Find Us On Social Media :

Makan Siang Sukun Bakar dan Sarapan Mangga Muda, Berbagai Kekayaan Alam Ini Malah Jadi Bukti Kemiskinan Rakyat Timor Timur, Sering Sakit Sampai Tak Ada Anak yang Menangis di Klinik

Masyarakat Timor Timur

Penyakit yang menyerang anak umumnya penyakit cacing, askariasis. Hampir 100% tiap anak mempuhyai cacing. Dengan sekali minum obat, rata-rata keluar 20 cacing. Ada yang mengeluarkan cacing sampai sebanyak 37 ekor.

Yang membuat saya heran ialah sikap anak-anak waktu diobati. Mereka biasanya datang sendiri tanpa diantar orang tuanya atau saudaranya. Meskipun umur 5-6 tahun, mereka tidak takut untuk wawancara dengan dokter.

Mereka menjawab semua pertanyaan tanpa ragu-ragu. Dan yang lebih mengherankan, tidak ada satu pun yang menangis waktu disuntik. Nah, itulah kelebihan, anak Timtim. Sifat kecengengan jauh dari mereka.

Baca Juga: Berang Saat Tahu Kisah Asmarani Dongku yang Tak Dikasih Hadiah Meski Juara Satu, Hotman Paris Semprot Pemkab Poso: Disuruh Berlari 21 Km, Dimana Hati Nuranimu

Urutan data penyakit dan masalahnya

Penyakit malaria menduduki tempat teratas dalam urutan penderita yang berobat. Kemudian borok, disusul penyakit cacing. Baru kemudian penyakit saluran napas atas misalnya batuk pilek. Urutan ke lima penyakit diare, radang mata, kurang darah. Malnutrisi tidak kelihatan menyolok.

Dengan melihat macam-macam penyakit tersebut, jelas timbulnya penyakit adalah akibat kurang kebersihan diri dan kebersihan lingkungan seperti halaman, rumah, jalan-jalan yang sangat jelek.

Ditambah pengetahuan tentang makanan sehat yang nihil dan faktor sosio-budaya yang belum memungkinkan. Di samping juga faktor tenaga kesehatan yang hampir dapat dikatakan sangat kurang, bahkan tidak ada.

Baca Juga: Berang Saat Tahu Kisah Asmarani Dongku yang Tak Dikasih Hadiah Meski Juara Satu, Hotman Paris Semprot Pemkab Poso: Disuruh Berlari 21 Km, Dimana Hati Nuranimu

Kampanye mandi

Masalah buang air besar merupakan masalah yang paling penting dalam meningkatkan kebersihan lingkungan. Bila kita berjalan-jalan di kota kecamatan Laga, jangan coba-coba menengok ke kanan atau ke kiri, karena sepanjang jalan besar maupun lorong-lorong penuh dengan tumpukan kotoran manusia, yang baunya sudah barang tentu menusuk hidung.

Mengapa rakyat di situ terbiasa demikian? Karena waktu itu Pemerintah Portugis melarang rakyat buang air di sungai, sebab sungai dipergunakan untuk mandi, cuci, dan air minum.

Sayangnya, perintah ini tidak diteruskan dengan perintah untuk buang air di kakus. Maka akhirnya sudah menjadi kebiasaan. Ini tentu saja sulit untuk diubah secara cepat. Meskipun di kecamatan Quelicai hal demikian sudah hampir berkurang.

Baca Juga: Merasa Khawatir dan Dihantui Rasa Takut, Wirang Birawa Ungkap Firasat Buruk, Sampai Singgung Bencana yang Pernah Melanda Banten dan Lombok

Ini oleh karena tindakan Koramil dan Camat setempat yang cukup tegas bahkan dengan kekerasan. Akhirnya rakyat sanggup untuk jongkok di kakus.

Mereka paling-paling seminggu hanya mandi satu kali. Dan pakaian pun baru dicuci setelah berbulan-bulan. Dengan penyuluhan yang terus-menerus akhirnya sikap ini dapat diubah sedikit demi sedikit.

Segala macam cara dicoba diterapkan. Antara lain, bila ingin minta surat pada Kecamatan/Koramil, diharapkan mandi dulu. Atau yang belum mandi tidak akan diobati sakitnya. Keberhasilan ini dapat dibuktikan dengan larisnya sabun mandi.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Mengapa Tak Boleh Memanggil Seorang Gadis dengan Sebutan ‘Nona’ di Timor Timur?

(*)