Kerap Jadi Sasaran Empuk Para Pencuri Ikan dari Negara Tetangga, Natuna Ternyata Punya Sejarah Hebat di Masa Lalu, Diduga Bekas Pelabuhan Transit Kerajaan Besar Indonesia

Sabtu, 07 Desember 2019 | 09:13
Agoes Rudianto/National Geographic Indonesia

Nelayan tradisional memasukkan ikan tangkapan ke dalam jerigen di Teluk Baruk, Sepempang, Natuna, Senin, 7 Oktober 2019. Kepulauan Natuna merupakan salah satu wilayah yang menyimpan potensi sumber daya perikanan laut.

Gridhot.ID -Natuna dikenal sebagai daerah Indonesia yang sering dimasuki kapal asing yang tak bertanggung jawab untuk melakukan penangkapan ikan ilegal.

Letak geografisnya yang berada di antara lima negara Asean membuat daerah ini rawan konflik perairan.

Beberapa kali angkatan laut Indonesia harus siap siaga memantau para penangkap ikan ilegal dari negara tetangga.

Baca Juga: Ngaku Kehidupannya Berantakan Usai Diceraikan dengan Alasan Anaknya Cacat , Suami Ibu Muda di Surabaya yang Belakangan Ini Kasusnya Viral Buka Suara, Ungkap Alasan Sebenarnya Tak Tinggal Bareng

Hal ini dikarenakan Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

Ternyata ditilik dari sejarahnya, Natuna memang dulunya dikenal sebagai pulau singgah para pelaut.

Ribuan keramik yang terpendam di sepanjang Pantai Natuna, Kepulauan Riau, menegaskan bahwa Natuna pernah menjadi pelabuhan transit pada masa puncak perniagaan Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi.

Baca Juga: Pernah Dibuat Stress karena Saham PT Garuda Indonesia Anjlok, Sosok Tersebut Kini Justru Resmi Gantikan Ari Ashkara Usai Dicopot Jabatannya, Harta Kekayaan Capai Miliaran Rupiah

Hal itu dipertegas dengan penemuan jenis keramik yang sama di Pulau Sumatra.

Peneliti senior Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas), Naniek Harkantiningsih Wibisono, mengatakan, Pusarnas telah meneliti sekitar 1.200 keramik utuh dan 1.000-an pecahan keramik yang ditemukan di pesisir Natuna.

Keramik-keramik itu berasal dari periode berbeda-beda, mulai dari abad ke-10 hingga ke-20, dan berasal dari beberapa daerah seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Belanda.

"Keramik-keramik Tiongkok yang ditemukan adalah buatan Dinasti Song, Yuan, Ming, dan Qing. Temuan paling banyak ialah keramik Dinasti Song (abad ke-12 hingga ke-13) dan Yuan (abad ke-13 hingga ke-14)," kata Naniek, Senin (4/8) di Jakarta.

Baca Juga: Nasibnya Berujung Apes Usai Kepergok Tumpangkan Brompton di Maskapainya, Ternyata Harga Sepeda Hasil Selundupan Dirut Garuda Masih Kalah dengan Milik Sandiaga Uno

Thanh Nien

Natuna

Jenis keramik yang bermacam-macam, mulai dari mangkuk, botol, guci, piring, tempayan, buli-buli, cepuk bertutup, cangkir, hingga cawan.

Menurut Naniek, keramik-keramik itu merupakan barang-barang komoditas yang diperdagangkan lewat laut.

Natuna diduga kuat sebagai pelabuhan transit sebelumnya melanjutkan pelayaran, salah satunya ke Sriwijaya.

Baca Juga: Sempat Pamitan dengan Ibu Tercinta Lewat Video Call, Duda Satu Anak Ini Memutuskan untuk Akhiri Hidupnya dengan Gantung Diri, Polisi Temukan Tanda-tanda Mencurigakan di Tubuh Korban

Peneliti senior Pusarnas, Sony Wibisono mengungkap, keramik-keramik di Natuna rata-rata ditemukan di kedalaman 40 sentimeter.

Ia menduga dahulu banyak bajak laut yang sengaja memendam untuk menyimpan sementara keramik-keramik itu sebelum dibawa pergi lagi.

"Keramik-keramik banyak terpendam di sepanjang pantai. Banyak warga yang akhirnya memburunya dan merusak konteks tanah di sana," ungkapnya.

Baca Juga: Suasana Rapat Mendadak Ricuh Tak Terkendali, Dua Anggota DPRD DKI Komisi C Cek-cok Saling Tuduh Bocorkan Materi pada Media, Rapat Terpaksa Diskors hingga Wartawan Diusir Keluar

Tahun lalu, peneliti juga menemukan satu kerangka wanita yang dikubur membujur arah tenggara-barat laut.

Para peneliti belum sempat mengecek umum kerangka individu tersebut.(*)

Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.co.id dengan judul "Natuna adalah Pelabuhan Transit pada Era Sriwijaya"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber nationalgeographic.co.id