Gridhot.ID - Dunia narkoba memang sangat berbahaya.
Tak hanya barang narkobanya, namun juga lingkungan di sekitar orang-orang yang berkecimpung di dunia tersebut.
Salah satu yang terus mendapatkan pemberitaan adalah gembong narkoba di Meksiko.
Selama 1 tahun ini kabar mengenai kekejian mereka menghiasi berita internasional.
Mulai dari pembantaian penduduk dan perampasan tanah, hingga aksi brutal pembunuhan aparat polisi karena berani menangkap putra raja narkoba.
Kini, yang terbaru adalah Kartel Narkoba Meksiko El Chapo melakukan pemusnahan masal pada petani pribumi setiap 72 jam sekali.
Baca Juga: Maia Estianty Keceplosan Sebut Annisa Pohan Calon Ibu Negara, AHY Siap Maju Pilpres 2024?
Menurut Dailystar pada Sabtu (9/11/2019), kartel Narkoba El Chapo telah menjadi pengedar narkoba yang dominan, sedangkan Kolombia adalah produsen kokain terbesar.
Sebelumnya mereka melakukan perjanjian tahun 2016, antara pemerintah Kolombia dan Revolusioner FARC negara itu yang merupakan pemain besar dalam perdagangan narkoba.
Namun, kini kertel Narkoba Meksiko berusaha menguasai pasar dengan melakukan pembantaian pada petani pribumi setiap 72 jam.
Ada 120 kematian penduduk asli dalam 14 bulan terakhir, menurut Organisasi Masyarakat Adat Nasional Komombia (ONIC).
Arsenio Vascues, seorang pemimpin adat dari negara Cauca, telah berbicara tentang peran Kartel Sinaloa El Chapo.
Cauca adalah negara bagian yang menumbuhkan sebagian besar koka di Kolombia bahan baku kokain.
Dia berkata, "Kartel Sinaloa, yang telah mengambil keuntungan dari kekosongan ini yang disebabkan oleh tidak adanya gerilyawan FARC, untuk mengambil kendali di daerah-daerah ini."
"Ini telah membuat mereka mengambil kendali dan mendominasi zona di mana ada produksi ilegal," tambahnya.
Bulan lalu pemimpin adat Kolombia bernama Tobio Canas Velasco terbunuh di rumahnya di Cauca.
Dewan Masyarakat Adat Cauca (CRIC) mengatakan dia berada di rumahnya bersama teman-teman ketika penyerang berkerudung datang dan menembaknya hingga mati.
Itu terjadi setelah CRIC menerima pesan dari Kartel Sinaloa yang mengancam mereka dengan mengatakan bahwa mereka akan memulai pembersihan di Cauca.
Pekan lalu gubernur adat Cristina Bautista terbunuh bersama dengan empat penjaga komunitas sukarelawan.
Mereka terbunuh ketika mereka berusaha menghentikan penculikan.
Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kolombia telah mendesak pemerintah untuk melindungi komunitas adat dari serangan.
Sebuah pernyataan mengatakan, "Alih-alih upaya yang dilakukan oleh daerah, ada lebih banyak serangan terhadap penduduk asli di Cauca."
Meskipun pimpinan El Chapo menjalani hukuman seumur hidup di penjara keamanan AS, justru ketidakhadirannya membuat pertempuran antara kartel di Meksiko lebih kuat dari sebelumnya.
Kartel Sinaloa tetap menjadi salah satu yang paling dominan dan telah berusaha untuk memperkuat kontrolnya di Kolombia.
Negara Amerika Selatan itu telah menderita setengah abad perang gerilya dengan FARC, kelompok paramiliter, agen korup yang terkait dengan pemerintah yang menyebabkan kekerasan dan pengedar narkoba.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Kisah Tragis Para Petani Pribumi, Setiap 72 Jam Sekali Dibantai oleh Geng Narkoba Meksiko demi Kendalikan Pasar Narkoba.
(*)