GridHot.ID - Setiap satuan TNI biasanya memiliki sebuah pasukan khusus yang memiliki kemampuan mumpuni.
Seperti misalnya pasukan khusus milik TNI AD, Komandan Pasukan Khusus (Kopassus).
Sejak berdiri 16 April 1952 sampai sekarang, banyak kisah-kisah para anggota Kopassus yang rela mengorbankan nyawa di medan perang demi kehormatan negara Indonesia dan Kesatuannya.
Salah satu kisah heroik prajurit Kopassus pernah terjadi di medan perang Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Saat itu tanggal 9 Januari 1983, satu unit gabungan tentara Nanggala-LII yang berisikan para prajurit Kopassus pimpinan Letnan Poniman Dasuki melakukan patroli di suatu wilayah Timor Timur,di KV 34-34/Komplek Liasidi yang merupakan daerah rawan musuh di pedalaman hutan bumi Lorosae.
Maklum saja, tempat tersebut merupakan sarang Fretilin si 'Krebo Hutan'.
Ketika unit kecil patroli pimpinan Letnan Poniman Dasuki memasuki area tersebut, mereka dicegat oleh sekitar 300 orang Fretilin, hingga terjadi pertempuran sengit.
Baca Juga: Benarkah Minum Kopi Secara Teratur Bisa Membuat Usus Sehat, Ini Penjelasannya
Para Fretilin itu bersenjatakan lengkap dengan senapan serbu, mortar, dan pelontar granat.
Tembak menembak pun terjadi antara 300 Fretilin melawan unit kecil Kopassus pimpinan Letnan Poniman.
Posisi para prajurit Kopassus saat itu sedang tidak beruntung.
Di bawah hujan deras tembakan musuh, mereka terjepit karena berada tepat di belakang jurang mengangga.
Satu persatu anggota Kopassus pun harus gugur diterjang timah panas Fretilin.
Melihat hal itu, Letnan Poniman lantas memerintahkan pasukannya untuk mundur, denganberlari menuju sebuah celah bukit di sekitar area pertempuran.
Namun, peluang para prajurit Kopassus untuk mundur dengan selamat sangatlah kecil.
Baca Juga: Tak Terduga! Beginilah Gaya Maia Estianty Ketika Sindir Pelakor di Depan Umum
Sampaiakhirnya, seorang prajurit berpangkat Prajurit Satu (Pratu) bernama Suparlan, mengajukan diri untuk menahan serangan Fretilin sendirian dan membiarkan teman-temannya untuk meloloskan diri.
Berbekalsenapan mesin milik rekannya yang gugur,Pratu Suparlan maju sendirian menerjang 300 orang Fretilin.
Tanpa ampun, Fretilin pun langsung menjadikan Pratu Suparlan sebagai sasaran utama.
Tembakan Fretilin itu dibalas Pratu Suparlan dengan tembakan senapan mesin yang ia bawa, hingga Pratu Suparlan sudah tak sanggup lagi berdiri karena luka-lukannya.
Belum selesai sampai di situ, mengetahui Pratu Suparlan sudah hampir tewas, puluhan Fretilin mengerumuninya dan memberikan tembakan di lehernya.
Namun sebelum ajal menjemput, dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Pratu Suparlan mengambil granat dari kantongnya, menarik pin dan meloncat ke kumpulan Fretilin.
Pratu Suparlan berteriak 'Allahu Akbar', lalu disusul suara granat yang meledak.
Pratu Suparlangugur bersama para Fretilin yang 'ikut diajak mati' oleh aksi nekatnya.
Beberapa saat kemudian, pasukan bantuan tiba bersama sisa anggota Kopassus yang berlindung di celah bukit tadi.
Mereka kemudian menyerang para Fretilin.
Pada malam hari, setelah pertempuran selesai, jumlah korban di pihak Kopassus mencapai tujuh orang, termasuk pratu Suparlan yang jenazahnya ditemukan dalam keadaan tak utuh.
Sedangkan, pihak Fretilin jatuh korban sebanyak 83 orang. Sementara, sisanya ada yang ditangkap hidup-hidup.
Berkat keberaniannya, Pratu Suparlan dinaikkan pangkatnya menjadi Kopda (Anumerta) dan tanda saja Bintang Sakti.
Nama Pratu Suparlan juga diabadikan sebagai nama Lapangan Udara Perintis di Pusdikpassus Batujajar Bandung.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul "Kisah Pratu Suparlan, Anggota Kopassus yang Melawan Puluhan Musuh Sendirian"
(*)