Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Airlangga Hartanto selaku Ketua Umum Partai Golkar mulai menyebutkan nama-nama yang akan mengisi 13 kursi pimpinan DPR RI.
Dari sekian banyak sosok yang dipilih, Airlangga menunjuk seorang politisi wanita untuk ditetapkan sebagai Ketua Komisi 1.
Sosok yang ditunjuk Airlangga adalah Meutya Hafid.
Baca Juga: Gila! Pria Ini Tega Pukuli Istrinya Hingga Babak Belur Hanya Karena 'Like' di Facebook
Meutya Hafid nantinya akan membidangi urusan luar negeri, komunikasi dan informasi serta pertahanan.
Dari bidang yang ada, Meutya nantinya akan menjadi rekan kerja Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Kompas.com, Prabowo Subianto yang sempat menjadi rival Joko Widodo di pemilu 2019 justru ditunjuk sebagai menteri pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju.
Baca Juga: Baru 1 Tahun Berumah Tangga, Artis Cantik Ini Ungkap Soal Enaknya Menikah, Seperti Apa?
Dikutip Gridhot dari Warta Kota, Meutya sendiri bukanlah pemain baru dalam dunia politik.
Bahkan sebelum penunjukannya yang sekarang, Meutya sudah menjadi Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI pada periode sebelumnya.
Meutya sendiri dulunya bekerja sebagai presenter dan reporter berita televisi.
Nama Meutya sangat tenar di dunia jurnalistik.
Meutya pernah mendapatkan penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill, dari pemerintahAustraliapada tahun 2007.
Bahkan dirinya juga sempat menjadisatu di antara lima Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan.
Tak hanya prestasinya, Meutya juga sempat mendapatkan pengalaman tidak menyenangkan saat dirinya bekerja sebagai jurnalis.
Meutya bersama rekan juru kameranya Budianto diculik dan disandera saat sedang melakukan liputan di Irak.
Meutya dan rekannya ditangkap oleh sekelompok pria bersenjata pada 18 Februari 2005 hingga dirinya baru dibebaskan oleh kawanan tersebut pada 21 Februari 2005.
Pada tahun 2010, Meutya pernah berpasangan dengan H. Dhani Setiawan Isma S.Sos untuk maju sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Binjai periode 2010-2015.
Mendapat dukungan dari partai Golkar, Demokrat, Hanura, Pan, Patriot, P3I, PDS dan 16 partai non-fraksi lainnya membuat Meutya semakin percaya diri untuk maju.
Namun sayang dirinya kalah dalam pemilihan tersebut.
Dirinya menduga adanya kesalahan rekapitulasi penghitungan suara di Tingkat PPK Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan dan Binjai Kota.
Bahkan data suara yang didapatkannya berkurang sebanyak 200 suara.
Suara yang didapatkannya banyak yang dibatalkan karena dicoblos hingga bagian belakang secara simetris.
Merasa dicurangi karena beberapa fakta tersebut akhirnya tim Meutya berusaha meminta keadilan ke Mahkamah Konstitusi.
Namun MK harus menolak permohonannya dengan alasan tidak cukup bukti yang ada.
Hingga pada Agustus 2010, dirinya dilantik menjadi anggota DPR antar waktu Partai Golkar.
Namun ketika organisasi massa yang didirikan Surya Paloh, yakni Nasional Demokrat, berganti baju menjadi partai politik pada 25 Juli 2011, Meutya yang dekat dengan Surya Paloh mundur dari Nasdem.
Meutya sendiri melalui akun sosial medianya menyatakan dengan tegas tidak akan menjadi anggota parpol lain.
Hingga akhirnya nama Meutya semakin tenar di dunia politik.
Akibat ketenarannya, dirinya pernah diteror sosok misterius bernama Bobby Meidianto.
Bobby mengaku kalau dirinya adalah suami Meutya dan menyebarkan hoaks di dunia maya.
Menurut Meutya, pernah ada pria berpakaian compang-camping yang menungguinya di depan pagar rumahnya selama 3 hari.
Bobby mengaku sebagai Letkol Purnawirawan dan menjadi anggota detasemen khusus di kepolisian Republik Indonesia.
Namun disebutkan Bobby merupakan seorang pria yang depresi sejak tahun 2000.
(*)