Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Belakangan ini fenomena kerajaan fiktif sedang marak di Indonesia.
Fenomena ini pun menghebohkan masyarakat karena penasaran dari mana asal-usul mereka muncul.
Sebut saja Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Sunda Empire di Jawa Barat hingga Keraton Djipang di Blora.
Keraton Agung Sejagat mengklaim sebagai keraton penerus Kerajaan Majapahit dan memiliki kekuasaan di seluruh dunia.
Sementara, Sunda Empire memprediksi pemerintahan dunia akan berakhir pada 15 Agustus 2020 mendatang.
Petinggi Sunda Empire bahkan mengklaim mampu menata kembali tatanan dunia untuk mencapai perdamaian dunia.
Kini, muncul kerajaan lain seperti Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat bernama King of The King di Kota Tangerang.
Ternyata fenomena ini tak hanya muncul di zaman modern ini saja.
Melansir dari Wartakotalive.com, pada Zaman kepemimpinan Soekarno, juga pernah muncul raja dan ratu fiktif.
Bahkan raja dan ratu fiktif tersebut sampai membuat Soekarno penasaran dan secara hormat diundang ke Istana Presiden.
Mereka adalah Idris dan Markonah.
Keduanya mengaku sebagai raja dan ratu dari suku Anak Dalam di wilayah Lampung.
Sejarawan alumnus Universitas Pramadina Hendri F Isnaeni seperti dikutip Kompas tanggal 26 Februari 2017 mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1950-an.
Saat itu, Soekarno mudah percaya karena "raja" dan "ratu" itu berniat menyumbang harta benda mereka untuk merebut Irian Barat dari kekuasaan Belanda.
Niat baik itu membuat Soekarno percaya hingga pasangan raja dan ratu itu pun mendapat sorotan media massa.
“Raja Idrus dan Ratu Markonah mendapat liputan media massa besar-besaran. Mereka juga sempat diterima Presiden Soekarno di Istana,” ungkap Hendri.
Keceplosan bahasa Jawa
Penampilan Ratu Markonah juga tak kalah menarik perhatian.
Markonah yang menjabat sebagai permaisuri Raja Idrus selalu memakai kaca mata hitam saat tampil di hadapan publik.
Namun, tak butuh lama, identitas asli Raja Idrus dan Ratu Markonah pun terungkap.
Media massa mulai mengulik latar belakang tamu istimewa Bung Karno itu.
Setelah ditelusuri, ternyata mereka bukan raja dan ratu dari suku Anak Dalam.
Asal usul Ratu Markonah juga akhirnya terbongkar setelah dia secara tidak sengaja menggunakan bahasa Jawa.
Fakta yang diketahui kemudian, Idrus dan Markonah adalah warga biasa.
Idrus diketahui berprofesi sebagai tukang becak, sedangkan Markonah adalah pekerja seks komersial (PSK) asal Tegal, Jawa Tengah.
Selain itu, Idrus juga pernah mengaku sebagai anggota Intel Kodam V Jaya dan anak buah petinggi TNI yakni Mayor Simbolon.
Idrus pun sempat memeras sejumlah pengusaha di Lampung sebelum akhirnya ditangkap polisi di Kotabumi, Lampung.
Tak berselang lama, Kompas edisi 21 Agustus 1968 juga mencatat Ratu Markonah juga ditangkap polisi atas kasus prostitusi di Pekalongan, Jawa Tengah.
Dia harus menjalani hukuman penjara selama tiga bulan.
Markonah disebut biasa beroperasi sebagai PSK di daerah Semarang, Pekalongan, dan Tegal.
Markonah mengaku telah bercerai dengan sang suami, ‘Raja’ Idrus sejak dirinya keluar dari penjara di Madiun atas kasus serupa.
Bahkan, Markonah mengaku kembali menceburkan diri sebagai PSK sejak bercerai dengan sang ‘Raja’.(*)