Nekat Pimpin 30 Samurai untuk Lawan Pasukan Bersenjata, Takeko Malah Gugur Terkena Luka Tembak, Pilih Kepalanya Dipenggal dan Dikubur Teman Sendiri daripada Dibawa Musuh

Rabu, 25 Desember 2019 | 10:13
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Pendekar wanita dari Jepang

Gridhot.ID - Sosok wanita memang selalu menjadi tokoh penting di tiap sejarah.

Meski mendapatkan stereotype feminim di masyarakat, para wanita justru bisa menjadi tombak perang.

Di masa terdahulu banyak sekali kisah para wanita yang benar-benar terjun ke medan perang.

Baca Juga: Punya Suami Seorang Pilot, Unggahan Fitri Karlina Berhasil Buat Heboh Warganet, Sang Pedangdut Singgung Soal Berkah Akhir Tahun

Para perempuan dalam buku sejarah abad terbaru karya Pamela Toler, Women Warriors, terjun ke dalam pertempuran dengan menunggang kuda, memenggal kepala musuh, memerintahkan eksekusi, melakukan serangan dari hutan, serta memimpin pasukan berjumlah puluhan ribu orang.

"Perempuan selalu bertempur," kata Toler. "Namun, kita sering lupa akan hal itu."

Teknologi modern seperti tes DNA forensik, beserta pemeriksaan ulang terntang artefak dan dokumen asli, memberikan sejarawan seperti Toler pandangan baru mengenai kehidupan perempuan yang bertempur sendiri atau bersama lelaki.

Baca Juga: Punya Hunian Dua Lantai, Pasangan Suami Istri di Kabupaten Klaten Jadi Warga Penerima Bantuan Sosial, Rumahnya yang Dipasang Stiker Keluarga Miskin Langsung Jadi Sorotan

Mereka adalah pemimpin, kata Toler, "pertempurannya bukan sekadar metafora,".

Berikut sembilan pendekar perempuan yang kehebatannya tercatat dalam sejarah dunia:

Fu Hao, Jenderal Dinasti Shang (CA 1.200 SM)

Baca Juga: Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya, Sang Ayah Kepergok Makan Tahu Pong di Warung Sederhana, Putra Bungsu Bos Djarum Pilih Lakban Sepatu yang Jebol Ketimbang Beli Baru, Netizen: Wong Jawa Pol!

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Fu Hao.

Fu Hao mungkin pendekar perempuan terawal yang kisah dan namanya kita ketahui. Studi modern dari tulisan Tiongkok Kuno menyatakan bahwa Fu Hao mampu memimpin pasukan dan kampanye perang dengan baik. Di makamnya, terdapat lebih dari 100 senjata.

Cynane, Pemimpin Makedonia (CA 358-320 SM)

Baca Juga: Pakai Outfit Serba Putih dan Mengendap di Tengah Salju Layaknya Siluman, Sniper Ini Berhasil Bunuh Lebih dari 700 Prajurit Rusia, Tak Pernah Pakai Teleskop, Hanya 1 Orang yang Pernah Berhasil Menembaknya

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Cynane

Cynane, saudari tiri Iskandar Agung, meraih reputasi sebagai pemimpin militer bertalenta sebelum ia berusia 20 tahun. Ia memimpin pasukan Makedonia dan kemungkinan berperang di atas kuda. Penulis abad kedua Masehi, Polyaenus, mengatakan bahwa Cynane pernah mengalahkan satu pasukan dan langsung membunuh ratunya.

Mawiyya, Pemberontak Anti-Romawi (CA 361-411 M)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Mawiyya

Ratu Arab yang menjanda, Mawiyya, memimpin aliansi suku yang disebut Konfederasi Tanukh. Mereka melangsungkan pemberontakan pada abad ke-4 Masehi melawan orang-orang Romawi. Menggunakan taktik gerilya, Mawiyya, memimpin pasukannya ke Palestina, kemudian mengalahkan legiun Romawi yang akhirnya menerima persyaratannya.

Baca Juga: Terimakasih Kopral Romnick Estacio, Tentara Filipina yang Gugur Saat Bebaskan 2 Warga Negara Indonesia Sandera Abu Sayyaf, Miris, Sang Adik Dulu Juga Tewas di Tangan Teroris Kala Selamatkan Kota Marawi dari Belenggu ISIS

Njinga, Ratu Afrika Barat (1582-1663)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Njinga

Njinga menggunakan taktik gerilya dan diplomasi saat mempertahankan kerajaannya--Ndongo dan Matamba--dari Portugis. Berusia hampir 75 ketika memimpin pertempuran, ia menyiapkan pasukan yang jauh lebih muda dan melatih mereka berperang dengan menggunakan tombak dan panah.

Laskarina Bouboulina, Komandan Perang Yunani (1771-1825)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Laskarina Bouboulina

Pemilik kapal berkebangsaan Yunani, Bouboulina, diam-diam memesan kapal perang, mengumpulkan armada, kemudian memerintahkan mereka untuk berperang dalam rangka memerdekan diri dari Kesultanan Ustmaniyah. Dikenang karena keberhasilannya menyerang angkatan laut di pelabuhan Ustmaniyah, Bouboulina dijuluki sebagai Kapetanisa, Kapten Perempuan.

Baca Juga: Hanya Bisa Pasrah Saat Diseret dan Dipukul, Pria Disabilitas Ini Ditinggalkan Istrinya di Pinggir Jalan, Disuruh Mengemis untuk Mendapatkan Uang

Juana Azurduy De Padilla, Pemberontak Amerika Selatan (1780-1862)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Juana Azurduy De Padilla

Azurduy bergabung dengan suaminya, Manuel Padilla, sebagai penentang dominasi Spanyol pada awal abad ke-19. Mereka mengumpulkan pasukan pemberontak dan bertarung bersama di wilayah yang kini dikenal sebagai Bolivia dan Argentian. Azurduy memimpin para prajurit pria, dikenal dengan reputasinya sebagai pemberani di medan perang, dan terus bertempur meski suaminya telah meninggal.

Nakano Takeko, Samurai Jepang (1847-1868)

Baca Juga: Nyetir Mobil Dinas, Remaja Ini Tabrak Seorang Ibu dan Anaknya Hingga Tewas, Kendaraannya Terguling Hingga Terjun ke Parit, Ini Sosoknya, Benarkah Anak Pejabat?

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Nakano Takeko

Takeko memimpin 30 samurai perempuan melawan tentara kekaisaran pada abad ke-19 di utara Jepang. Ia dan pasukannya menggunakan senjata naginata dan pedang untuk membunuh para tentara bersenapan. Meninggal akibat luka tembak, Takeko meminta agar kepalanya dipenggal dan dikubur sehingga musuhnya tidak bisa menjadikannya trofi.

Lozen, Pejuang Apache (CA 1840-1889)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Lozen

Dideskripsikan sebagai "pelindung kaumnya", Lozen sering ikut dalam perang abad ke-19. Ia diketahui menguasai strategi pertempuran, keterampilan mengobati, dan pandai mencuri kuda-kuda musuh.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Artis yang Tak Suka Pamerkan Wajah Anaknya, Anggun C Sasmi Bongkar Alasannya, Sensor Wajah Putrinya Bukan Karena Gaya-gayaan Semata

Milunka Savic, Pahlawan Perang Serbia (1892-1973)

Ilustrasi oleh Lauren Brevner
Ilustrasi oleh Lauren Brevner

Milunka Savic

Menerima medali atas keberaniannya, Savic awalnya ikut dalam Perang Balkan dengan menyamar sebagai seorang pria. Seperti yang biasa terjadi pada wanita yang melakukan penyamaran, identitasnya terkuak ketika dia terluka akibat terkena granat Bulgaria. Meski begitu, Savic menolak meninggalkan pertempuran dan mengabdi dalam tiga perang selanjutnya.

Artikel ini telah tayang di National Geographic dengan judul Kehebatan 9 Pendekar Perempuan dalam Sejarah Dunia.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber national geographic