Sewa Tentara Bayaran Blackwater, Amerika Justru Dibuat Terbirit-birit Karena Aksi Warga, Para Pemuda Menari-nari Dibawah Mayat Kombatan yang Dibakar di Tengah Jalan

Rabu, 13 November 2019 | 06:42
aljazeera.com

Tubuh para tentara bayaran yang dibakar lalu digantung di jembatan

GridHot.ID -Selama ini, Amerika Serikatmemang dikenal sebagai negara dengan kemampuan militer yang hebat.

Tidak hanya masalah alutsistanya yang canggih, namun jumlah personel yang luar biasa jadi nilai plus tersendiri.

Namun siapa sangka ternyata dalam beberapa misi mereka menggunakan jasa tentara bayaran loh.

Seperti misalnya saat mereka menyewa jasa tentara bayaran Blackwater.

Baca Juga: Hobi Naik Becak Kemana-mana, Bule Belanda Suami Lia Waode Ini Dikenal Sangat Sederhana

Sebagaimana dilansir dari artikel yang terbit di Intisari Online, tugas Blackwater adalah mengirimkan logistik untuk keperluan dapur bagi markas militer AS di kota Taji, Camp Ridgeway

Tugas pengiriman itu sebenarnya sederhana, personel Blackwater yang mengendarai mobil pengawal, tinggal memandu sekaligus mengawal konvoi truk menuju lokasi yang dituju.

Walaupun prosedur pengiriman logistik merupakan pekerjaan rutin, Blackwater tetap merancang proses pengiriman secara matang, sehingga baik personel yang mengawal maupun barang yang dikirim bisa terjamin keselamatannya.

Untuk sebuah misi pengiriman logistik Blackwater menerapkan sistem pengawalan standar enam personil dengandidukung oleh dua kendaran tempur lapis baja seperti Humve.

Baca Juga: Marahnya Jarang Tersorot Kamera, Siapa Sangka Nagita Slavina Justru Kerap Ucapkan Kata Terlarang dalam Berumah Tangga, Raffi Ahmad Selalu Berusaha Menahan Emosinya

Dalam formasi pengawalan, mobil pertama yang ditumpangi tiga personel akan bertugas di depan konvoi truk, sedangkan satu mobil lagi yang juga berisi tiga persone bertugas mengawal di belakang konvoi.

Persenjataan yang dipegang para personel merupakan senjata standar seperti senapan M-4 dan pistol Glock.

Sementara, senjata seperti senapan mesin dipegang oleh orang ketiga yang duduk di bagian belakang mobil pengawal.

Jika disergap oleh penyerang, penumpang di samping sopir bisa menembakkan senjata ke arah samping kanan, sopir yang terlatih mengemudi sambil menembak menghadang lawan dari arah kiri, sementara penumpang di bagian belakang siap menghadapi penyerang dari arah belakang.

Baca Juga: Jarang Diketahui Publik, Artis Cantik Ini Rupanya Punya Sekolahan dengan Biaya SPP Super Murah, Hanya Rp 3 Ribu per Bulan

Dengan sistem pertahanan seperti itu, secara teori para personel yang masih berada di dalam mobil bisa memberikan perlawanan memadai saat disergap.

Tapi pada misi pengawalan dari Kuwait ke Taji, Blackwater ternyata menyiapkan fasilitas pengamanan yang tidak memenuhi standar.

Mereka hanya menyediakan empat personil bersenjata standar yang menumpang mobil SUV Mistshubishi Pajero.

Empat personil yang rata-rata telah memiliki pengalaman tempur itu antara lain Scott Helvenston, Mike Teague, Wes ley JK Batalona, dan Jerry Zovko.

Baca Juga: Pulang ke Kampung Halamannya di Sidoarjo, Inilah yang Dilakukan Via Vallen Bersama Warga Sekitar, Lesehan di Musala Sambil Menyantap Buah-buahan

Pihak Blackwater yakin kendati misi pengawalan logistik itu berisiko tinggi dan harus melintasi kota Fallujah yang rawan serangan, personelnya bukan merupakan sasaran serangan utama bagi kelompok perlawanan yang berada di Fallujah.

Oleh karena itu, dengan tenaga empat orang dan tanpa kendaraan lapis baja , misi mengirim logistik dari Kuwait menuju Camp Ridgeway di kotav Taji positif dilaksanakan.

Dari keempat personel yang ditugaskan, Wesley JK Batalona merupakan anggota tertua yang berumur 48 tahun.

Wesley bergabung dengan US Ranger selama 20 tahun dan ketika pensiun pangkat terakhirnya adalah Sersan.

Baca Juga: Kabar Lina Hamil Duluan Menyeruak ke Publik, Netizen Iba pada Sule: Walau Beliau Melucu, Tapi Rautnya Sedih

Sebagai orang Hawaii asli usai bertugas dari Ranger, Wesley bekerja sebagai petugas keamanan di hotel Hilton Waikoloa Village.

Ketika Perang Irak meletus, Wesley yang kesulitan keuangan dan harus menanggung biasa rumah sakit ayahnya yang sakit-sakitan, memutuskan bergabung sebagai tentara bayaran.

Tapi faktor utama Wasley bergabung dengan tentara bayaran adalah dirinya sudah sangat merindukan dunia pertempuran seperti saat masih bertugas di US Ranger.

Wesley yang lebih menyukai tampil dengan pakaian santai ala Hawai itu kemudian bergabung dengan Blackwater dan ditugaskan di Irak.

Baca Juga: Diberi Penghargaan Karena Akhirnya Bisa Mengupas Kulit Salak, Nia Ramadhani: Gila, Ini Aneh Abis!

Personil kedua adalah seorang pemuda berdarah Kroasia berumur 32 tahun yang lahir di Cleveland, AS, Jerry Zovko.

Dalam tugas sebagai tentara bayaran, Zovko merupakan teman akrab Wesley.

Zovko pernah bergabung dengan US Army dan kemudian bertugas sebagai Polisi Militer di Fort Bragg.

Anggota ketiga adalah pria berumur 38 tahun yang juga mantan anggota Ranger, Michael R 'The Ice Man' Teague.

Setelah bertugas di Ranger, Michael kemudian bergabung dengan satuan elit SOAR (Special Operations Aviation Regiment) sebagai door gunner.

Baca Juga: Niat Hati Mengubah Penampilan Lewat Jalur Instan, Wanita Ini Justru Meninggal Dunia, Tak Ada 1 Jam Setelah Operasi Plastik Dilakukan

Selama berkarier sebagai tentara selama 12 tahun, Michael pernah bertempur di Grenada, Panama, dan Afganistan.

Anggota keempat adalah Scott Helvenston yang berasal dari SEAL.

Bagi mantan anggota SEAL yang biasa bertempur di laut, bertugas di daratan Irak memang merupakan hal baru apalagi Scott yang juga dikenal sebagai aktor terkenal itu belum memiliki pengalaman perang.

Scott pernah berperan sebagai seorang tokoh militer dalam film Face Off dan Three Ninjas.

Selain itu, Scot juga membintangi tayangan reality show yang materinya tentang survival, Combat Mission.

Baca Juga: Diam-diam Jadi yang Pertama Datang Beri Bantuan Saat Tsunami Menerjang, Ini 7 Fakta Tak Terduga Yakuza, Gengster Paling di Takuti di Negeri Sakura

Dengan berbagai peran di layar televisi dan film, Scott pun menjadi public figur yang memiliki banyak uang.

Tapi pada tahun 2001, bisnis Scott di dunia hiburan surut dan akhirnya mengalami kebangkrutan.

Setelah sempat bekerja sebagai petugas keamanan yang gajinya tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan kedua anaknya, Scott kemudian bergabung dengan Blackwater.

Pasca-mendapat pelatihan secukupnya, Scoot kemudian ditugaskan di Kuwait dan mulai berkenalan dengan ketiga rekannya yang mantan anggota US Ranger.

Baca Juga: Obok-obok Malaysia, India Hingga Argentina, Inilah Fakta Pasukan Gurkha, Satu dari 4 Pasukan Legendaris Dunia, Bergerak Bak Bayangan Sampai Namanya Saja Sudah Bikin Minder Lawan

Sebagai anggota tim November One yang akan ditugaskan ke daerah rawan di Irak, posisi Scott sebenarnya sudah diisi oleh orang lain, T-Boy yang mantan anggota USMC.

Tapi pada waktu yang ditentukan, T-Boy yang terbang menggunakan pesawat komersil menuju Kuwait, mengalami kendala sehingga T-Boy terlambat tiba di Kuwait.

Tim November One yang dikendalikan oleh Justin McQuown yang juga mantan pelatih Scott di Blackwater, kemudian memasang Scott sebagai pengganti posisi T-Boy.

Saat tim November diberangkatkan dari Kuwait menuju Irak, T-Boy yang ditunggu-tunggu ternyata juga belum muncul sehingga Scott bersama tiga rekan Ranger-nya pun segera diberangkatkan.

Baca Juga: Gaya Bak Sultan dengan Bergelimang Uang dan Wanita-wanita Cantik, Kehidupan Asli Para Pejudi Kelas Kakap Dunia Ini Tak Terduga, dari Mantan Mahasiswa Cerdas Hingga Aktor Film Ternama

Pada tanggal 29 Maret, tim November One yang telah tiba di Baghdad, Irak, mulai berkemas-kemas di sebuah hotel yang juga berfungsi sebagai markas besar Blackwater.

Tim November One tampak sedang serius mempelajari run down proses pengiriman logistik menuju Taji yang akan dilaksanakan keesokan harinya.

Tak ada yang sulit dalam run down tersebut. Rinciannya, tim yang terbagi dalam dua regu akan mengendarai dua mobil Mistshubishi Pajero dan melaju menuju kota Taji yang berlokasi di sebelah utara Baghdad.

Di kota Taji, tim November One selanjutnya akan menjemput tiga truk barang milik ESS yang berada di markas militer AS, Camp Ridgeway.

Baca Juga: Punya Empat Nama dan Nikahi 6 Suami, Inilah Sosok Rohimah, Penipu Ulung Paling Legendaris Asli Indonesia

Markas militer AS ini berada di sebelah barat Baghdad, dan harus melintasi kota yang sangat rawan oleh serangan para resisten Irak, Fallujah.

Bagi Batalona dan Zovko yang sudah pernah bertugas di kawasan yang harus dilewati itu, tugas mengawal tiga truk ESS itu terasa ringan karena bukan merupakan pengawalan barang hidup seperti bus penumpang.

Demikian juga bagi Scott dan Teague terasa tak ada kendala.

Hanya saja kedua orang ini belum pernah memasuki kawasan yang akan dilintasi sehingga jika mendapat serangan keduanya bisa kehilangan orientasi dan berakibat fatal.

Baca Juga: Beranak dalam Kubur Ternyata Bukan Isapan Jempol, 10 Hal Tak Terduga Ini Rupanya Benar-benar Bisa Terjadi Pada Jasad Manusia, Bahkan Setelah Dimakamkan Sekalipun

Esok harinya yakni pada tanggal 31 Maret, setelah beristirahat satu hari, tim November One berangkat menuju Taji.

Untuk meperjelas identitas, Batalona dan Zovko mengendarai mobil Misubishi Pajero warna biru, sedangkan Helvenson dan Teague mengendarai Pajero warna merah.

Perjalanan menuju kota Taji untuk menjemput tiga truk ESS berjalan lancar. Konvoi kemudian melanjutkan perjalanan menuju Camp Ridgeway.

Formasi konvoi kendaraan sipil itu terdiri atas tiga truk Mercedez Benz, dua Pajero Blackwater, dan dua truk milik pasukan pertahanan sipil Irak.

Baca Juga: Dulunya Cantik Jelita Hingga Buat Banyak Orang Terpesona, Mantan Model Ini Meninggal Secara Tragis Gara-gara Kudis, Tak Lagi Menawan di Akhir Hidupnya

Selama perjalanan posisi Pajero yang dikendarai oleh Batalona dan Zovko berada di belakang truk Irak diikuti tiga truk milik ESS, dan paling belakang adalah Pajero yang dikendarai oleh Helvenson dan Teague.

Ketika perjalanan konvoi memasuki kota Fallujah semua kendaraan melaju di jalan raya Highway 10 dan terus menuju pusat kota yang kiri serta kanan jalannya dipenuhi oleh bangunan industri.

Perjalanan melintasi setengah kota Fallujah berjalan cukup lancar meskipun jalanan cukup padat.

Tapi kelancaran konvoi sontak berubah drastis. Ketika tiba di perempatan jalan yang sibuk, truk milik pertahanan sipil Irak yang berada di posisi paling depan berhenti mendadak.

Baca Juga: Percaya Diri Tampil Tanpa Polesan Make Up, Warganet Dapati Wajah Nagita Slavina Berjerawat: Ada Juga ya, Kirain Nggak Ada...

Kendaraan di belakangnya pun otomatis berhenti dan semua pengemudi bertanya-tanya terhadap apa yang akan terjadi.

Semua personil Blackwater juga masih tetap berada di dalam Pajeronya dan mengira penghentian mendadak itu karena kepadatan lalu lintas.

Mereka bahkan sama sekali tak menaruh curiga dan menganggap kemacetan itu merupakan hal biasa.

Tapi tanpa diduga sama sekali, ketika semua mobil sedang berhenti, sekelompok pemuda Fallujah yang dari semula bersembunyi di belakang sebuah toko muncul dengan menembakkan senjata AK-47.

Baca Juga: Terhalang Tugasnya Sebagai Aggota Polisi, Mempelai Wanita Ini Tak Bisa Hadiri Acara Pernikahannya Sendiri, Bahkan Ijab Kabulnya Sampai Dilakukan Secara Live Streaming

Rentetan peluru kaliber 7.62 mm itu ternyata ditujukan kepada Pajero yang berada di posisi paling belakang.

Hamburan peluru AK-47 yang juga berasal dari arah belakang Pajero dengan mudah menembusi kaca dan bodi mobil. Akibatnya Helvenson dan Teague tewas sebelum meraih senjatanya.

Pengemudi truk ESS yang ketakutan begitu mendengar suara tembakan, dua di antaranya langsung membawa truknya keluar dari formasi dan kemudian tancap gas kabur.

Zovko dan Batalona tak bereaksi terhadap dua truk ESS yang kabur itu.

Baca Juga: Datang jauh-jauh dari Nganjuk ke Semarang untuk Bertemu Kenalannya di Facebook, Perempuan Ini Justru Rugi Bandar, Ditipu Habis-habisan Sampai Menangis di Emperan

Mereka langsung memutar balik mobilnya menuju Pajero yang ditumpangi Helvenson serta Teague yang saat itu sudah jadi mayat.

Tapi manuver Pajero Zovko hanya berlangsung sementara dan akibat berondongan peluru yang datang dari semua arah serta jarak dekat, mobil pajero itu oleng dan kemudian menabrak bemper Toyota warna putih.

Zovko dan Batalona pun tewas dengan luka tembak di sekujur tubuh tanpa sempat memberikan perlawanan.

Melihat para korbannya sudah tak berdaya para resisten Fallujah pun turun ke jalan dan bersorak-sorai penuh kemenangan di sekitar dua Pajero Blackwater yang bersimbah darah.

Baca Juga: Admiral Kuznetsov, Kapal Induk Rusia yang Sudah Butut dan Mudah Dideteksi, Ditolak Bersandar di Berbagai Negeri, Bikin Amerika Tertawa Geli

Suara tembakan juga mengundang makin banyak penduduk sekitar untuk keluar dan kerumunannya memenuhi jalanan kota Fallujah.

Sejumlah orang merekam mayat empat personil Blackwater yang bersimbah darah, beberapa orang lagi melepaskan tembakan ke udara sebagai tanda kemenangan, dan hampir semua orang berteriak-teriak serta berdansa untuk merayakan kemenangannya terhadap AS.

Tiba-tiba bensin mulai disiramkan kepada kedua Pajero dan api pun segera mengepul membakar empat personil Blackwater yang sudah tak bernyawa.

Suasana horor pun segera memenuhi udara seputar Fallujah ditingkahi oleh penduduk yang masih menari-nari serta berteriak-teriak penuh rasa kemenangan.

Baca Juga: Prabowo Bisa Bikin Indonesia Kembali Mengaum Jadi Macan Asia, 3 Proyek Pertahanan Strategis Ini Jadi Salah Satu Kuncinya, Negara Tetangga Dijamin Tak Berani Cari Gara-gara

Horor terus berlanjut. Semua mayat anggota Blackwater yang sudah menjadi arang kemudian diikat tali dan dikaitkan pada bamper mobil dan diarak sepanjang jalan utama kota Fallujah, Sheik Ahmed Yassin Street.

Sepanjang jalan penduduk Fallujah yang berkumpul terus meneriakan kemenangannya terhadap penjajah AS dan Israel.

Polisi Irak yang menyaksikan kejadian itu tak berani berbuat apa-apa dan mereka menganggap peristiwa brutal tersebut merupakan urusan AS.(Agustinus Winardi)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Akhir Tragis Para Tentara Bayaran AS yang Terbunuh di Irak: Diarak Sepanjang Jalan, Dibakar, Lalu Digantung di Jembatan"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Intisari Online