Agresi Militer Belanda Justru Jadi Rejeki Nomplok Bagi Indonesia, Ratusan Alutsista Dikasih Secara Cuma-cuma

Senin, 16 Desember 2019 | 19:13
A Winardi

Pesawat P-51 Mustang AURI

Gridhot.ID - Belanda sempat melancarkan agresi militer kedua untuk kembali menguasai Tanah Air.

Pada 19 Desember 1948, militer Belanda berhasil menguasai Indonesia dalam waktu yang singkat.

Saat itu kekuatan militer RI mudah dilumpuhkan karena Belanda mengerahkan pesawat-pesawat tempurnya dalam jumlah besar dan pasukannya terdiri dari tentara yang sudah berpengalaman dalam PD II.

Baca Juga: Lama Melajang, Naysilla Mirdad Pamer Foto Dilamar Kakek-kakek di Jepang, Sang Ratu Sinetron Sampai Bingung Beri Jawaban

Tapi serbuan kilat pasukan Belanda untuk menguasai RI ternyata tidak berlangsung lama.

Berkat perlawanan gigi dari pasukan RI dan gerilyawan yang didukung rakyat pada 29 Juni 1959 Belanda terpaksa menarik mundur semua pasukan dari RI.

Namun mengingat jarak antara Indonesia dan Belanda yang begitu jauh tidak semua perlatan milliter Belanda bisa dibawa pulang dan sebagian besar malah ditinggalkan serta dihibahkan ke RI.

Baca Juga: Belum Resmi Dilantik Jadi Ketua KPK, Komjen Firli Sudah Bicarakan Masalah Hidupnya: Walaupun Saya Dibully, Saya Tetap Selamat

RI yang saat itu bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) secara resmi menerima semua aset yang ditinggalkan Belanda sesuai hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 2 November 1949.

Pesawat-pesawat yang sekitar setahun lalu (1948) digunakan Belanda untuk menyerang Indonesia otomatis menjadi milik RIS.

Demikian pula para personel AU Belanda (Militaire Luchtvaart/ML) yang terdiri dari sekitar 10.000 orang dan merupakan penduduk pribumi juga langsung menggabungkan diri dengan AURIS.

Baca Juga: Keseriusan Hijrahnya Dipertanyakan Netizen, Mulan Jameela Panen Hujatan Saat Asyik Nyanyi Sambil Berjoget Lenggak-lenggokkan Badan, Istri Ahmad Dhani Kembali Dinyinyiri

Menurut KMB, AURIS akan melikuidasi AU Belanda dalam waktu relatif singkat, selambat-lambatnya enam bulan terhitung setelah pengakuan kedaulatan.

Tapi KSAU saat itu, Marsekal Suryadarma bertindak cepat dengan mengeluarkan petunjuk khusus pada tanggal 19 Januari 1950.

Petunjuk khusus ini mengatur tentang pengibaran Bendera Merah Putih di seluruh pangkalan udara, penyerahan pangkalan udara baik menyangkut personel maupun peralatan dan pesawat yang ada di dalamnya, termasuk juga semua hal yang berkaitan dengan operasi penerbangan.

Baca Juga: Bapak Ibunya Rela Jauh-jauh Datang Naik Motor Demi Antar Laptop Anaknya yang Ketinggalan, Pasangan Suami Istri Ini Justru Pulang dengan Rasa Kecewa, Tak Dibukakan Pintu dan Hanya Disuruh Tinggalkan Barang

Tak lama setelah KMB, KSAU juga mengeluarkan surat keputusan yang isinya berupa penunjukan personel untuk memimpin pangkalan yang tersebar di beberapa daerah.

Kehadiran seorang komandan juga diperlukan untuk mempermudah proses transisi dari ML ke AURIS, khususnya menyangkut memberikan penjelasan kepada personel ML yang ingin bergabung dengan AURIS.

Salah seorang perwira yang diberi tanggung jawab adalah Mayor Udara Wiweko Soepono.

Baca Juga: Gerah Suaminya Dituding Kerap Liburan ke Luar Negeri Pakai Uang Rakyat, Istri Gubernur Sumatera Barat Murka, Langsung Ancam Bakal Tembak Politisi Partai Gerindra

Tokoh penerbangan ini dipercaya memimpin Lanud Andir, Bandung. Andir merupakan pangkalan udara yang pertama diserahterimakan dari ML kepada AURIS, yakni pada 20 Januari 1950.

Namun demikian penyerahan hanya berlaku bagi lokasi pangkalan di sisi utara saja. Sedangkan pangkalan di sebelah selatan baru diserahkan pada 2 Juni 1950.

Waktu itu Andir merupakan salah satu pangkalan udara terlengkap di kawasan Pasifik Barat Daya.

Baca Juga: Kesaksian Warga Lihat Puluhan Pegawai Honorer Kelurahan Jelambar Nyemplung Got Demi Kontrak Kerja Diperpanjang, Dikira Lagi Kerja Bakti, Sama Sekali Tak Curiga Karena Semua Tertawa

Selain sebagai home base skadron tempur dan sejumlah pesawat militer Belanda lainnya. Andir juga menjadi pusat pemeliharaan pesawat militer, fasilitas teknik pesawat dan banyak lagi.

Realisasi penyerahan Andir dilakukan secara bertahap. Pada awal Maret 1950 diserahkan fasilitas penerbangan termasuk sebuah hanggar, tiga pesawat C-47 Dakota, tiga pesawat latih L-4J Piper Cub.

Tiga bulan kemudian, tepatnya 12 Juni, seluruh Lanud Andir beserta sejumlah besar pesawat pemburu, pembom, transpor, dan latih diserahkan kepada AURIS.

Baca Juga: Kerjanya Hanya Kritik Pemerintahan, Rocky Gerung Terang-terangan Sebut Megawati Jadi Beban Jokowi, Bayang-bayang Ketua Umum PDIP Selalu Menghantui

Dari pihak ML, penyerahan diwakili oleh Mayor EJ Van Kuppen dan diterima oleh Komandan Lanud Andir Wiweko Soepono yang merangkap sebagai Ketua Sub Panitia Penerimaan Materil dan Personel dari ML. Upacara disaksikan oleh pejabat militer dan sipil dari kedua belah pihak.

Selain pangkalan, sarana dan prasarana yang diserahkan kepada AURIS meliputi sebuah hanggar, bengkel pemeliharaan pesawat, dan sejumlah pesawat.

Di antaranya tujuh Piper Cub, delapan Harvard, 36 Dakota, 25 pembom B-25 Mitchel, 12 pesawat angkut Lockheed (L-12), dan 28 pesawat pemburu P-51 Mustang.

Baca Juga: Anaknya Ngaku Sering Bicara dengan Santa Klaus Tiap Malam, Orang Tua Ini Kaget Bukan Kepalang Lihat Hasil Rekaman CCTV, Penyesalan Datang dari Barang Diskonan yang Baru Dibeli

A Winardi
A Winardi

Pesawat P-51 Mustang AURI

Pada akhir acara penyerahan, dilakukan penggantian tanda kepangkatan sejumlah anggota yang berasal dari ML dan kemudian memilih bergabung dengan AURIS.

Proses serah terima dari ML ke AURIS ternyata berjalan lancar. Dalam waktu relatif singkat AURIS berhasil melakukan konsolidasi yang dalam sejarah TNI AU dikenal sebagai Program Kerja Kilat.

Program ini intinya adalah bahwa AURIS diberi mandat dalam waktu singkat untuk menyusun organisasi Angkatan Udara dalam bentuk sementara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Baca Juga: Meraba Beras dan Periuk Jadi Kebiasannya, Pria Tuna Netra Ini Berjuang Mati-matian Rawat Istri dan Anaknya yang Derita Gangguan Jiwa, Saat Ditanya Apa yang Diminta, Jawabannya Sangat Sederhana

Program ini direncanakan harus sudah selesai pada tahun 1951. Seperti berpacu dengan waktu, AURIS juga sudah memiliki markas besar yang berlokasi di Jakarta disusul dibekukannya organisasi dengan status langsung berada di bawah Menteri Pertahanan.

Jauh sebelum itu, KSAU juga sudah mengeluarkan surat keputusan berupa pembentukan sejumlah skadron udara.

Yaitu meliputi skadron intai laut, transport, pemburu, intai darat dan skadron intai sedang.

Baca Juga: Tingkahnya dengan Sarwendah Jadi Sorotan Netizen, Betrand Peto Diramalkan Bakal Tinggalkan Ruben Onsu Suatu Saat Nanti, Prinsip Hidup Sang Anak Disebut Sangat Kuat

Karena begitu banyaknya pesawat diperoleh dari ML, setiap skadron diperkuat oleh setidaknya 20 pesawat, kecuali skadron intai laut yang berkekuatan hanya 12 pesawat.

Jika tidak diserang oleh Belanda melalui agresi kedua, RI sebenarnya tidak mungkin memiliki semua pesawat-pesawat tempur itu dalam waktu singkat.

Jadi agresi militer kedua Belanda yang hanya bertahan selama 1 tahun itu ternyata merupakan ‘berkah dan sekaligus rezeki nonplok’ bagi RI.

Baca Juga: Belum Resmi Dilantik Jadi Ketua KPK, Komjen Firli Sudah Bicarakan Masalah Hidupnya: Walaupun Saya Dibully, Saya Tetap Selamat

Pasalnya hampir semua peralatan militer Belanda, khususnya pesawat-pesawat tempur menjadi milik RI dalam waktu singkat.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Belanda Kerahkan Banyak Pesawat Untuk Rebut Indonesia Tapi Dalam Satu Tahun Semua Pesawat Malah Jadi Milik Indonesia.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari