Gridhot.ID - Tiap pilot pastinya memiliki kisah unik di tiap penerbangannya.
Pilot yang satu ini justru miliki kisah mengerikan yang pernah terjadi saat dia sedang menerbangkan pesawat.
Pilot tersebut adalah Kapten Sigit Hadiyanto.
Kapten Sigit Hani Hadiyanto merupakan seorang instruktur pilot penerbangan yang pernah terbakar di pesawat.
Pilot penerbangan kelahiran 5 Agustus 1974 yang akrab dipanggil Kapten Sigit ini sempat mengalami kecelakaan yang membuatnya terbakar di pesawat.
Kecelakaan penerbangan yang membuat Kapten Sigit terbakar di pesawat terjadi pada tangggal 28 Januari 1997.
Kecelakaan itu terjadi saat Kapten Sigit menjadi instruktur terbang bersama salah seorang muridnya.
Mengalami kendala di saat terbang, pesawat yang dibawa Kapten Sigit dan muridnya menghantam perbukitan dan jatuh di ladang warga.
Pesawat yang ditumpangi Kapten Sigit dan muridnya jatuh dan terlalap api, membakar Kapten Sigit dan muridnya.
Keduanya berhasil selamat dari kejadian itu, namun Kapten Sigit dan muridnya harus melanjutkan hidup dengan kondisi wajah dan tangan yang tak lagi sempurna.
Mengutip kanal Youtube Trans7 Official, Kapten Sigit menceritakan kisah yang membawa pengaruh besar pada hidupnya.
Pada saat kecelakaan terjadi, Kapten Sigit mengungkapkan agar pesawat yang dibawanya bisa selamat karena sedang membawa seorang siswa.
"Yang saya pikirkan (saat kecelakaan), mengupayakan semaksimal mungkin untuk bisa selamat karena sedang membawa seorang siswa," ujar Sigit.
Pada saat pesawat jatuh dan terbakar, Kapten Sigit mengaku pingsan..
"Jadi mungkin saya tidak merasakan langsung dari efek (panas) api," ungkap Sigit.
Kapten Sigit baru siuman ketika api yang membakar pesawat telah padam.
Ia mengaku di detik ia siuman, ia langsung mencari sosok muridnya yang ikut jatuh bersamanya.
"Yang pertama saya cari (adalah) posisi siswa saya, karena dia duduk di sebelah kiri saya. Namun setelah (saya) siuman ia sudah tidak ada lagi," cerita Kapten Sigit.
Untungnya, ketika Kapten sigit mencoba memanggil siswanya, sang murid langsung menjawab.
"Ternyata dia sudah di luar. Karena dia bisa menjawab, dari itu bisa saya pastikan bahwa murid saya dalam kondisi selamat," ujar Kapten Sigit.
Walau dalam kondisi tubuh penuh luka bakar, Kapten Sigit mengaku tidak merasakan apa-apa kala itu.
"Sakit tidak ada, tidak ada rasa sakit," ungkap Kapten Sigit.
Sambil berbaring menunggu pertolongan, Kapten Sigit selalu mencoba untuk mengajak bicara muridnya agar dirinya tetap sadar.
Kapten Sigit dan muridnya harus berbaring di tanah dengan luka bakar di kedua lengan dan wajah, hingga pertolongan datang.
Setelah dievakuasi menggunakan helikopter dan dirawat di rumah sakit Kapten Sigit harus koma selama 3 hari.
Saat Melihat Kondisi Tubuhnya Pertama Kali
Mengutip kanal Youtube Trans7 Official, Kapten Sigit mengalami tingkat luka bakar hingga 27%.
Tingkat luka bakar 27% yang dialami Kapten Sigit terdiri dari 9% di bagian wajah, 9% di lengan, dan 9% di bagian leher.
Kapten Sigit sempat bingung dan bertanya-tanya saat pertama kali melihat kondisinya di depan kaca.
"Kok cukup parah ya?," ungkap Kapten Sigit mengingat-ingat momen saat ia melihat kondisi tubuhnya yang terbakar.
Kapten Sigit mengaku kondisinya dulu jauh lebih parah dari kondisinya sekarang.
"Kelopak mata kanan saya tidak ada, bibir bawah saya tertarik ke sebelah kiri jadi (mulut) cenderung agak terbuka," ungkap Kapten Sigit.
Kapten Sigit mengaku sempat merasa marah saat ia mengalami musibah yang membuat kondisi tubuhnya tak sesempurna orang lain.
"Sempat (marah). Apa yang salah dalam diri saya sehingga saya harus menerima kondisi seperti ini? Apa yang pernah saya lakukan sehingga saya harus menjalani kondisi seperti ini?," ujar Sigit.
Kemarahan ini dirasakan Kapten Sigit saat dirinya dirawat di rumah sakit selama satu tahun 3 bulan.
Kapten Sigit mengaku ia bisa meredam amarahnya karena keyakinannya kepada Tuhan.
"Pertama, keyakinan bahwa Allah tidak menempatkan diri saya dalam situasi seperti ini, hanya untuk memberikan kesulitan kepada saya, pasti akan ada jalan," ujar Kapten Sigit.
Selain itu, dukungan dari keluarga serta teman-temannya di lingkungan kerja turut membantu meningkatkan semangatnya agar bisa sembuh dan kembali beraktifitas kembali.
Sempat dapat meredam amarah selama dirawat di rumah sakit, Kapten Sigit mengaku kembali merasakan hal yang sama ketika ia mulai rawat jalan.
"Perasaan (marah) sempat mulai muncul lagi saat rawat jalan, karena saat itu lah saya mulai berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya," ungkapnya.
Kapten Sigit lalu mengenang saat-saat dirinya hendak kembali ke kantor dengan kondisi tubuhnya yang berbeda.
Ia mengaku, sempat mengalami konflik batin sebelum ia berangkat ke kantor.
Kapten Sigit mengatakan, ia bahkan berdiri cukup lama di depan pintu rumah karena konflik batin yang ia rasakan saat itu.
"Apa nanti yang orang-orang akan lihat dari diri saya, bagaimana reaksi mereka, bagaimana saya menghadapinya," cerita Kapten Sigit.
Kapten Sigit sempat berpikir untuk tidak berangkat bekerja dan berdiam diri saja di rumah karena keraguan di benaknya itu.
"Kalau saya di rumah saja, sampai berapa lama saya di rumah, apa yang akan saya lakukan di rumah?," ujarnya.
Membuat Takut Anak Kecil
Kapten Sigit mengaku sempat sedih karena beberapa kali membuat takut anak kecil karena kondisi wajahnya yang penuh luka bakar.
Kapten Sigit lantas menceritakan momen pertama ketika ada seorang anak kecil yang melihat kondisi dirinya yang berbeda dari orang lain.
"Salah seorang tetangga, saya tahu bahwa ini adalah niat baiknya, menjenguk saya dengan anakanya. Namun akhirnya tidak bisa berlama-lama karena anaknya yang terus menangis karena takut, dan harus pergi," ungkapnya.
Kapten Sigit mengaku sedih saat melihat ada anak kecil yang menangis karena melihat kondisinya.
"Sedih, melihat bahwa ada orang lain yang terganggu karena kondisi saya itu (buat) saya sedih, karena tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk menerangkan kepada anak itu. Namun dalam kondisi saya, itu tidak bisa saya lakukan," ungkap Kapten Sigit.
Kapten Sigit Menikah
Mengutip Kanal Youtube Trans 7 Official, Kapten Sigit menikahi Menuk Sudarwati pada September 2005.
Dari hasil pernikahannya, Kapten Sigit dikaruniai 3 orang buah hati.
Pada awalnya, ketiga putrinya tidak terlalu terkejut melihat kondisi sang ayah.
Namun kecemasan Kapten Sigit muncul saat ia mulai mengantarkan putrinya ke sekolah.
Merasa cemas dengan putrinya, Kapten Sigit dan Istri mencoba untuk menjelaskan kepada putri-putrinya tentang kondisi sang ayah.
"Inilah kondisi ayahmu, ini bukan sesuatu yang membuat malu mengingat ayahmu mengalaminya ketika sedang bekerja," ujar Kapten Sigit menirukan hal yang ia sampaikan kepada putrinya.
Walau telah diterpa musibah yang masih membekas di ingatan dan tubuhnya, Kapten Sigit tetap bisa mengatasi keraguannya dan tetap melanjutkan karirnya sebagai instruktur terbang.
Sekarang, Kapten Sigit sekarang menjadi pengajar di kelas.
Tak hanya di PLP Curug, Kapten Sigit juga menjadi pengajar di seluruh maskapai penerbangan Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Kisah Kapten Sigit, Pilot yang Pernah Terbakar di Pesawat Namun Tetap Semangat Bekerja di Penerbangan.
(*)