Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Kasus penusukan Wiranto ternyata berefek panjang.
Sebelumnya diketahui salah satu marketplace di Indonesia sampai menghapus massal produk kunai pasca insiden penusukan Wiranto.
Hal itu dikarenakan senjata kunai digunakan pelaku penusukan Wiranto untuk melakukan aksinya.
Bahkan kunai yang terbuat dari bahan plastik dan hanya digunakan sebagai aksesoris cosplay juga ikut terhapus.
Kini efek lain dari kasus penusukan tersebut muncul lagi.
Kota Bekasi kini jadi dianggap sebagai sarang teroris pasca kejadian penusukan.
Pasalnya pelaku penusukan Wiranto berasal dari JAD Bekasi.
Tak hanya pelaku penusukan, pada Minggu (13/10/2019) polisi juga berhasil menemukan tempat tinggal terduga teroris.
Dikutip Gridhot dari Warta Kota, polisi menggeledah rumah di Tambun, Bekasi, Jawa Barat karena diduga menjadi tempat tinggal teroris.
Bahkan teroris tersebut diduga memiliki relasi dengan pelaku penusukan Wiranto.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, rumah kontrakan di RT 02 RW 04, Nomor 88, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi didobrak oleh pihak kepolisian karena pintu tak kunjung dibuka.
Setelah didobrak polisi menemukan sejumlah barang seperti buku bacaan terkait Jihad dan Khilafah.
Polisi juga menemukan buku bergambar bendera hitam dengan tulisan tauhid dan beberapa paku hingga kabel.
Dikutip Gridhot dari Antara, penggeledahan dilakukan usai diamankan salah seorang terduga teroris bernama Noval Agus Safroni yang merupakan seorang Ustad dari Kilafatul Muslimin.
Terduga teroris itu masuk dalam kelompok ABU ZEE dan ABU RARA pelaku penusukan Wiranto di Bekasi.
Gara-gara beberapa teroris ditangkap di area Bekasi, kota tersebut jadi area yang disebut sebagai sarang teroris.
Kapolres Kota Bekasi seakaan mengonfirmasi mengenai kabar tersebut.
Kombes Candra Sukma Kumara yang merupakan Kapolres Kota Bekasi kemudian mengungkapkan alasannya.
Candra mengatakan kalau Bekasi menjadi pilihan para teroris karena menjadi tempat transit yang ideal.
Kota Bekasi dianggap sebagai daerah yang dekat dengan kota Jakarta.
"Karena memang kan Bekasi ini daerah transit yang ideal apalagi jumlah pendudukan sangat padat" kata Candra.
Bahkan harga kos yang murah juga menjadi salah satu faktor Bekasi jadi 'sarang teroris'.
"Kayak Tambun kita lihat begitu padatnya, kos-kosan murah-murah," tambahnya.
Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar juga disebut menjadi penyebab para teroris tak terdeteksi.
"Maka RT/RW harus aktifkan lagi 1×24 jam wajib lapor. Jangan sampai cuek dengan lingkungan sekitar," ujar Candra.
"Aksi radikal itu jadi ancaman nyata. Jadi kita sama-sama, mencegah dan memberantas paham radikalisme dan terorisme itu. Jangan lagi cuek dan anggap remeh," tambahnya.
Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto sampai memberikan pesan kepada para masyarakat untuk mencegah paham radikal.
“Masyarakat diharapkan mampu mendeteksi dini dan segera melapor ke aparat keamanan apabila mengetahui gerakan radikalisme dan terorisme, ini ancaman terbesar setelah narkoba," katanya.
(*)