dibawa dari RS Korem ke Kendari untuk otopsi," ujar Harry.
Harry mengatakan, polisi yang menjaga aksi demo hanya melengkapi diri dengan tameng dan tongkat.
Untuk pengurai massa menggunakan gas air mata, water canon dan beberapa kendaraan.
Dia membantah, petugas menggunakan peluru tajam saat melakukan pengamanan demo.
"Tidak ada (peluru), kami pastikan pada saat apel tidak ada satu pun yang bawa peluru tajam, peluru hampa, peluru karet," ujar Harry.(*)