Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Bencana banjir Jakarta dan sekitarnya ternyata atak hanya membuat susah masyarakat saja.
Banyak cerita viral di tengah bencana banjir ini.
Salah satunya adalah Aksi Camat Ciledug Syarifudin saat memarahi salah satu relawan di tengah bencana banjir yang berlokasi di Wisma Tajur, Ciledug, viral di media sosial.
Padahal sang relawan sedang membantu Warga untuk melakukan pendataan dan memegang buku untuk menulis jumlah korban yang belum di evakuasi.
Dalam keterangan video tersebut dijelaskan, Syarifudin marah lantaran pria tersebut mendata dan membantu korban banjir tanpa berkoordinasi dengannya.
Usai unggahanini viral, munculah kronologi sebenarnya bagaimana peristiwa ini berawal.
Rangkaian kronologinya pun juga viral di media sosial usai diunggah melalui akun Facebook fauzan yang ditayangkan Twitter @oji471.
Sementara itu dikutip dari akun Facebook fauzan mukrim menjelaskan secara detail terkait kronologi camat marah
“Disclaimer. Ini cerita subjektif saya saja, dan semoga tidak dijadikan bahan untuk mendiskreditkan siapa pun," tulisnya di awal unggahan.
Ia menjelaskan secara rinci bagaimana pria yang bernama Raja sebagai koordinator evakuasi banjir dimarahi oleh Syarifudin.
"Saya sempat merekam ketika pejabat itu memarahi R dengan kata-kata keras sambil menyebut siapa dirinya. Tapi saya simpan untuk diri sendiri saja," tulis Fauzan.
Usai marah-marah, Syarifudin pun melenggang pergi begitu saja.
Sementara itu pria bernama Raja masih berkutat mengevakuasi warga yang terjebak banjir.
" Saya melihat ia menggendong bayi yang tampak lemah. Ibu si bayi mengikut di belakangnya. Bayi itu demam dan butuh bantuan medis," tambah akun Facebook Fauzan.
Diceritakan ia juga sempat berselfie dengan perangkat kampung setempat sebelum pergi.
Melihat video tersebut warganet mengecam aksi yang dilakukan sang camat dengan berbagai komentar. Usai video ini viral dan Syarifudin mendapat keceman dari warganet, ia pun memberikan permintaan maafnya dan juga klarifikasi melalui video.
Video itu pun juga diunggah akun media sosial salah satunya akun Instagram @tangerangkeren.
Menurut dia, pristiwa itu terjadi pada Kamis (2/1/2020), persoalannya adalah miskomunikasi dengan seorang pria bernama Raja, yang merupakan relawan dari Jakarta.
“Kronologinya itu, Raja meminta peralatan evakuasi mulai dari pengeras suara, lampu senter dan lainnya. Di situ saya bertanya, 'Anda relawan bawa apa saja?'. Ia pun menjawab tak bawa apa-apa, ia hanya membawa selembar kertas dan pulpen,” ujar Syarifudin dalam keterangan yang diterima, Sabtu (4/1/20).
"Tidak ada niat saya menghalangi siapa pun untuk menjadi relawan. Namun, dalam situasi tersebut semua harus dalam satu komando, sehingga semua tertangani dengan jelas dan by data,” ucap Syarifudin.
Apalagi, lanjut Syarifudin, dalam melakukan evakuasi korban banjir, Raja tidak menggunakan alat peralatan pengaman diri dan logistik.
“Dari penglihatan semua itulah yang saya takuti, ada satu pihak yang membuat situasi tak nyaman bagi seluruh personel yang ada di lapangan sejak hari pertama.
Terlebih bisa membuat warga bingung jika pengarahan dilakukan oleh banyak pihak,” ucapnya.
Namun, di balik viralnya kejadian tersebut, Syarifudin mengapresiasi kinerja para relawan yang telah membantu dalam mengevakuasi korban banjir.
"Saya berterima kasih sebesar-bersarnya untuk seluruh relawan dan masyarakat yang telah membantu korban banjir di Kota Tangerang, khususnya di Wisma Tajur. Kita sama –sama berdoa dan terus bergerak, semoga Kota Tangerang cepat pulih,” harapnya.(*)