Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID -Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua belakangan terus membuat onar.
Kelompok separatis tersebut tiada henti menyerang aparat gabungan TNI-Polri bahkan warga sipil.
Kapolda Papua Irjen (Pol) Paulus Waterpauw mengatakan serangan itu merupakan cara KKB menunjukkan eksistensinya.
"Itulah fakta bahwa mereka terus menunjukkan eksistensi mereka, kami tangani terus," ucapnya di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2020) seperti dikutip dari Antara.
TNI sendiri telah berhasil menemukan markas KKB di Distrik Titigi, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Selasa (16/1/2020) lalu.
"Anggota kita melihat kekuatan KKB, terus memastikan bahwa itu adalah kelompok bersenjata dan kemudian membuka tembakan jarak jauh. Dari hasil pantauan, satu orang KKB kena," ujar Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Dax Sianturi, Kamis (16/1/2020).
KKB tidak sempat melakukan serangan balasan lantaran segera melarikan diri saat mengetahui kedatangan personel TNI.
Salah satu anggota KKB yang tertembak langsung dibawa oleh anggota KKB yang lain.
Dax menyebut, KKB yang ada di Distrik Titigi merupakan gabungan dari kelompok pimpinan Lekagak Telenggen dan Militer Murib.
Melansir dari Intisari, prajurit TNI sebenarnya dapat dengan mudah melumpuhkan KKB Papua.
Hal ini lantaran TNI AD menerima sejumlah helikopter tempur jenis AH-64E Apache Guardian buatan AS pada Desember 2017.
Alutsista TNI AD ini benar-benar makin 'nggegirisi'.
Sebagai helikopter tempur yang berfungsi untuk menghancurkan tank dan sasaran berat (heavy target) lainnya, Apache dilengkapi rudal-rudal 'api neraka' yang dikenal sebagai AGM-114 Hellfire.
Tidak hanya tank yang bisa dihancurkan Apache, helikopter musuh bahkan jet tempur lawan dapat dirontokkan oleh Apache menggunakan rudal-rudal AIM-92 Stinger.
Sedangkan untuk menghantam sasaran berupa sekelompok pasukan gerilya bersenjata, Apache juga bisa melumpuhkan gerilya atau KKB menggunakan senapan mesin Gatling (M230 Chain Gun).
Jika Gatling milik Apache sampai ditembakkan ke arah KKB, sulit sekali ada yang bisa lolos karena Gatling bisa menembakkan ribuan peluru dalam satu menit.
Lantaran mengerikannya Apache jika digunakan dalam peperangan, maka AS biasanya melarang penggunaan Apache untuk melawan tentara pemberontak yang nota bene masih warga negara bersangkutan.
Jika larangan AS dalam MOU negara pembeli Apache sampai dilanggar, maka akan segera diterapkan embargo senjata, khususnya penghentian penyediaan suku cadang dan persenjataan Apache.
Biasanya negara pengguna heli Apache oleh AS hanya diijinkan memakai Apache dalam peperangan melawan negara-negara bukan sekutu AS.
Maka, jika TNI AD tidak pernah sama sekali menggunakan Apache, misalnya hanya untuk sekedar menakut-nakuti KKB seperti yang ada di Papua karena memang terkait larangan dari AS itu.
Lagi pula, TNI juga memiliki aturan sendiri untuk menggunakan alutsista canggihnya dan bukan asal memberangkatkan piranti tempurnya ke daerah konflik.
Apabila TNI harus menggunakan alutsistanya seperti tank dan heli Apache ke daearh konflik di tanah air, maka pemerintah dengan persetujuan DPR juga harus membuat payung hukum berupa status Operasi Darurat Militer.
Tujuannya adalah agar operasi militer TNI legal dan sesuai koridor HAM.
Jadi selama pemerintah menjeniskan bahwa orang-orang bersenjata yang berusaha meronrong keamanan RI hanya disebut sebagai KKB, maka yang diturunkan juga hanya pasukan POLRI yang di back up oleh sejumlah pasukan TNI.
Dengan demikian, berdasarkan legalitas dari pemerintah RI dan adanya larangan dari AS, maka heli Apache TNI AD yang jumlah totalnya direncanakan 8 unit memang tidak sembarangan digunakan.
Apalagi tujuan utama pembelian heli Apache sebenanrnya memang untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari ancaman serangan negara lain dan bukan dari dalam negeri sendiri.
Dari sisi taktik dan strategi militer jika terjadi peperangan, heli-heli Apache akan menjadi pelindung efektif bagi tank-tank Leopard II TNI sekaligus penghancur bagi tank-tank lawan.
Selain itu dalam situasi damai, heli-heli Apache juga berfungsi sebagai alutsista untuk menjaga ruang udara RI.
Jika ruang udara RI aman, maka warga Indonesia pun otomatis terjamin kesejahteraan serta keamanannya.
(*)