Laporan Wartawan Gridhot.ID, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Wabah virus Corona menjadikan kota Wuhan, China lumpuh.
Jumlah pasien yang berjatuhan tiap harinya bertambah.
Hanya dalam waktu sebulan, lebih dari 20.000 orang terinfeksi virus Corona.
Sebagian besar di China, dan lainnya tersebar di berbagai negara.
Dilansir Gridhot dari Kompas.com, pemerintah China membangun dua rumah sakit khusus untuk menangani wabah virus corona yang menyebar sejak akhir 2019.
Dua rumah sakit khusus menangani mereka yang terinfeksi virus corona itu adalah RS Houshenshan dan RS Leishenshan.
Hingga Kamis (6/2/2020), hampir 500 orang meninggal dunia karena virus corona.
Sementara itu, ada lebih dari 20.000 kasus terkonfirmasi positif terinfeksi virus ini.
Dikutip dari South China Morning Post, RS Houshenshan dibangun di Wuhan dalam waktu 8 hari.
Rumah sakit yang mulai beroperasi pada 3 Februari 2020 ini menyediakan fasilitas 1.000 tempat tidur.
Rumah sakit ini berada di atas lahan seluas 269.000 meter persegi.
RS Houshenshan mengaplikasikan langkah yang sama seperti RS untuk wabah SARS yang ada di Beijing, China.
Bangunannya merupakan bangunan prefabrikasi atau konstruksi modular.
Ini menjadi kunci mempercepat pembangunan rumah sakit di Kota Wuhan.
Kamar-kamar sepenuhnya dirakit dan dibuat oleh pabrik, selanjutnya diangkut dengan truk dan diletakkan di tempatnya.
Prefabrikasi juga telah digunakan dalam skenario darurat di negara lain.
Salah satu pasien yang dirawat di RS Houshenshan mengambil sebuah video yang menunjukkan fasilitas rumah sakit.
Dalam unggahan video di kanal Youtube CGTN, Selasa (4/2/2020), seorang pasien mengatakan, RS menyediakan fasilitas yang bagus.
Meskipun harus berbagi kamar, namun fasilitas yang disediakan cukup lengkap.
Mulai dari alat bantu pernapasan, layar untuk memantau oksigen dalam darah, alat pemantau tekanan darah, dan alat canggih lainnya.
Selain itu, ruangan juga dilengkapi dengan AC, televisi, dan sistem udara yang baik.
Dikatakan pasien tersebut, kamar mandi yang tersedia juga layak.
Namun, tahukah kalian siapa yang merancang rumah sakit tersebut?
Ialah Prof. Huang Xiqiu, seorang warga negara China, namun pernah tinggal di Indonesia, tepatnya di Jember.
Melansir dari Tribunjabar.id, Prof. Huang Xi Mou adalah seorang kelahiran Jember yang pernah belajar di SD dan SMP Zhong Hua Xue Xiao.
Namun, nama tersebut dibantah oleh beberapa orang.
Salah satunya Iwan Natawidjaja, tokoh warga Tionghoa Jember yang pernah menjadi guru di sekolah Chung Hua.
Namanya yang benar adalah Huang Xiqiu.
"Bukan Huang Xi Mou seperti yang beredar, tapi Huang Xiqiu (dibaca Xijiu)," ujar Iwan, Kamis (6/2/2020).
Kedua, nama sekolah tempat Prof. Huang Xiqiu pernah bersekolah adalah Chung Hua Xue Xiao.
Namun, sekolah itu sudah tutup sejak tahun 1966.
Letak sekolah itu kini sudah menjadi kompleks Pertokoan Mutiara di Jalan Diponegoro, Jember.
Iwan membenarkan jika Prof Huang Xiqiu pernah tinggal di Jember.
Bahkan, Iwan mengatakan, dia lelaki kelahiran Jember yang kini tinggal dan menjadi warga Tiongkok.
Keluarga Xiqiu tinggal di daerah Pecinan Jember.
Tepatnya di kawasan Tempen, seputaran Pasar Tanjung, Jember.
Saat ini, rumah keluarganya sudah tidak ada di situ lagi.
"Orang tuanya sudah meninggal. Adiknya, yang saya tahu ada dua orang juga menyusul dan tinggal di Tiongkok."
"Prof. Huang Xiqiu itu memang pernah tinggal di Jember, sekolah sampai SMP di Jember. Bahkan kelahiran Jeber."
"Kalau dia lahir tahun 1941. Saya memang tidak pernah ketemu dia, tapi saya mengajar dua orang adiknya waktu di Chung Hua," kata Iwan.
Iwan membenarkan jika arsitek yang turut membangun RS khusus virus Corona di Kota Wuhan, Prof. Huang Xiqiu lahir di Jember dan bersekolah di Chung Hua Jember.
Huang Xiqiu meninggalkan Jember tahun 1957 untuk melanjutkan sekolah di tingkat SMA di Surabaya.
Setelah itu ia menuju China.
Iwan lantas menunjukkan koran berbahasa Mandarin terbitan Rabu,(5/2/2020) yang menyuguhkan profil Prof. Huang Xiqiu sebagai arsitek yang mendesain pembangunan RS khusus pasien virus corona di Wuhan.
Iwan juga mengalihbahasakan artikel tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
(*)