Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Jepang kini sedang dilanda badai topan terburuk selama 60 tahun terakhir.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Channel News Asia, Jepang sedang menghadapi badai supertopan Hagibis.
Badai tersebut sangat kuat hingga menyebabkan rumah hancur dan infrastruktur rusak.
Bahkan Supertopan hagibis juga membawa hujan yang sangat deras hingga menyebabkan beberepa wilayah di Jepang mengalami banjir.
Pihak Badan Meteorologi Jepang mengungkapkan kalau Topan Hagibis membuat tanah ambles di Izu Peninsula, baratdaya Tokyo sekitar pukul 07.00 malam waktu setempat.
Badai topan Hagibis sendiri menjadi yang terbesar dan terburuk melanda Jepang semenjak 60 tahun terakhir.
Sebagian wilayah Tokyo dikabarkan mengalami krisis listrik dan energi lainnya.
Sebelum terjadinya bencana tersebut, pihak pemerintah Jepang sudah mengumumkan ke masyarakat mengenai datangnya supertopan hagibis.
Sebagian besar masyarakat juga sudah melakukan mengungsi sehingga korban jiwa dapat diminimalisir.
Hingga Minggu (13/10/2019) pagi dini hari, topan Hagibis sedang menuju wilayah Tohoku dan mengakibatkan 340.000 penduduk di Iwaki Prefektur Fukushima disarankan untuk mengungsi.
Sebelumnya juga Jepang dihebohkan dengan fenomena lagit ungu yang tiba-tiba datang di negara tersebut.
Fenomena langit ungu tersebut kemudian viral di Twitter.
Baca Juga: Beli 12 Kondom di Apotek, Alasan Nenek Ini Langsung Bikin Penjual Jatuh Pingsan, Kenapa?
Netizen dari Jepang bahkan warga Indonesia yang sedang berada di Jepang juga membagikan fenomena langit ungu tersebut di sosial media Twitter.
Banyak orang yang mengatakan kalau langit ungu tersebut muncul sebagai datangnya badai supertopan Hagibis.
Astronom amatir Indonesia kemudian membantah pernyataan tersebut.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia mengatakan kalau memang langit ungu berkaitan dengan bencana alam.
Namun dirinya menyangkal kalau hal tersebut disebabkan oleh badai supertopan hagibis.
Marufin mengatakan kalau fenomena langit ungu tersebut justru datang akibat letusan Gunung Raikoke dekat Semenanjung Kamchatka Rusia pada bulan Juni lalu.
Warna yang terbentuk menurutnya disebabkan oleh hamburan sinar matahari oleh partikel-partikel erosol asam sulfat.
Asam sulfat berasal dari SO2 produk letusan. Menurut Marufin, ada sedikitnya 14 milyar ton SO2 disemburkan ke langit pada letusan tersebut.
Pengukuran dengan balon udara stratosfer pun menunjukkan konsentrasi aerosol asam sulfat di lapisan atmosfer mencapai 20 kali lipat di atas normal.
Dikutip dari Japan Times, hingga saat ini tercatat dua orang tewas dan sembilan orang hilang akibat bencana supertopan tersebut.
(*)